MANUSIA DAN PENGETAHUAN
B. Pengetahuan
2. Pengetahuan yang Diperoleh Melalui Science
Hakikat pengetahuan yang diperoleh melalui science adalah pengetahuan rasional empiris. Sehingga hipotesis yang dihasilkannya pun harus berdasarkan rasio, dengan kata lain hipotesis harus rasional. Misalnya, untuk sehat diperlukan gizi, telur banyak mengandng gizi, karena itu,
logis bila semakin banyak makan telur akan semakin sehat. Hipotesis ini belumlah diuji kebenarannya. Kebenarannya bak rumah dugaan.
Tetapi hipotesis itu telah mencukupi dari kerasionalannya. Dengan kata lain, hipotesis do was. Kata “rasional” di sini menunjukkan adanya hubungan pengaruh atau hubungan sebab akibat.
Selanjutnya masalah empiris. Untuk menguji hipotesis di atas, maka (kebenarannya) harus mengikuti prosedur metode ilmiah. Untuk menguji hal itu, haruslah digunakan metode eksperimen dengan cara mengambil satu atau dua sampel kampung yang disuruh makan telur secara teratur selama setahun sebagai kelompok eksperimen, dan mengambil satu atau dua kampung yang lain yang tidak boleh makan telur, juga selama setahun itu, sebagai kelompok kontrol. Pada akhir tahun, kesehatan kedua kelompok itu diamati. Hasilnya, kelompok kampung yang makan telur rata-rata lebih sehat. Dengan eksperimen tersebut, dapatlah dibuat sebuah kesimpulan awal bahwa semakin banyak telur dimakan akan semakin sehat, dengan demikian telur berpengaruh positif terhadap kesehatan terbukti. Setelah mengikuti alur pembuktian terhadap hipotesis yang dilakukan secara berulang-ulang, maka hipotesis tadi dapat berubah menjadi teori.
Teori yang dimaksudkan bahwa semakin banyak makan telur semakin sehat atau telur berpengaruh positif terhadap kesehatan, adalah teori yang rasional-empiris. Teori seperti inilah yang disebut teori ilmiah (scientific-theory). Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa alur pikir yang rasional-empiris sebagaimana diuraikan di atas juga berlaku dalam teori science.
Jika kerangka alur pikir dalam perolehan pengetahuan melalui science dengan metode ilmiah, maka dapat dirumuskan dalam bentuk baku metode ilmiah yaitu rasionale hypothetico verificatif (buktikan bahwa itu rasional tarik hipotesis, ajukan bukti empiris). Pada dasarnya, cara kerja science adalah kerja mencari hubungan sebab akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Science tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak sopan, indah atau tidak indah, science hanya memberikan nilai benar atau salah. Kenyataan inilah yang menyebabkan ada orang menyangka bahwa science itu netral.
Dalam konteks seperti itu memang ya, tetapi dalam konteks lain belum tentu ya.
Ketika science menitikberatkan hubungan sebab akibat, maka science tentulah memiliki objek (yaitu, objek yang diteliti sains). Dalam pandangan Jujun, yang dimaksud dengan objek science adalah semua objek yang empiris. Dalam ini, objek kajian science hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Oleh karena ini objek kajian science haruslah objek-objek yang empiris sebab bukti-bukti yang empiris yang harus ditemukan adalah bukti-bukti yang empiris.
Bukti empiris ini diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis.
Pertanyaan yang menarik kemudian untuk diajukan sehubungan dengan objek adalah apakah objek yang boleh diteliti oleh science itu bebas atau tidak? Hal ini dapat diartikan apakah science boleh meneliti apa saja asal empiris? Objek-objek yang dapat diteliti oleh science banyak sekali seperti alam, tumbuhan, hewan, dan manusia, serta kejadian-kejadian di sekitar alam. Dari penelitian itulah muncul teori-teori science. Teori-teori-teori itu dapat berkelompok atau dikelompokkan dalam masing-masing cabang science.
Menjawab pertanyaan di atas, tentunya akan menimbulkan kontroversi tersendiri. Hal ini dikarenakan dalam kebebasan yang melekat pada science mengenai apa yang dapat diteliti sepanjang empiris, maka menurut filsafat agama, mungkin hal tersebut bertentangan. Hal ini dikarenakan science memiliki keterbatasan dalam membuktikan apakah segala sesuatu itu rasional atau tidak. Dalam hal terjadi masalah yang dihadapi oleh manusia, maka science juga menyelesaikannya dengan pendekatan science.
Ilmu memudahkan kehidupan sejak kampung itu berdiri ratusan tahun yang lalu, sampai tahun-tahun belakangan ini penduduknya hidup dengan tenang. Tidak ada kenakalan. Anak-anak dan remaja begitu baiknya, tidak berkelahi, tidak mabuk-mabukan, tidak mencuri, tidak membohongi orang tuanya. Senang sekali bermukim di kampung itu.
Tiba-tiba jalan raya melintasi kampung itu. Listrik dipasang penduduk mendapat listrik dengan harga murah dan penduduk pun senang.
Beberapa tahun kemudian, anak mereka nakal. Anak mereka sering berkelahi, mabuk, mencuri, membohongi orang tuanya. Penduduk sering bertanya “Mengapa keadaan begini?” Mereka menghadapi masalah.
Mereka memanggil ilmuwan, meminta bantuannya untuk menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi. Apa yang akan dilakukan oleh ilmuwan itu? Ternyata ia melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, ia mengidentifikasi masalah. Ia ingin tahu seperti apa kenakalan remaja yang ada di kampung itu. Ia ingin tahu lebih dahulu, secara persis, misalnya beberapa orang, siapa yang nakal, malam atau hari apa saja kenakalan itu dilakukan, penyebab mabuk, berkelahi dengan siapa, dan apa penyebabnya. Ia ingin tahu sebanyak-banyaknya atau selengkap-lengkapnya tentang kenakalan yang diceritakan oleh orang kampung kepadanya, ia seolah-olah tidak percaya begitu saja pada laporan orang kampung tersebut, ia mengidentifikasi masalah itu.
Identifikasi biasanya dilakukan dengan cara mengadakan penelitian, hasil penelitian itu ia analisis untuk mengetahui secara persis segala sesuatu di seputar kenakalan itu tadi.
Kedua, ia kembali mencari teori tentang sebab-sebab kenakalan remaja.
Biasanya ia cari dalam literatur. Ia menemukan ada beberapa teori yang menjelaskan sebab-sebab kenakalan remaja. Di antara teori itu ia pilih teori yang diperkirakan paling tepat untuk menyelesaikan masalah kenakalan remaja di kampung itu. Sekarang ia tahu penyebab kenakalan remaja di kampung itu.
Ketiga, ia kembali membaca literatur lagi. Sekarang ia mencari teori yang menjelaskan cara memperbaiki remaja nakal. Dalam buku ia baca, bahwa memperbaiki remaja nakal harus disesuaikan dengan penyebabnya. Ia sudah tahu penyebabnya, maka ia usulkan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh pemimpin, guru, organisasi pemuda, ustadz, orang tua remaja, dan polisi, serta penegak hukum.
Demikian biasanya cara ilmuwan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Itu adalah cerita tentang cara science menyelesaikan masalah. Cara filsafat dan mistik tentu lain lagi. Langkah baku science dalam menyelesaikan masalah: identifikasi masalah, mencari teori, menetapkan tindakan penyelesaian.