• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan yang Diperoleh Melalui Filsafat

Dalam dokumen A. Istilah dan Pengertian Filsafat (Halaman 70-73)

MANUSIA DAN PENGETAHUAN

B. Pengetahuan

3. Pengetahuan yang Diperoleh Melalui Filsafat

masalah yang mereka hadapi. Apa yang akan dilakukan oleh ilmuwan itu? Ternyata ia melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama, ia mengidentifikasi masalah. Ia ingin tahu seperti apa kenakalan remaja yang ada di kampung itu. Ia ingin tahu lebih dahulu, secara persis, misalnya beberapa orang, siapa yang nakal, malam atau hari apa saja kenakalan itu dilakukan, penyebab mabuk, berkelahi dengan siapa, dan apa penyebabnya. Ia ingin tahu sebanyak-banyaknya atau selengkap-lengkapnya tentang kenakalan yang diceritakan oleh orang kampung kepadanya, ia seolah-olah tidak percaya begitu saja pada laporan orang kampung tersebut, ia mengidentifikasi masalah itu.

Identifikasi biasanya dilakukan dengan cara mengadakan penelitian, hasil penelitian itu ia analisis untuk mengetahui secara persis segala sesuatu di seputar kenakalan itu tadi.

Kedua, ia kembali mencari teori tentang sebab-sebab kenakalan remaja.

Biasanya ia cari dalam literatur. Ia menemukan ada beberapa teori yang menjelaskan sebab-sebab kenakalan remaja. Di antara teori itu ia pilih teori yang diperkirakan paling tepat untuk menyelesaikan masalah kenakalan remaja di kampung itu. Sekarang ia tahu penyebab kenakalan remaja di kampung itu.

Ketiga, ia kembali membaca literatur lagi. Sekarang ia mencari teori yang menjelaskan cara memperbaiki remaja nakal. Dalam buku ia baca, bahwa memperbaiki remaja nakal harus disesuaikan dengan penyebabnya. Ia sudah tahu penyebabnya, maka ia usulkan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh pemimpin, guru, organisasi pemuda, ustadz, orang tua remaja, dan polisi, serta penegak hukum.

Demikian biasanya cara ilmuwan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Itu adalah cerita tentang cara science menyelesaikan masalah. Cara filsafat dan mistik tentu lain lagi. Langkah baku science dalam menyelesaikan masalah: identifikasi masalah, mencari teori, menetapkan tindakan penyelesaian.

sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati.

Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.

Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini, maka jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki. Ini sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya.

Dengan pengertian khusus, karena filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks, maka timbul berbagai pendapat tentang arti filsafat dengan kekhususan masing-masing. Berbagai pendapat khusus tentang filsafat, seperti:

a. Rasionalisme yang mengagungkan akal.

b. Materialisme yang mengagungkan materi.

c. Idealisme yang mengagungkan ide.

d. Hedonisme yang mengagungkan kesenangan.

e. Stoikisme yang mengagungkan tabiat saleh.

Perbedaan pandangan dalam filsafat adalah sesuatu yang lumrah.

Hal ini dikarenakan setiap orang mencoba mengonstruksi bangunan filsafat yang diketahuinya berdasarkan proses yang dilaluinya, baik dalam konteks makrokosmos maupun mikrokosmos. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh kebebasan berpikir yang melingkupi para penggiat filsafat sejak dahulu hingga sekarang untuk menemukan kebenaran dan kebijaksanaan.

Perbedaan tersebut juga telah bermuara pada lahirnya aliran-aliran yang mempunyai kekhususan masing-masing, yang menekankan kepada sesuatu yang dianggap dan harus diberi tempat yang tinggi. Oleh karena itu, berangkat pada deskripsi di atas, maka filsafat dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Filsafat adalah hasil pikiran manusia yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis.

b. Filsafat adalah hasil pikiran manusia yang paling dalam.

c. Filsafat adalah refleksi lebih lanjut daripada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih lanjut ilmu pengetahuan.

d. Filsafat adalah hasil analisis dan abstraksi.

e. Filsafat adalah pandangan hidup.

f. Filsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar, dan menyeluruh.

Dari rangkuman tersebut dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri bersifat adalah sebagai berikut: deskripsi, kritis atau analisis, evaluatif atau normatif, spekulatif, mendalam, mendasar, dan menyeluruh.

Seorang yang berfilsafat pada umumnya adalah seorang yang monolog.

Monolog dalam artian bahwa proses dialog yang dilakukannya. Sehingga dalam beberapa kesempatan dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang mengadah ke bintang-bintang. Atau seseorang yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Masing-masing ingin mengetahui hak dirinya atau menyimak kehadirannya dalam kesemestaan alam (makrokosmos) yang ditatapnya.

Seorang ilmuwan yang filsafati tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Apa kaitan ilmu dengan moral, dengan agama, apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya. Filsafat dalam konteks ini akan menjelajahi dan menelaah segala kejadian sampai kemudian proses interaksi pemikiran tersebut akan membangun sebuah konstalasi yang jelas dan pasti menurut penemuan pemikiran. Sehingga seorang yang berpikir filsafat, tidak hanya menengadah diri menatap dan memaknai bintang-bintang akan tetapi secara perlahan orang yang berpikir filsafat juga akan membongkar tempat berpijaknya secara fundamental.

Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran, yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar?

Tidaklah mungkin manusia mengangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusia tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Ini hanya sebuah spekulasi.

Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah titik, bagaimanapun spekulatifnya. Yang penting dalam prosesnya nanti, dalam analisis maupun pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan spekulasi mana yang paling dapat diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.

Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuannya?

Semua pengetahuan yang ada, dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan.

Tanpa menerapkan kriteria tentang apa yang disebut benar, maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin bicara tentang moral. Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek, tidak mungkin berbicara tentang kesenian. Oleh karena itu, dengan berfilsafat maka akan melahirkan proses dialogis dalam menemukan makna kebenaran dan kebijaksanaan yang hakiki. Hakikat dasar inilah yang kemudian akan diwujudkan dalam bentuk-bentuk lain (cabang filsafat), seperti filsafat agama, filsafat hukum, filsafat nilai, dan lain sebagainya.

Dalam dokumen A. Istilah dan Pengertian Filsafat (Halaman 70-73)