• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Nilai

Dalam dokumen A. Istilah dan Pengertian Filsafat (Halaman 83-86)

FILSAFAT NILAI SEBAGAI LELUHUR DARI FILSAFAT HUKUM

C. Manfaat Nilai

Menurut Achmad Fauzi, faktor subjektif yang memengaruhi pandangan menilai meliputi aspek:

1. Umur (belum dewasa, dewasa, matang);

2. Tingkatan inteligensi (rendah, menengah/normal, superior, dan jenius);

3. Latar belakang pribadi (jenis dan tingkat pendidikannya);

4. Agama;

5. Latar belakang sosial-budaya (kebudayaan daerah, kebudayaan nasional).

Ada tiga faktor yang memengaruhi terwujudnya penilaian yang bersifat objektif ataupun subjektif, yakni faktor pokok, faktor pelengkap serta faktor penuaan. Sudah menjadi kodrat manusia untuk mencapai hidup yang kadar makna kehidupan itu sendiri ditentukan oleh jalinan nilai yang telah mengendap dalam diri manusia yang bersangkutan.

Dengan demikian, jalin nilai itu merupakan pula kriteria bagi manusia untuk memilih tujuan-tujuan di dalam kehidupannya. Dalam pencapaian hidup yang bermakna, manusia berbuat, bertindak, dan berperilaku.

Di belakang perbuatan tindakan dan perilaku itu terdapat nilai yang menjadi motifnya. Dengan demikian jalinan nilai-nilai juga merupakan sesuatu yang menjadi penggerak manusia ke arah pemenuhan hasrat hidupnya.

Nilai adalah soal apresiasi. Positif atau negatif, ada atau tidak adanya nilai itu tergantung pada disposisi subjek dan hubungan subjek dan objek. Berbeda subjek yang menilai akan membawa perbedaan dalam penghargaan dan berbeda pula nilainya.

Dalam menjalani hidup manusia sebagai makhluk sosial akan saling tergantung dengan sesama manusia dan dengan alamnya. Oleh karena itu, sikap tindak yang dilakukan menuntut reaksi dari sekitarnya.

Jika nilai yang baik yang dihasilkan manusia, niscaya akan baik pula konsekuensi yang didapatnya sebagaimana telah disebutkan pada QS. An-Najm (53): 39 bahwa: “Dan bahwasanya manusia tidaklah memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. Nilai yang baik tentulah mempunyai manfaat. Pemilik atau pelaksana tindakan yang bernilai itu akan dinilai baik pula oleh sesamanya. Dengan sikap tindak yang baik, manusia akan merasakan nilai ikatan psikologis antara sesamanya.

Seorang sahabat tentu memiliki ikatan persahabatan yang memiliki nilai kebersamaan dan keselarasan dalam hubungan pertemanan.

Akan berbeda nilai kebersamaan dan hasrat yang terdapat dalam ikatan percintaan antar sepasang kekasih. Memang baik kekasih dijadikan sahabat alias teman hidup namun belum tentu sang kekasih akan bersahabat dengan pasangannya. Demikian pula sebaliknya persahabatan sering dihancurkan atau dengan adanya perasaan cinta di antara keduanya atau ketiga. Bagi penulis, manfaat nilai dalam kehidupan manusia dapat ditulis sebagai wujud eksistensi diri, analisis diri dan antarpribadi, eksom di ekspresi pilihan atas perbandingan, peluntur ruang dan waktu, evaluasi.

Sebagai wujud eksistensi diri, berarti dengan adanya penilaian timbul dari seseorang terhadap objek penilaiannya, maka secara otomatis penilaian yang dilontarkannya menjadi ganti dirinya di hadapan subjek lainnya. Seorang manusia akan merasa puas bila dapat menilai merasa dinilai baik oleh orang lain yang dianggapnya memiliki kepentingan akan dirinya. Pada satu sisi, seorang yang penuh harap akan penilaian lain akan mengurangi nilai ketulusan dari tindakannya itu. Bahkan dalam bentuk ekstrem nilai yang dikejar akan menjadi bumerang dan ia akan dicap sebagai penjilat.

Seseorang yang menilai pembunuhan hanya sebatas pragmatisme akan kebenaran atau alasan pembenar dari tindakan tersebut, sedangkan idealis akan menilai berdasarkan alasan yang menyebabkan pembunuhan itu. Apakah hubungan pelaku dan korban memiliki kedekatan emosional atau hubungan mereka hanya sebatas kebutuhan atau tidak saling mengenal sama sekali. Seorang materialis akan memberi nilai tindakan

itu atas pembunuhan itu tetap merupakan pembunuhan apa pun alasannya, tapi untuknya yang menguntungkan atau merugikan siapa dan untuk kepentingan siapa tindakan itu.

Perbuatan yang dilakukan dengan sadar, dipikir dan ditimbang dahulu sebelum dilakukan akan memiliki nilai yang diyakini saat dilakukan. Sementara perbuatan yang dilakukan dengan tidak sadar merupakan tindakan reflektif karena endapan dan jalinan nilai yang telah terpatri di dalam diri yang mendorongnya. Misalkan, saat melihat penyeberang jalan yang agak teledor, seketika kita akan berteriak “stop”

guna mencegahnya, atau menjauhkannya dari marabahaya kecelakaan.

Jika kita menimbang dahulu sebelum berteriak, maka kemungkinan besar si penyeberang itu akan ditabrak, atau akan terjadi kecelakaan beruntun akibat ada kendaraan yang ngerem mendadak. Di sini terjadi analisis yang sangat cepat saat kita memutuskan untuk berteriak atau tidak dengan keselamatan diri dari suatu peristiwa yang kemungkinan terjadi. Kita tidak akan sempat menilai kecerobohan si penyeberang jalan atau pengendara sebelum bertindak. Setelah peristiwa terjadi, barulah kita dapat menilai hubungan kecerobohan atau keselamatan di antara keduanya.

Sebagai wujud “ekspresi diri”, yang berarti bahwa seseorang yang memberikan satu penilaian, maka secara pribadi dan merdeka telah menunjukkan kebebasan berpendapat menurut nalurinya yang berarti jujur dan bebas dari tekanan atau penilai lainnya. Dengan memberi penilaian, maka terjadi ekspresi atau pernyataan diri akan sesuatu yang akan dinilai.

Pilihan itu nyata dan sah setelah diambil dan dibuat sebagai keputusan. Contoh, dalam pemilihan umum. Kita mempunyai hak pilih. Kita harus memutuskan terlebih dahulu apakah kita mau memilih atau tidak. Setelah kita memutuskan untuk memilih, maka kita diwajibkan untuk memilih salah satu calon yang tersedia. Kita tidak bisa memilih lebih dari satu atau tidak memilih satu pun. Karena kita sudah memutuskan untuk memilih. Jika anda pergi ke TPS tapi anda tidak memilih atau memilih lebih dari satu, maka suara anda tidak sah.

Nilai sebagai sarana untuk “evaluasi”, bermakna bahwasanya setiap penilaian dari siapa pun atau pihak mana pun akan dipandang subjektif

oleh penilai lainnya. Namun, fakta atau peristiwa yang melatarbelakangi akan tetap objektif sekalipun objek atau peristiwa yang ada tersebut merupakan hasil rekayasa. Oleh karena itu, nilai hadir menyelaraskan perpaduan penilaian sementara demi terwujudnya pengertian.

Dalam dokumen A. Istilah dan Pengertian Filsafat (Halaman 83-86)