• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI MAKRO EKONOMI NASIONAL Keadaan ekonomi dunia pada tahun 2011 masih dibayangi oleh krisis keuangan Uni Eropa dan belum pulihnya kondisi ekonomi Amerika Serikat.

Akan tetapi, kondisi ekonomi negara-negara Asia bertumbuh cukup pesat, termasuk Indonesia.

Kondisi makro ekonomi Indonesia yang kondusif dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan ini disertai dengan pesatnya ekspansi pertambangan dan pencarian cadangan-cadangan baru batu bara, merupakan faktor penting bagi pencapaian kinerja Perseroan yang tinggi pada tahun 2011.

Ekonomi Indonesia tahun 2011 tercatat tumbuh sebesar 6,5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ini didukung oleh pertumbuhan ekspor, terutama ke Cina dan India, serta meningkatnya konsumsi dalam negeri. Tingkat inflasi pun berada pada level yang cukup rendah yaitu 3,79%, turun dari tahun 2010 sebesar

NATIONAL MACROECONOMIC CONDITION World economy situation in 2011 is still overshadowed by the EU financial crisis and yet to recovered US economic condition. However, economic conditions in Asian countries grew quite rapidly, so does Indonesia. Indonesia's favorable macroeconomic condition with significant economic growth accompanied with the rapid expansion and the search of new reserves of coal mining, were important factors for the high performance achievement of the Company in the year 2011.

Indonesian economy in 2011 is recorded to grow at 6.5% compared to the previous year. This growth is particularly supported by the growth of export, especially to China and India, and the increasing domestic consumption. Inflation level is quite low namely 3.79%, decreasing compared to 6.96% in 2010, followed with the policy of Bank

6,96%, disertai dengan kebijakan Bank Indonesia dimana Bank Indonesia tercatat sebanyak dua kali menurunkan suku bunga acuannya (BI rate) menjadi 6,50% pada Oktober 2011 dan 6,00%

pada November 2011. Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar selama tahun 2011 terjaga di level yang cukup stabil dengan kurs di akhir tahun 2011 sebesar Rp 9.068/US$.

Tingginya daya beli konsumen selama tahun 2011 yang didukung oleh kecenderungan menurunnya tingkat suku bunga acuan, dan level inflasi yang rendah mempunyai peranan penting dalam memperkuat ekonomi domestik Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai tempat penanaman modal yang menarik bagi pihak domestik dan pihak asing. Hal itu diperkuat juga oleh lembaga rating internasional yang mulai meningkatkan peringkat Indonesia menjadi investment grade, dimulai oleh Fitch Ratings meningkatkan peringkat Indonesia dari ‘BB+’

menjadi ‘BBB-‘.

PROSPEK SEKTOR USAHA

Sepanjang tahun 2011, sebanyak 17.360 unit alat berat baru telah terjual, meningkat sebanyak 47,3% dari tahun sebelumnya. Sejumlah faktor positif seperti pertumbuhan perekonomian Indonesia yang kokoh, kenaikan harga komoditas, investasi yang besar di sektor pertambangan, agro industri dan infrastruktur, serta likuiditas pendanaan bank yang mendukung pembelian alat berat menjadi faktor utama pertumbuhan ini. Diharapkan pertumbuhan ini masih akan berlanjut di masa datang, tidak hanya karena kondusifnya sektor pertambangan dan sektor perkebunan tetapi juga sektor konstruksi yang diperkirakan akan bertumbuh dengan adanya Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan telah disahkannya UU Pengadaan Tanah.

Indonesia of which Bank Indonesia decreased the BI rate twice to be 6.50% in October 2011 and 6.00% in November 2011. Exchange rate of Rupiah against US Dollar during 2011 is maintained at quite stabile level with exchange rate at the end of 2011 of Rp. 9,068/US$.

The high consumers’ purchasing power during 2011 supported by decreasing tendency of interest rate, and low level of inflation has important role in strengthening the domestic economy of Indonesia and making Indonesia as an attractive investment place for domestic foreign party. It is also supported by international rating institution starting to increase the rating of Indonesia to become investment grade, started by Fitch Ratings that increases the rating of Indonesia from ‘BB+‘ through ‘BBB-’.

BUSINESS PROSPECT

During 2011, as many as 17,360 units of heavy equipment have been sold, an increase of 47.3%

compared to the previous year. A number of positive factor such as strong economic growth in Indonesia, increase of commodity price, large investment in mining sector, agro-industry and infrastructure, as well as funding liquidity from banks to support the purchase of heavy equipment have become the main factor of this growth. Hopefully, this growth will be continue in the future, not only because the favorable condition of mining sector and plantation sector but also construction sector that is predicted to grow by existence of Master Plan of Acceleration and Expansion of Indonesian Economic Development (MP3EI) and the ratification of Law on Land Procurement.

The Company provides financing facility for the purchase of heavy equipment, particularly for consumer of Komatsu product. Komatsu brand heavy equipment, distributed by PT United Tractors, Tbk (UT), a subsidiary of PT Astra International Tbk, has consistently dominated the market share of heavy equipment in Indonesia. Despite earthquake and tsunami occurred in Japan on March 2011 apparently it has no significant effect to Indonesian heavy equipment market. It is recorded that 8,469 units of Komatsu brand heavy equipment have been sold during 2011 or growing by 56.7% from total sales of 5,405 units in 2010. In 2011, Komatsu dominates heavy equipment market in Indonesia with 49%.

Pertumbuhan Alat Berat di Indonesia Berdasarkan Sektor Industri Heavy equipment Growth in Indonesia Based on Industrial Sector

(dalam unit/in unit)

2007 2008 2009 2010 2011

Perkebunan/Agro

2,007 2,223 1,331 2,099

1,487

Perseroan menyediakan fasilitas pembiayaan untuk pembelian alat berat, terutama bagi para pembeli produk-produk Komatsu. Alat berat merek Komatsu, yang didistribusikan oleh PT United Tractors, Tbk (UT), salah satu unit usaha PT Astra International Tbk, secara konsisten telah mendominasi pangsa pasar alat berat di Indonesia. Meskipun terjadi bencana tsunami di Jepang pada Maret 2011, ternyata hal tersebut tidak terlalu berdampak secara signifikan terhadap pasar alat berat Indonesia. Tercatat 8.469 unit alat berat merek Komatsu telah terjual selama 2011 atau tumbuh sebesar 56,7% dari total penjualan sebanyak 5,405 unit di tahun 2010. Di tahun 2011 Komatsu mendominasi pasar alat berat di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 49%.

Pangsa Pasar Alat Berat di Indonesia Berdasarkan Merek Pangsa Pasar Alat Berat di Indonesia Berdasarkan Merek

Komatsu

2007 2008 2009 2010 2011

49%

Sebelum tahun 2011,

"Kobelco" termasuk dalam kategori "Lainnya"/Prior to 2011, "Kobelco" was included in "Others"

FINANCING BY THE COMPANY

Following the increase of heavy equipment market in Indonesia and positive macroeconomic condition, new financing amount disbursed by the Company is also increases. The new financing amount of the Company in 2011 achieved Rp 4.6 trillion or increases by 47% compared to Rp 3.1 trilion in 2010. Total number of financed heavy equipment reached 3,891 units, increased by 34% if compared to 2,899 units of heavy equipment in 2010.

INCOME STATEMENT

Total net receivable managed by the Company in 2011 increases by 49.9% if compared to the previous year. Based on the receivable, the Company records total income of Rp 689 billion, an increase of 52.1% compared to 2010 which is Rp 453 billion. Total income of Rp 689 billion in 2011, is achieved from financial lease amounted Rp 587 billion, consumers finance amounted PEMBIAYAAN OLEH PERSEROAN

Seiring meningkatnya pasar alat berat di Indonesia dan kondisi makro ekonomi yang positif, nilai pembiayaan baru yang disalurkan Perseroan juga mengalami peningkatan. Nilai pembiayaan baru Perseroan di tahun 2011 mencapai Rp 4,6 triliun atau meningkat sebesar 47% dibandingkan dengan Rp 3,1 triliun di tahun 2010. Jumlah alat berat yang memperoleh pembiayaan mencapai 3.891 unit, naik 34% dibandingkan 2.899 unit alat berat pada tahun 2010.

Pembiayaan Baru New Financing

Nilai Pembiayaan Baru/

Amount of New Financing (dalam triliun Rupiah/in trillion Rupiah)

Jumlah Unit Pembiayaan Baru/

New Finacing in Unit

2007 2008 2009 2010 2011

1,2 1,722

1,9

1,4 1,280

3,1

2,899

3,891 4,6

2,470

LAPORAN LABA RUGI

Jumlah piutang pembiayaan bersih yang dikelola oleh Perseroan di tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 49,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Atas piutang tersebut, Perseroan membukukan Jumlah pendapatan sebesar Rp 689 miliar, meningkat sebesar 52,1%

dari tahun 2010 sebesar Rp 453 miliar. Jumlah pendapatan sebesar Rp 689 miliar di tahun

Rp 60 billion and interest income and others amounted Rp 42 billion. The comparison of income composition obtained from financial lease and consumers finance in 2011 is 85.1% to 8.7%, meanwhile interest income and others have contributed 6.2% out of total income.

Total Company’s expenses also increase to follow the growth Company’s business. Total expenses in 2011 increased by 48.7% compared to 2010 to be Rp 446 billion. Interest and financial expenses amounted Rp 354 billion contributing 79.4% of total Company’s expenses, business expenses amounted Rp 62 billion or 13.8% and loss allowance due to depreciation of Rp 30 billion or 6.7% of total Company’s expenses.

Based on the above achievement, the Company records an increase of net income of 58.7% in 2011 compared to 2010. The net income increases from Rp 115 billion in 2010 to Rp 182 billion in 2011.

2011, diperoleh dari sewa pembiayaan sebesar Rp 587 miliar, pembiayaan konsumen sebesar Rp 60 miliar dan pendapatan bunga dan lain-lain sebesar Rp 42 miliar. Perbandingan komposisi pendapatan yang diperoleh dari sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen tahun 2011 adalah 85,1% berbanding dengan 8,7%, sedangkan pendapatan bunga dan lain-lain menyumbang 6,2% dari total pendapatan.

LAPORAN LABA RUGI 2011 2010 2009 2008 2007 STATEMENTS OF INCOME

dalam jutaan Rupiah in million Rupiah

PENDAPATAN 689,098 452,987 376,641 307,359 146,880 INCOME

BEBAN 445,628 299,778 270,097 240,553 110,146 EXPENSES

LABA SEBELUM PAJAK 243,470 153,209 106,544 66,806 36,734 INCOME BEFORE TAX

LABA BERSIH 182,005 114,689 76,343 47,493 26,040 NET INCOME

Jumlah beban Perseroan juga mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan usaha Perseroan. Jumlah beban di tahun 2011 meningkat sebesar 48,7% dari tahun 2010 menjadi Rp 446 miliar. Beban bunga dan keuangan sebesar Rp 354 miliar berkontribusi sebesar 79,4% dari jumlah beban Perseroan, beban usaha sebesar Rp 62 miliar atau 13,8% dan penyisihan kerugian penurunan nilai sebesar Rp 30 miliar atau 6,7%

dari jumlah beban Perseroan.

Dengan pencapaian tersebut, Perseroan mencatat kenaikan laba bersih sebesar 58,7% di tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010. Laba bersih meningkat dari Rp 115 miliar di tahun 2010, menjadi Rp 182 miliar di tahun 2011.

Pendapatan dan Laba Bersih Pendapatan dari Sewa Pembiayaan dan Pembiayaan Konsumen Income and Net Income

(dalam triliun Rupiah/in trillion Rupiah)

Sewa Pembiayaan/Financial Lease Pembiayaan Konsumen/Consumer Finance

Income from Financial Lease and Consumer Finance (dalam triliun Rupiah/in trillion Rupiah)

2009 2010 2011 2009 2010 2011

Pendapatan/Income Laba Bersih/Net Income

689

182 453

115 377

76 60

587 402

335

25 40

NERACA

Jumlah Aset Perseroan di tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 51,1% dari Rp 3,6 triliun di tahun 2010 menjadi Rp 5,5 triliun di tahun 2011. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan nilai Investasi Bersih dalam Sewa Pembiayaan yang meningkat sebesar 53,4% dari Rp 3,2 triliun pada 2010 menjadi Rp 4,9 triliun pada 2011, serta kenaikan Piutang Pembiayaan Konsumen Bersih dari Rp 344 miliar menjadi Rp 402 miliar atau meningkat 17,0% dari tahun sebelumnya.

Peningkatan Jumlah Aset Perseroan juga dibarengi oleh kenaikan Jumlah Liabilitas Perseroan, dimana pada akhir tahun 2011, Perseroan membukukan Kewajiban sebesar Rp 4,5 triliun atau meningkat sebesar 41,8%

dibandingkan akhir tahun 2010 dengan Jumlah Kewajiban sebesar Rp 3,2 triliun.

BALANCE SHEET

Total Company’s assets in 2011 increases by 51.1% from Rp 3.6 trillion in 2010 to Rp 5.5 trillion in 2011. This increase particularly due to the increase of Net Investment in Direct Financial Lease that increasing by 53.4% from Rp 3.2 trillion in 2010 to Rp 4.9 trillion in 2011, as well as increase of Consumers Financing Receivable Net from Rp 344 billion to Rp 402 billion or increases by 17,0% from the previous year.

Increase of total Company’s assets is also followed by the increase of total Company’s liability, of which in the end of 2011 the Company records liability of Rp 4.5 trillion or increases by 41.8% if compared to year end of 2010 with total liabilities of Rp. 3.2 trillion.

As the evidence of the commitment from the shareholders, namely PT Astra International, Tbk, and Marubeni Corporation Japan (either directly or indirectly), the Company obtained capital addition of Rp 400 billion in October 2011. With the addition of paid up capital, increase of net income, and after deduction of dividend payment to shareholders, total Company’s equity increases by 111.2% from Rp 489 billion in 2010 through Rp 1.0 trillion in 2011.

FINANCIAL RATIO OF ROAE AND DER Company’s profitability level to its shareholders is measured through ratio of Return on Average Equity. In 2011, the Company reached ROAE of 23.9%, a slight decrease from 25.6% in 2010 due to the additional paid up capital of Rp 400 billion in October 2011. By the increase of the paid up capital, Debt to Equity Ratio of the Company decreases from 6.27 times to 4.23 times.

Sebagai bukti komitmen para pemegang saham yaitu PT Astra International, Tbk. dan Marubeni Corporation Japan (baik langsung maupun tidak langsung), Perseroan kembali mendapatkan penambahan modal sebesar Rp 400 miliar di bulan Oktober 2011. Dengan penambahan modal disetor, peningkatan laba bersih, dan setelah dikurangi pembayaran dividen ke pemegang saham, total ekuitas Perseroan meningkat sebesar 111,2% dari Rp 489 miliar di tahun 2010 menjadi Rp 1,0 triliun di tahun 2011.

(dalam triliun Rupiah/in trillion Rupiah) Pertumbuhan Aset, Liabilitis dan Ekuitas

Growth of Assets, Liabilities and Equity

2010

2009 2011

Aset/Assets Liabilitas/Liabilities Ekuitas/Equity 2,3

3,6 3,2

0,5

5,5

4,5

1,0 1,9

0,4

RASIO KEUANGAN ROAE DAN DER Salah satu rasio yang menunjukan tingkat profitabilitas Perseroan kepada Pemegang Saham adalah rasio Return on Average Equity (ROAE). Pada tahun 2011, Perseroan mencapai ROAE sebesar 23,9%, terjadi sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 25,6% dikarenakan adanya penambahan modal disetor oleh pemegang saham sejumlah Rp 400 miliar pada Oktober 2011. Dengan penambahan modal disetor tersebut, rasio hutang terhadap modal (Debt to Equity Ratio) Perseroan mengalami penurunan dari 6,27 kali menjadi 4,23 kali.

Rasio Keuangan ROAE dan DER Financial Ratio of ROAE and DER

ROAE DER

2007 2008 2009 2010 2011

5.13 5.96 4.47 6.27 4.23

13,4%

16.5%

19.6%

25.6% 23.9%

PEMBAGIAN DIVIDEN

Dalam Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham yang diadakan pada tanggal 21 April 2011, para pemegang saham menyetujui pembagian dividen final sejumlah Rp 32,7 miliar atau sebesar 40%

dari Laba Bersih Perseroan tahun 2010, sejumlah Rp 13,2 miliar dari dividen tersebut telah dibayar pada bulan November 2010 sebagai dividen interim, sedangkan sisanya sebesar Rp 19,5 miliar didistribusikan pada bulan Juni 2011.

Berdasarkan Keputusan Sirkuler Direksi Perseroan tanggal 20 Oktober 2011 dan Keputusan Sirkuler Dewan Komisaris Perseroan tanggal 24 Oktober 2011, pada bulan November 2011, Perseroan membayar dividen interim dengan nilai Rp 19 miliar dari Laba Bersih Perseroan tahun 2011.

DISTRIBUTION OF DIVIDEND

In the Annual General Meeting of Shareholders convened on April 21, 2011, the shareholders agree with the final dividend distribution of Rp 32.7 billion or 40% of Net Income of the Company for the year 2010, as much as Rp 13,2 billion from the dividend has been paid on November 2010 as interim dividend, while the other Rp 19.5 billion distributed on June 2011.

Based on Circular Resolutions of Company’s Board of Directors dated October 20, 2011 and Circular Resolutions of the Company’s Board of Commissioner dated October 24, 2011, in November 2011, the Company pays interim dividend amounted Rp 19 billion from Net Income of the Company for the year 2011.