• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lekra Dalam Perkembangan Ansambel di Medan

BAB II LEKRA MENGISI KEBUDAYAAN INDONESIA

3.3 Lekra hadir di Medan

3.3.3 Lekra Dalam Perkembangan Ansambel di Medan

139

138 Keterangan dari Darsiah dari pengalamannya melakukan pentas drama di Asahan.

139 Rhoma Dwi Aria, Lekra and ensembles; Tracing the Indonesian musical stage, KITLV Press, Leiden, 2012, hlm. 8

Lebih lanjut Joebaar juga menjelaskan bahwa maksud dari kalimat ‘menghidupkan kembali’ bukan hanya asal kesenian rakyat tidak mati, namun lebih kepada pengertian yang positif yaitu memberi bentuk dan isi yang baru terhadap kesenian tersebut, tentu dengan isi watak yang sejalan dengan tujuan revolusi.

“He explained that what he meant by ‘revive’ was ‘not in a negative sense of simply preventing people’s art from dying out, but rather to revive it in a positive sense, especially by ‘giving it new content that matches the character and aims of the August Revolution’.140

Tak hanya sampai disitu, Lekra juga meminta agar fungsi ansambel ditingkatkan lagi sebagai salah satu senjata menghalau musik-musik Barat (musik pop). Ansambel juga mesti diluaskan, dimassalkan, sehingga menemukan basis perkembangannya untuk meninggi dan mampu mengalahkan pengaruh buruk musik-musik asing yang busuk.141

Usaha memperluas pembentukan ansambel itu langsung dimaknai dengan serius oleh Lekra di masing-masing cabangnya. Di Pontianak Lekra mendirikan kelompok Ansambel Angin Timur142, di Yogyakarta ada Ansambel Tari-Nyanyi Bhinneka143

140 Ibid. hlm. 21. Penegasan lebih lanjut Joebaar Ajoeb tentang tugas dari ansambel ini juga tertulis pada ‘Laporan Umum Pengurus Pusat Lekra’, lihat pada Lampiran 9.

141 Contoh dari musik-musik asing yang dipandang buruk oleh orang-orang kiri pada waktu itu adalah music ‘ngak-ngik-ngok’, rock ‘n roll, twist, The Beatles, serta lagu-lagu India yang dianggap romatisme cengeng. Untuk referensi yang lebih lengkap tentang music-musik ini lihat pada buku “Steven Farram, 2007, wage war against Beatle music! Censorship and music in Soekarno’s Indonesia, Review of Indonesian and Malaysian Affairs.

142 Nama ‘Angin Timur’ dianalogikan dengan angin dari Timur yang berusaha menghalau pengaruh kebudayaan yang sedang dekaden. Ansambel Angin Timur juga pernah turut serta menghibur (menghibur yang dimaksud adalah menampilkan tari-tarian dan paduan suara) prajuit-prajurit Indonesia di garis depan sewaktu terjadinya konfrontasi dengan Malaysia, juga sering menghibur para sukarelawan di Pontianak (Roeslan, Angin Timur kumandang lagu-lagu revolusioner. Harian Rakyat, 11 Oktober 1964).

143 Ansambel Bhinneka lahir pada Desember 1963, yang hampir keseluruhan anggotanya berasal dari warga keturunan Tionghoa. Dalam tulisannya Kusni Sulang mengatakan, asas perjuangan pendirian Ansambel Bhhinneka adalah memperjuangkan seni untuk rakyat dan langkah kongkretnya turut serta mengganyang musik ngak-ngik-ngok, twist, dan sebangsanya (Kusni Sulang, Ansambel Bhinneka tegak dengan Garis-Politik yang tepat. Harian Rakyat, 2 Januari 1964).

, dan di

Lekra Pusat berdiri Ansambel Gembira144, di Medan Lekra juga mempunyai kelompok ansambel yang tak kalah populernya145

Dibawah pimpinan Kondar Sibarani

dengan ansambel yang disebut sebelumnya.

Kelompok ansambel itu lantas diberi nama Ansambel Nyanyi dan Tari “Maju Tak Gentar”

(MTG). Maju Tak Gentar didirikan pada akhir 1959 di Medan, ansambel ini lahir berkat inisiatif dari Banda Harahap, yang pada pertengahan tahun 1959 sedang melakukan lawatan persahabatan ke RRC, Korea, dan Republik Demokratik Vietnam sebagai delegasi dari Misi Kesenian Sumatera yang pada waktu itu diketuai oleh dirinya sendiri. Dikisahkan pematangan ide untuk membuat sebuah ansambel di Medan dilakukan di atas kapal Tjiwangi (Ciwangi) dalam perjalanan pulang ke Indonesia.

146 dan Udin (Ui Tien)147

144 Gembira didirikan oleh Lekra di Jakarta pada 3 Februari 1952 atas prakarsa para pemuda Lekra yang diutus untuk mengikuti World Festival of Youth and Students (Festival Pemuda Pelajar se-Dunia). Para pemuda/i yang turut memprakarsai berdirinya Gembira adalah Bintang Suradi (Van de Ster), Sudharnoto (mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia), dan Titik Kamariah. Gembira pada awalnya merupakan sebuah kelompok koor (paduan suara) dan berganti pada tahun 1955 menjadi Ansambel Nyanyi da Tari Gembira.

145 Salah satu indikator popularitas pada waktu itu adalah ansambel tersebut sering melakukan pentas tidak hanya sebatas dikalangan kaum kiri.

146 Kondar Sibarani berasal dari Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Kondar Sibarani semula tampil dalam sebuah grup nyanyi bersama dengan Fernando Hutabarat, Amir Siregar, Rahman Nasution, Maringan

Sibarani dll. Ketika itu sesudah Gordon

Tobing, Kondar Sibaranilah yang paling sukses menyanyikan lagu “Sing Sing So”.

Grup yang berada dalam asuhan Lekra Medan ini akhirnya tergabung dalam sebuah ansambel tari dan nyanyi bernama “Maju Tak Gentar”.

147 Dalam kepemimpinannya bersama Kondar Sibarani, Udin terkenal sangat ekspresif, menarik dan sangat terampil meskipun ia memiliki postur tubuh yang kecil dan pendek. Interview dengan Toga Tambunan via email.

ansambel ini mengadakan lawatan ke tiga negara; Tiongkok, Korea dan Vietnam dengan mendapat sambutan hangat, terutama dalam menjalin lebih erat hubungan persahabatan antara Indonesia dan ke tiga negara tersebut. Setelah sukses memimpin Ansambel Maju Tak Gentar, ia ditarik oleh Lekra Pusat untuk menjadi dirigen pada Ansambel Gembira.Kondar

adalah seorang komposer sekaligus juga pencipta lagu yang revolusioner, salah satu lagu ciptaannya yang sangat terkenal adalah Solidaritas Asia Afrika dan Ganyang Malaysia.

Satu hati satu pikiran Rakyat Asia dan Afrika

Kita lawan, kita kikis penindas dan penjajahan

Kita bangkitkan semangat berlawan untuk kemerdekaan Hidup abadi

Setia kawan Asia dan Afrika

(Sebait dari lirik lagu Solidaritas Asia Afrika, ciptaan Kondar Sibarani)148

Setelah Kondar Sibarani pindah ke Gembira, Samirin menjadi penggantinya, bersama dengan Udin yang tetap setia mengawal perjalanan Ansambel MTG. Syarat untuk masuk menjadi anggota Ansambel Maju Tak Gentar sendiri hampir sama dengan ansambel-ansambel lainnya, yaitu cukup tertarik dengan musik dan mengikuti sedikit tes yang mencakup suara dan sedikit teori musik.149

148 Harian Rakyat, 11 April 1964.

149 Interview dengan Darsiah

MTG menjadi ansambel yang paling sering diundang pemerintah, selain Ansambel Gembira, untuk mengisi acara-acara kenegaraan, seperti upacara kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ulang Tahun Soekarno dan upacara menyambut tamu-tamu negara. Tak hanya institusi pemerintahan, partai-partai politik, terutama PKI, juga sering mengundang Ansambel MTG untuk mengisi acara-acara partai. Hal ini terlihat pada keikutsertaan Maju Tak Gentar dalam mengisi acara pada Konferensi Seni dan Sastra Revolusioner (KSSR) yang berlangsung tanggal 27 Agustus – 2 September 1964 dan juga keikutsertaannya bersama Ansambel Gembira dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun ke-45 PKI di Istora Senayan.

Pada masa pemerintahan Orde Baru yang dimulai sejak akhir tahun 1965, Ansambel MTG tetap dipertahankan bersama dengan Ansambel Gembira. Namun MTG harus berganti nama menjadi Ansambel “Bukit Barisan”. Menurut keterangan Astaman Hasibuan, dipertahankannya Ansambel MTG dan Gembira ini oleh pemerintah Orde Baru karena Soekarno sendiri yang langsung memintanya kepada Soeharto, selaku pemimpin rezim pada saat itu.

Dengan sangat eksisnya Ansambel MTG dikancah seni musik dan tari nasional bahkan internasional, Lekra Medan juga membentuk ansambel lainnya untuk mengikuti kesuksesan dari MTG. Maka didirikanlah Ansambel “Tak Seorang Pun Berniat Pulang”

pada akhir tahun 1963 yang diprakarsai oleh Astaman dan Syafii. Sangat disayangkan ansambel ini tidak bisa berkembang lebih jauh karena terlebih dulu dibubarkan oleh rezim Orde Baru tahun 1965.