• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Lembaga Universitas Sanata Dharma

Hasil produk dalam penelitian ini, diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian yang selanjutnya yang berhubungan dengan media audio visual, terkhusus bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Sekolah

Hasil produk dalam penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar yang kreatif, terutama pada mata pelajaran Sejarah.

3. Guru

Hasil produk dalam penelitian ini, diharapkan dapat mempermudah kinerja guru dalam memberikan materi kepada peserta didik, selain itu diharapkan produk ini dapat membuka wawasan guru untuk semakin kreatif dalam mengembangkan media pembelajaran.

4. Siswa

Hasil produk dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan motivasi serta mempermudah peserta didik untuk memahami pembelajaran Sejarah dengan baik dan tidak monoton.

5. Peneliti Selanjutnya

Hasil produk dalam penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi atau media untuk menguji keefektifan dari produk media audio visual di masa yang akan datang.

6. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti sendiri dan bagi orang lain yang sekiranya membutuhkan, dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi peneliti untuk menerapkan media pembelajaran yang kreatif sehingga dalam proses pembelajaran dapat lebih baik lagi.

11 di dalam pembelajaran berfungsi sebagai alat komunikasi atau penyampai pesan dari guru kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).9 Kemudian media dalam bahasa Arab disebut sebagai wasail dari kata wasilah yang merupakan persamaan dari always yang memiliki berarti “Tengah”, sehingga kata tersebut juga disebut sebagai “perantara” (wasilah) yang menjadi penghubung antar kedua sisi.10

Dalam pembelajaran di sekolah, guru dituntut untuk mengembangkan media pembelajaran pada siswa. Inovasi media pembelajaran harus dilakukan, supaya pembelajaran di sekolah semakin efektif dan dapat beradaptasi pada perubahan teknologi yang semakin cepat. Dengan memanfaatkan media pembelajaran di sekolah, diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengajar oleh guru kepada siswa. Penggunaan alat bantu atau media sangat

9 Rusman, dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi:Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali Pers: Jakarta, 2015, hlm. 169.

10 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Gaung Persada:Jakarta,2010, hlm.6.

membantu aktivitas proses pembelajaran baik di dalam maupun diluar kelas, khususnya membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kata media berasal dari Bahasa Latin, yaitu medius yang secara harfiahnya berarti tengah atau perantara.11 Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa media pembelajaran sebagai perantara atau penghubung dari guru untuk siswa.Menurut Heinich, (1993) media merupakan alat saluran komunikasi.

Heinich mencontohkan media seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), computer, dan instruktur.12 Vernon S. Gerlach dan Donald P.

Ely dalam Mustiqon (2012) menjelaskan bahwa pengertian media memiliki dua macam, yaitu arti sempit dan arti luas. Arti sempit berarti mewia memiliki wujud grafik, foto, alat mekanik dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses, dan menyampaikan informasi. Kemudian dalam arti luas, media sebagai kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru.13

Sementara itu, menurut Nunuk Suryani, dkk dalam bukunya yang berjudul

“Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya” mengatakan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran penyampaian pesan atau informasi dari sumber pesan ke penerima yang dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga siswa mampu memperoleh

11 Ibid, hlm. 6.

12 Rudi Susilana & Cepi Riyana, Media Pembelajaran (Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian), Bandung: CV Wacana Prima, 2018, hlm. 6.

13 Nunuk Suryani, dkk, Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018, hlm. 2.

pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang sesuai dengan tujuan informasi yang disampaikan.14

Dari pengertian media yang telah dipaparkan, media pembelajaran merupakan alat bantu guru sebagai perantara dalam menyampaikan materi kepada siswa dengan mengembangkan teknologi di dalam pembelajaran. Media pembelajaran berperan sebagai sarana komunikasi dalam pembelajaran antara guru dengan siswa, dan sangat efektif jika digunakan sebaik mungkin. Media Pembelajaran tidak digunakan sebagai hiburan bagi peserta didik, tetapi dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran.

b. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Gerlach dan Ely (1971), menyatakan 3 ciri media yang menjadi petunjuk alasan penggunaan media dalam pembelajaran dan menjelaskan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang tidak dapat dilakukan oleh guru. Penjabarannya sebagai berikut:15

a. Ciri Fiksatif

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekomendasikan, merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.

Peristiwa atau objek dapat disusun secara runtut dengan media, seperti fotografi, video tape, audio tape, disket computer, compact disk dan film. Peristiwa yang kemudian telah di produksi oleh media tersebut dapat digunakan tanpa batas waktu tertentu.

b. Ciri Manipulatif

Ciri ini menggambarkan bahwa peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam waktu lama, dapat diberikan kepada siswa dengan waktu yang singkat dengan menggunakan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

14 Ibid, hlm. 3.

15 Ibid, hlm. 174.

c. Ciri Distributif

Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian disampaikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian itu ditampilkan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

Dari ketiga ciri media yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa media memiliki ciri yang dapat merekonstruksi suatu peristiwa atau objek, dimanipulatif serta ditransportasikan melalui ruang. Untuk itu, media memiliki peranan penting dalam pembelajaran karena efektif dalam penggunaannya.

c. Fungsi Media Pembelajaran

Yudi Munadi menjelaskan beberapa fungsi pembelajaran sebagai berikut : 16 1. Fungsi sebagai sumber belajar, yaitu untuk sebagai segala macam sumber

yang ada di luar diri peserta didik dan memungkinkan atau memudahkan terjadinya proses belajar.

2. Fungsi semantik, yaitu kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).

3. Fungsi Manipulatif, yaitu mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.

4. Fungsi Psikologis :

a. Fungsi atensi, yaitu dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar.

b. Fungsi afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu.

c. Fungsi kognitif, yaitu memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek berupa orang, benda, atau peristiwa.

d. Fungsi imajinatif, yaitu meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa.

e. Fungsi motivasi, yaitu membangkitkan minat belajar siswa dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan.

5. Fungsi sosial-kultural, yaitu mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran.

16 Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, hlm. 36.

Sementara itu, manfaat fungsi media pembelajaran menurut Nunuk Suryani, dkk adalah :17

1. Memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.

2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.

3. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.

4. Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat

5. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.

6. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.

Dari fungsi-fungsi media pembelajaran yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui bahwa media pembelajaran sangat berfungsi dalam membantu peserta didik untuk memahami materi, sehingga proses belajar dapat terlaksana sesuai dengan harapan guru dan siswa.

d. Manfaat Media Pembelajaran

Berikut manfaat-manfaat media pembelajaran menurut Kemp and Dayton (1985) :18

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar 2. Pembelajaran dapat lebih menarik

17 Rudi Susilana & Cepi Riyana, Media Pembelajaran (Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian), Bandung: CV WACANA PRIMA, 2018, hlm. 10.

18 Ibid, hlm. 9.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar 4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan 7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran

dapat ditingkatkan

8. Peran guru berubah kearah yang positif

e. Ragam dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran apabila dilihat dari sudut pandang yang luas, tidak hanya terbatas pada alat-alat audio, audio visual, melainkan sampai pada tingkah laku pengajar dan kondisi pribadi pembelajar. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:19

1. Bahan-bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual berupa bahan-bahan cetakan dan bacaan.

2. Alat-alat audiovisual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, yaitu:

a. Media proyeksi, seperti: overhead projector, slide, film, dan LCD.

b. Media non proyeksi, seperti: papan tulis, poster, papan tempel, kartun, papan flanel, komik, bagan, diagram, gambar, grafik, dan lain-lain.

c. Benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka, topeng, lembaran balik, peta, globe, pameran, dan museum sekolah.

19 Hujari AH Sanaky, Media Pembelajaran, Kaukaba Dipantara, Yogyakarta, 2013, hlm. 44-45.

3. Media yang menggunakan teknik atau mesinal, yaitu slide, film strif, film rekaman, radio, televisi, video, VCD, laboratorium elektronika, perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkoneksi, komputer, internet.

4. Kumpulan benda-benda (material collections) yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki nilai sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintahan, agama, kebudayaan, politik, dan lain-lain.

5. Contoh-contoh kelakuan, perilaku pengajar, pengajar memberi contoh perilaku atau suatu perbuatan. Misalnya, mencontohkan suatu perbuatan dengan gerakan tangan dan kaki, gerakan badan, mimic, dan lain-lain.

Edgar dale mengadakan klasifikasi media menurut tingkat dari yang paling konkret ke tingkat yang paling abstrak dan dinamakan dengan kerucut pengalaman (cone experience), yang dideskripsikan sebagai berikut:20

1. Pengalaman langsung. Siswa pada tahap ini perlu berhubungan langsung dengan keadaan dan kejadian yang sebenarnya.

2. Pengalaman melalui tiruan. Membuat tiruan dari kejadian-kejadian atau peristiwa atau benda-benda sebenarnya yang sulit diperoleh untuk dibawa ke kelas.

3. Pengalaman melalui dramatisasi. Materi pengajaran disajikan dalam bentuk drama. Peran yang diperankan agar menarik anak didik. Sehingga isi pengajaran dapat diterima.

4. Pengalaman melalui percontohan atau demonstrasi. Materi pengajaran disajikan dengan didemonstrasikan pada bagian-bagian tertentu.

5. Pengalaman melalui darmawisata. Dalam hal-hal tertentu, pengalaman yang diperoleh anak didik melalui darmawisata atau karyawisata sangat berarti, karyawisata untuk memperluas pengalaman belajar anak didik.

6. Pengalaman melalui pameran. Dalam pengalaman melalui pameran, siswa dapat memperlihatkan dan memamerkan kemampuan serta kemajuan-kemajuan mereka secara individu atau kelompok.

20 Nizwardi Jalinus, Ambiyar, Media dan Sumber Pembelajaran, Kencana: Jakarta, 2016, hlm. 12-13.

7. Pengalaman melalui televisi. Televisi dalam program pendidikan, dalam era reformasi merupakan medium yang baik, karena minat anak didik, dimana mereka dapat memperoleh informasi-informasi yang autentik, peristiwa terjadi atau yang sedang terjadi.

8. Pengalaman melalui gambar hidup. Anak didik dapat memperoleh pengalaman melalui gambar hidup atau film.

9. Pengalaman melalui rekaman, gambar diam, dan radio. Pengalaman anak melalui rekaman, radio, dan kaset.

10. Pengalaman melalui lambing visual. Pengalaman melalui visualisasi benda-benda berdimensi dua, misalnya sketsa, lukisan, dan karikatur.

11. Pengalaman melalui lambing kata. Tahap ini, anak didik sudah mampu memperoleh pengalaman belajar, atau mampu meperoleh pengetahuan hanya melalui lambing kata, yang diperoleh hanya dengan membaca buku.

Berikut gambar kerucut pengalaman (cone experience) menurut Edgar Dale:

Gambar I: Kerucut Pengalaman Menurut Edgar Dale

2. Media Audio Visual

a. Pengertian Media Audio Visual

Audio visual atau lebih dikenal dengan video adalah salah satu bentuk dari media pembelajaran. Media audio visual merupakan perpaduan antara media dengar (audio) dengan media gambar (visual).21 Menurut Arsyad (2004: 36) mengemukakan bahwa audio visual merupakan serangkaian gerak dan suara yang membentuk satu kesatuan yang kemudian dirangkai menjadi sebuah alur, yang terdapat pesan-pesan di dalamnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tersimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk.22 Sedangkan menurut Situmorang (2006:11), mengemukakan bahwa media video atau media audio visual merupakan media elektronik yang memanfaatkan kekuatan gambar dan suara dalam mempengaruhi penontonnya.23

Gambar merupakan kekuatan yang utama dalam media audio visual, sedangkan suara (audio) merupakan pelengkap atau dapat dikatakan sebagai penguat dari gambar yang ada. Perpaduan antara media visual dan media audio tersebut mampu mempengaruhi emosi siswa. Materi yang disampaikan melalui media audio visual akan mudah dimengerti dengan baik dan jelas oleh siswa, karena materi dapat terlihat secara visual dan dapat didengar secara audio.

21 Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh “Perancangan, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi Diklat”, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2011, hlm 119.

22 Rusman dkk, Op.cit, hlm 218.

23 Bambang Warsita. Op.cit, hlm 118.

b. Jenis-jenis Media Audio Visual

Berikut jenis-jenis yang terdapat dalam media audio visual, yaitu:24 1. Televisi

Televisi berasal dari dua kata, yaitu : kata tele (bahasa Yunani), yang berarti jauh, dan visi (bahasa Latin), berarti penglihatan. Television (bahasa Inggris), bermakna melihat jauh. Istilah televisi, baru dicetuskan di paris, pada tanggal 25 Agustus 1900, bersamaan dengan pertemuan para ahli elektronik dari beberapa negara industri maju. Televisi merupakan perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang terdiri dari gambar dan suara.

Televisi dapat mentransmisikan segenap pesan melalui gelombang elektronik atau melalui saluran kabel. Televisi sebagai lembaga penyiaran, telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran. Semakin banyak siaran televisi yang khusus menginformasikan atau menyiarkan pesan-pesan materi pendidikan dan pengajaran yang disebut sebagai televisi pendidikan (educational television).

2. Video- VCD

Gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara, dapat ditayangkan melalui medium video dan video compact disk (VCD). Sama seperti medium audio, program video yang disiarkan (broadcasted) sering digunakan oleh lembaga pendidikan jarak jauh sebagai sarana penyampaian pembelajaran. Video dan VCD dapat digunakan sebagai media untuk mempelajarai objek dan mekanisme kerja dalam mata kuliah tertentu.

24 Hujari AH Sanaky, Media Pembelajaran, Kaukaba Dipantara, Yogyakarta, 2013, hlm. 119-126.

3. Media Saund Slide (slide bersuara)

Saund slide, merupakan media pembelajaran yang bersifat audio-visual.

Secara fisik, slide suara adalah gambar tunggal dalam bentuk film positif tembus pandang yang dilengkapi dengan bingkai yang diproyeksikan. Pada saat penggunaannya dapat dikombinasikan dengan audio kaset atau juga dapat digunakan secara tunggal tanpa suara. Sebagai media pembelajaran, slide suara dapat menyajikan gambar yang tetap, sehingga menjamin keutuhan pelajaran dan gambar tidak mudah hilang, terbalik, atau berubah urutan jika teknik pengemasannya benar dan baik.

c. Peran Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Sejarah

Media audio visual memiliki peranan penting sebagai alat bantu belajar bagi guru sejarah untuk menjelaskan suatu peristiwa dan menampilkan suatu objek yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, sehingga siswa mempunyai gambaran mengenai materi yang disampaikan. Untuk itu peran media audio visual dalam pembelajaran sejarah sangat besar, sehingga siswa dapat merasakan, mengamati dan menghayati secara langsung melalui media audio visual. Media audio visual memiliki kegunaan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pembelajaran seperti komunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa, selera belajar yang masih kurang, pengamatan yang kurang seragam dan lain sebagainya.25

25 Andre Riyanto, Peranan Audio Visual Dalam Pendidikan, Penerbit Yayasan Kanisius:Yogyakarta, 1982, hlm. 19.

d. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual

Pada umumnya media audio visual dalam pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, baik dalam segi pembuatan maupun dalam penggunaannya. Kelebihan dan kekurangan media audio visual dijabarkan sebagai berikut :26

1. Kelebihan Media Audio Visual :

a. Dalam menerima pembelajaran lebih efektif karena dapat melayani gaya bahasa siswa auditif dan visual.

b. Dapat memberikan pengalaman yang nyata daripada yang disampaikan melalui media audio dan visual.

c. Siswa akan lebih cepat memahami karena siswa dapat melihat secara langsung, sehingga tidak hanya membayangkan.

d. Media audio visual lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa 2. Kelemahan Media Audio Visual :

a. Memerlukan waktu yang lama dalam pembuatannya, dikarenakan memadukan 2 elemen yaitu visual dan audio.

b. Dalam pembuatannya dibutuhkan keterampilan dan ketelitian.

c. Dalam pembuatan media audio visual memerlukan biaya yang cukup mahal.

d. Dibutuhkan perangkat atau alat yang mewadahi, apabila tidak ada akan sulit membuatnya.

26 Nunuk dkk, Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya. PT Remaja Rosdakarya:Bandung, 2018, hlm. 53.

3. Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian Pembelajaran Sejarah

Sejarah merupakan kejadian yang dilakukan oleh manusia dalam segala aktivitasnya yang disusun secara ilmiah dengan melihat kronologi waktu, tempat dan peristiwa. Heri Susanto dalam bukunya yang berjudul Seputar Pembelajaran Sejarah mengungkapkan bahwa Sejarah merupakan sebuah ilmu yang memiliki

misi yang sangat besar untuk memperbaiki peradaban umat manusia, sejarah banyak memberikan pelajaran tentang konsep-konsep penting dalam menghadapi kehidupan yang akan datang.27

Sedangkan sejarah merupakan suatu proses perjuangan manusia dalam memenuhi gambaran tentang segala aktivitasnya, yang kemudian disusun secara ilmiah dengan memperhatikan beberapa hal seperti kurun waktu, diberi tafsiran serta analisa kritis sehingga mampu dipahami dan dimengerti.28 Sartono Kartodirjo berpendapat bahwa dalam rangka pembangunan bangsa, pembelajaran sejarah selain memberikan ilmu atau pengetahuan sejarah juga mempunyai tujuan untuk menyadarkan atau membangkitkan kesadaran sejarah dalam diri siswa.29

Maka pembelajaran sejarah merupakan suatu aktivitas belajar dan mengajar antara guru (pendidik) dan siswa (peserta didik) dalam mempelajari peristiwa-peristiwa di masa lampau serta memberikan kesadaran sejarah pada diri siswa. Pembelajaran sejarah juga harus mampu untuk memberikan arahan kepada

27 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran),Yogyakarta:Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 8.

28 Ibid, hlm 7.

29 Ibid, hlm 35.

siswa untuk memahami dan menghayati nilai-nilai karakter yang terdapat dalam setiap cerita sejarah.30 Adanya nilai-nilai karakter dalam pembelajaran sejarah, maka akan menjadikan siswa menjadi manusia yang bermoral, bermartabat dan berakhlak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

b. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Berikut tujuan pembelajaran sejarah menurut Moh.Ali (2005:351):

1. Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan.

2. Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala lapangan.

3. Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai bagian dari sejarah dunia.

4. Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan undang-undang Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu sepanjang masa.

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Sejarah

Berikut prinsip-prinsip pembelajaran sejarah menurut Heri Susanto:31

1. Pembelajaran yang dilakukan haruslah adaptif terhadap perkembangan peserta didik dan perkembangan zaman.

2. Pembelajaran berorientasi pada pendekatan nilai.

3. Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreativitas dan memaksa peserta didik hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks.

30 Ibid, hlm 36.

31 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran),Yogyakarta:Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 56.

4. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Saat ini pendidikan karakter dalam dunia pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Sebab pendidikan karakter merupakan cara untuk dapat melatih siswa supaya menjadi manusia yang bermoral, berakhlak dan bermartabat. Secara etimologis, kata karakter dapat berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang dapat membedakan seseorang yang satu dengan yang lainnya.32 Karakter merupakan kumpulan-kumpulan tata nilai yang sudah tertanam didalam jiwa manusia yang dapat membedakannya dengan orang lain dan menjadi dasar panduan seseorang dalam berperilaku, bersikap dan berpikir.33

Menurut American Dictionary of the English Language (2001:2192), karakter didefinisikan sebagai kualitas-kualitas yang teguh dan khusus, dibangun dalam kehidupan seseorang yang menentukan responnya tanpa pengaruh kondisi-kondisi yang ada.34 Sementara itu arti dari karakter menurut Kamus Bahasa Indonesia yaitu sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.35

Menurut Elkind & Sweet dalam Kementerian Pendidikan Nasional (2010), Pendidikan karakter dimaknai sebagai usaha yang berkesinambungan untuk membantu manusia mengerti, meresapi, dan bertindak atas dasar nilai-nilai etika

32 Pupuh dkk, Pengembangan Pendidikan Karakter, PT Refika Aditama:Bandung, 2013, hlm. 17.

33 Aisyah M.Ali, Pendidikan Karakter (Konsep dan Implementasinya), Kencana:Jakarta, 2018, hlm.

12.

34 Agus Wibowo dan Gunawan, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, hlm. 7.

35 Ibid, hlm. 8.

yang pokok.36 T.Ramli (2003) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak, tujuannya untuk membentuk pribadi anak supaya dapat menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.37 Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan karakter menurut Kevin Ryan dan Bohlin (2001) adalah upaya sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan

yang pokok.36 T.Ramli (2003) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak, tujuannya untuk membentuk pribadi anak supaya dapat menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.37 Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan karakter menurut Kevin Ryan dan Bohlin (2001) adalah upaya sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan