• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam-Macam Akad

Dalam dokumen PRANATA SOSIAL DI DALAM ISLAM (Halaman 31-36)

C. Konsep Akad dalam Fiqh Muamalah

4 Macam-Macam Akad

Akad di dalam Islam terbagai dalam berbagai macam bentuk. Al- Kasani membagi akad ke dalam 18 jenis, yaitu:9

1) Al-ijarah (sewa menyewa)

Kata al-Ijarah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa, jasa, atau imbalan. Al-ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam konteks hubungan dengan manusia lain. Secara istilah, antara ulama satu dengan yang lainya tidak seragama dalam mendifisikan ijarah. Di antara ulama ada yang mendifiniskan Ijarah sebagai transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu. Sementara, ulama Hanafiyah mendifinisikan ijarah dengan transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan. Sedangkan ulama Syafi’iyah mendifinisikan ijarah dengan transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah, dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu. Dan ulama Malikiyah dan Hanabilah mendifinisikan ijarah dengan pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan (mubah) dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan.10

2) Al-Istishna’ (penempaan)

Al-istishna’ berasal dari kata shana’a-yashna’u-shon’an yang mengandung makna membuat, mencipta, dan mengadakan sesuatu. 9 Al Kasani, Bada’i Al-Shana’i Fi Tartib Al-Syara’i (Mesir:Mathba’ah al Jamaliyah, 1910) V:259

dalam Yazid Afandi, Fiqh Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: logung Pustaka), hlm 39

Sementara al-istihna’ adalah permintaan untuk mengadakan atau menciptakan sesuatu. Secara istilah, al-istishna’ adalah permintaan seseorang kepada pihak lain untuk membuatkan atau menciptakan sesuatu barang dengan imbalan harga tertentu yang telah disepakati.

3) Al-bai (jual beli)

Secara etimologi, al-bay’uعيبلا (jual beli) berarti mengambil dan memberikan sesuatu, dan merupakan derivasi (turunan) dari عابلا (depa) karena orang Arab terbiasa mengulurkan depa mereka ketika mengadakan akad jual beli untuk saling menepukkan tangan sebagai tanda bahwa akad telah terlaksana atau ketika mereka saling menukar barang dan uang. Adapun secara terminologi, jual beli adalah transaksi tukar menukar yang berkonsekuensi beralihnya hak kepemilikan, dan hal itu dapat terlaksana dengan akad, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Sayid Sabiq, di dalam Fiqhus sunnah menyebutkan bahwa

al-bay’u adalah transaksi tukar menukar harta yang dilakukan secara sukarela atau proses mengalihkan hak kepemilikan kepada orang lain dengan adanya kompensasi tertentu dan dilakukan dalam koridor syariat.11 Dengan ungkapan lain, jual beli adalah tukar menukar harta

secara suka rela atau peralihan pemilikan dengan cara penggantian menurut bentuk yang dibolehkan.

4) Al-kafalah (tanggungan)

Kafalah secara bahasa memiliki arti al-dhaman, hamalah, dan za’amah yang ketiganya berarti jaminan, beban, dan tanggungan. Sementara secara istilah, kafalah didefinisikan sebagai kesanggupan untuk memenuhi hak yang telah menjadi kewajiban orang lain, kesanggupan untuk mendatangkan barang yang ditanggung atau untuk menghadirkan orang yang mempunyai kewajiban terhadap orang lain. Atau dengan istilah lain, kafalah adalah akad yang mengandung kesanggupan seseorang untuk mengganti atau menanggung kewajiban hutang orang lain apabila orang tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannnya. Sedangkan dalam istilah lain, kafalah adalah akad yang tertuang di dalamnya tentang kesanggupan seseorang untuk menanggung hukuman yang seharuasnya diberikan kepada yang terhukum dengan menghadirkan dirinya atau disebut juga sebagai kafalah an-nafs. Sedangkan, menurut Syafi’i Antonio dalam 11 Sayid Sabiq, Fiqhus sunnah, jilid 3: 46.

Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, kafalah bermakna jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.12 5) Al-hawalah (pemindahan hutang)

Kata Hawalah, huruf haa’ dibaca fathah atau kadang-kadang dibaca

kasrah, berasal dari kata tahwil yang berarti intiqal (pemindahan) atau dari kata ha’aul (perubahan). Orang Arab biasa mengatakan haala ’anil ’ahdi, yaitu berlepas diri dari tanggung jawab. Sedang menurut fuqaha, para pakar fiqih, hawalah adalah pemindahan kewajiban melunasi hutang kepada orang lain. Hiwalah merupakan pengalihan hutang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam hal ini terjadi perpindahan tanggungan atau hak dari satu orang kepada orang lain. Dalam istilah ulama, hiwalah adalah pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan

muhal ‘alaih (orang yang berkewajiban membayar hutang).13 6) Al-wakalah (pemberian kuasa)

Wakalah itu berarti perlindungan (al-hifzh), pencukupan (al- kifayah), tanggungan (al-dhamah), atau pendelegasian (al-tafwidh), yang diartikan juga dengan memberikan kuasa atau mewakilkan.

Wakalah juga dapat dimaknai sebagai penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Sementara secara istilah, Wakalah adalah

pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan (dalam hal ini pihak kedua) hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang yang diberikan oleh pihak pertama, namun apabila kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan, maka semua resiko dan tanggung jawab atas dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa.

7) Al-sulh (perdamaian)

Al-sulh secara bahasa bermakna damai, layak, pantas, baik, tepat, dan sesuai. Secara istilah as-sulh adalah aqad antara dua belah pihak atau lebih yang sedang menghadapi konflik atau peperangan, untuk melakukan perjanjian dalam rangka untuk memperbaiki hubungan.

12 Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan (Jakarta: 1999). 13 Dr. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 221-223.

8) Al-syirkah (persekutuan)

Kata syirkah dalam bahasa arab berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yashruku (fi’il mudhari’) syarikan/syirkatan/syarikatan

(masdar/kata dasar); artinya menjadi sekutu atau syarikat (kamus al Munawar). Menurut arti asli bahasa arab, syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya. Adapun menurut makna syara’, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja dengan tujuan memperoleh keuntungan. Musyarakah (syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi) adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil dimana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi modal.

9) Al-Mudharabah (bagi hasil)

Mudharabah adalah kerja sama dua pihak yang satu diantaranya menyerahkan uang kepada pihak lain untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungannya dibagi di antara keduanya menurut kesepakatan.

10) Al-hibah (hibah/pemberian)

Al-hibah secara bahasa bermakna pemberian. Secara istilah, hibah adalah suatu akad pemberian harta kepada pihak lain yang pelaksnaanya dilakukan pada saat si pemberi masih hidup.

11) Al-rahn (gadai)

Rahn dan dapat juga dinamai al-habsu, secara etimologis ar- rahn adalah tetap, lama, dan jaminan. Sedangkan Al Habsu berarti penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut. Secara istilah,

Rahn adalah menahan harta salah satu milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa Rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. Dengan kata lain, ar-rahn yaitu menjadikan barang berharga sebagai jaminan hutang.14 Praktek ini disyari’atkan dalam QS al-Baqarah: 282-

283, dan al-Mudatsir: 38. Sementara unsur-unsurnya adalah (1)orang 14 Dr. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, hlm. 251-252,

yang berhutang dan menyerahkan barang berharga sebagai jaminan (ar-rahin), (2) orang yang berpiutang dan menerima barang sebagai agunan (al-murtahin), (3) barang yang diagunkan (al-marhun).

12) Al-muzara’ah (penggarapan tanah)

Muzara’ah adalah kerja sama dalam usaha pertanian di mana pemilik lahan menyerahkan lahanya berikut bibit yang diperlukan kepada pekerja tani untuk diusahakan sedangkan hasil yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.15

13) Al-musaqah (pemeliharaan tanaman)

Musaqah adalah kerjasama dalam pengairan tanaman.16

Sementara secara istilah, musaqah adalah kerja sama dalam perwatan tanaman dengan imbalan bagian dari hasil yang diperoleh dari tanaman tersebut.

14) Al-wadi’ah (titipan)

Al-wadi’ah secara bahasa bermakna titipan. Secara istilah, al- wadi’ah adalah suatu aqad antara kedua belah dimana pihak pertama menitipkan barang yang dimilkinya kepada pihak kedua yang menerima titipan barang dan siap untuk menjaganya dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan tertentu yang telah disepakati antara kedua belah pihak.17

15) Al-ariyah (pinjam pakai)

Al-‘Ariyah adalah transaksi atas manfaat suatu barang tanpa imbalan. Dengan ungkapan lain, ‘Ariyah ialah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada yang lain untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusakkan zatnya, agar zat barang itu dapat dikembalikan.18

Tiap-tiap yang mungkin diambil manfaatnya dengan tidak merusakkan zat barang itu, boleh dipinjam atau dipinjamkan. Dasar: QS al-Maidah 2.

اوُقَّتاَو ِناَوْدُعْلاَو ِمْثِلا َ َع اوُنَواَعَت لاَو ىَوْقَّلتاَو ِّ ِبْ

ْلا َ َع اوُنَواَعَتَو

15 Dr. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, hlm. 275. 16 Dr. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, hlm. 251-252 17 Dr. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, hlm. 244-245. 18 Dr. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, hlm. 238.

ِباَقِعْلا ُديِدَش ََّللا َّنِإ ََّللا

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS al-Maidah: 2)

15) Al-qismah(pembagian)

Al-qismah secara bahasa bermakna pembagian, bagian, porsi. Sementara secara istilah, al-qismah adalah aqad yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih untuk melakukan pembagian harta atau keuntungan dari suatu usaha yang telah dilakukan meneurut yang telah disepakati bersama.

16) Al-qardl (pinjam mengganti)

Al-Qiradh dalam terminologi fiqh disamakan dengan kata al- dayn, yang mana kedua lafal ini terdapat dalam al-qur’an dan hadist Nabi dengan maksud yang sama yaitu utang piutang. Al-qardh atau al- dayn (utang piutang) adalah penyerahan harta berbentuk uang untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama. Utang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian, dan yang meminjam akan mengembalikan sebesar yang dipinjam. Misal, meminjam uang 2.000 harus mengembalikan 2.000 pula. Menurut ahli fiqh, utang piutang adalah transaksi antara dua pihak yang satu menyerahkan uangnya kepada yang lain secara sukarela untuk dikembalikan lagi kepadanya oleh pihak yang kedua. Atau seseorang menyerahkan uang kepada pihak lain untuk dimanfaatkan dan kemudian dikembalikan lagi sejumlah yang dihutang. Dasarnya adalah QS al-Muzamil 20 dan al-Baqarah: 282.

Dalam dokumen PRANATA SOSIAL DI DALAM ISLAM (Halaman 31-36)