• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai strategi CSR dari seorang public relations PT.Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 dalam meningkatkan citra perusahaannya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta tambahan

pengetahuan sebagai sumber referensi dalam teori pembentukan citra, strategi public relations, hingga efektivitas CSR dalam pembentukan citra positif bagi mahasiswa dan masyarakat luas.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman atau referensi bagi public relations sebuah perusahaan yang hendak meningkatkan citra perusahaannya lewat aktivitas CSR perusahaan tersebut serta menjadi acuan atau standard bagi masyarakat untuk menilai fungsi-fungsi dari keberadaan suatu perusahaan dalam konteks program CSR perusahaan tersebut.

3. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dan pandangan baru bagi mahasiswa ataupun dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara, terutama yang bersinggungan dengan masalah strategi public relations, pembentukan citra perusahaan, pembentukan opini masyarakat dan program CSR suatu perusahaan. Selain itu temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau landasan mahasiswa lain yang ingin turut meneliti mengenai topik serupa.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma penelitian mengarahkan sebuah penelitian memandang suatu masalah dan menjawab suatu masalah tersebut sehingga peneliti menggunakan paradigma sebagai bentuk kajian sehingga mengurangi efek bias dalam proses penelitian.

Berdasarkan uraian Bagus (dalam Pujileksono, 2015: 26) menyatakan bahwa paradigma berarti sisi model, di samping pola atau di sisi contoh.

Paradigma adalah satu set asumsi, konsep, nilai-nilai dan praktek, dan cara pandang realitas dalam disiplin ilmu. Paradigma digunakan sebagai landasan/pijakan berpikir penelitian dalam memandang dunia.

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif, dimana peneliti menggali informasi apa adanya dari subjek penelitian. Paradigma konstruktivis adalah paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan.

Menurut Von Glasersfeld (dalam Ardianto & Bambang, 2009: 154), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti. Paradigma konstruktivisme melihat subjek adalah faktor sentral dalam kegiatan komunikasi dan menjalin hubungan. Dengan memahami subjek yang akan diteliti akan membuat peneliti akan memahami apa yang menjadi pemikiran dan pernyataan dari permasalahan yang diteliti.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena ingin mengumpulkan informasi berupa pendapat, tanggapan, konsep dan keterangan dengan kegiatan-kegiatan serta masalah yang terjadi. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007: 3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu secara holistic (utuh). Jadi dapat disederhanakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, secara holistic dengan bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

2.2 Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu menjadi acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitin yang dilakukan. Peneliti menemukan beberapa kajian terdahulu yang mirip dengan judul penelitian peneliti sehingga dapat memperkaya bahan kajian dan referensi penelitian. Kajian-kajian tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Agnes Datuela (2013) dari Universitas Sam Ratulangi dengan judul penelitian “Strategi public relations PT.Telkomsel branch Manado dalam mempertahankan citra perusahaan”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan bagaimana strategi public relations PT. Telkomsel branch Manado dalam mempertahankan citra perusahaannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif murni, dengan subjek penelitian adalah divisi public relations PT. Telkomsel branch Manado dan objek peneltian tentang strategi divisi ini dalam mempertahankan citra perusahaannya. Infoman penelitian dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, Strategi utama yang dilakukan public relations PT. Telkomsel branch Manado dalam mempertahankan citra di mata masyarakat ialah dengan mengkoordinasi masalah yang ada dengan pihak Pusat (Jakarta) dan pihak area (Makassar), karena divisi coordinate communication (corcom) hanya ada di sana. Public relations Telkomsel di tiap branch kota tidak memiliki kewenangan untuk membuat press release atau segala sesuatunya harus terlebih dahulu dikoordinasikan dengan pihak pusat dan area karena public relations disini dapat dikatakan hanya sebagai perpanjangan tangan dari pihak pusat dan area kepada masyarakat. Jadi semuanya diserahkan

kembali kepada corcom dan setelah itu public relations branch lah yang akan meneruskan dan mengklarifikasikan hasil dari divisi corcom tersebut kepada media. Public relations perusahaan Telkomsel dapat melakukan penyokongan program-program yang telah dirancang dan disiapkan oleh pusat. Oleh karena itu, dalam mempertahankan citra perusahaan, public relations menggunakan 3 strategi, yaitu pull strategi, push strategi, dan pass strategi. Pull strategi ialah strategi yang dilakukan public relations agar dapat kembali menarik perhatian publik kembali yakni dengan melalui iklan-iklan yang ada agar dapat menimbulkan kesadaran publik terhadap perusahaan kembali. Sedangkan Push strategi ialah strategi public relations melalui event-event dalam mendorong kembali publik mengenai citra perusahaan yang telah rusak. Event-event yang dibuat biasanya selalu dikordinasi dengan pihak Pusat. Namun terkadang pihak Pusat memberikan kewenangan sepenuhnya dalam membuat event-event daerah kepada public relations cabang Manado. Sedangkan Pass strategi ialah kekuatan untuk mempengaruhi dan menciptakan opini publik yang positif melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat partisipasi seperti menjadi sponsorship, juga melakukan program CSR (Coorporate Social Responsibility). Strategi-strategi ini dilakukan untuk mempengaruhi khalayak dan menciptakan kembali opini dan citra publik yang positif.

2. Penelitian kedua adalah penelitin yang dilakukan oleh Ari Zulkifri (2013) dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim dengan judul penelitian

“Strategi public relations PT. RAPP dalam membangun citra positif perusahaan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi PT.RAPP dalam membangun citra perusahaan. Teknik pengumpulan data digunakan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk populasi yaitu seluruh karyawan perusahaan sedangkan untuk sampel sebanyak 3 orang. Teknik penarikan sampel digunakan dengan cara purposive sampling. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah kepala bidang Corporate Communication PT. RAPP, 1 orang sub bidang Corporate Officer dan Communication Officer Database PT. RAPP, sedangkan objek penelitiannya adalah strategi public relations PT. RAPP

dalam membangun citra positif perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, strategi public relations PT.RAPP dalam membangun citra perusahaan yaitu melakukan kerja sama dengan Sarekat Pekerja (SP) dalam menghimpun opini masyarakat yang beredar terhadap perusahaan kemudian PT RAPP sering melakukan publikasi seperti pembuatan kalender, agenda iklan yang berisi profil perusahaan dan pengalihan isu dengan cara penyebaran informasi terhadap program-program Community Development (CD) dibidang pendidikan, kesehatan, pertanian,dan lingkungan. Selain itu PT RAPP juga melakukan kerjasama dengan media, baik cetak maupun elektronik guna sebagai alat penyebaaran informasi kepada khalayak. Kemudian strategi khusus yang dimiliki PT RAPP dalam membangun citra positif perusahaan adalah dengan cara membentuk kelembagaan sebagai perpanjangan tangan PT RAPP di suatu Desa seperti Lembaga Konservasi Desa (LKD) Segati, dimana lembaga ini berfungsi membantu menajalankan kegiatan-kegiatan Community Development (CD) PT RAPP. Dengan berbagai strategi ini PT RAPP mampu bertahan dan tetap berproduksi sampai saat ini.

3. Penelitian ketiga yang digunakan peneliti sebagai acuan adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Ridha (2014) dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Strategi public relations dalam membangun citra perusahaan pada Excellent Islamic School (EXISS) A BA TA Srengseng Jakarta Barat”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi public relations dan hasilnya dalam membangun citra perusahaan pada Excellent Islamic School (Exiss) A BA TA Srengseng Jakarta Barat. Metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan teknik penulisan menggunakan teknik analisis deskriptif. Subjek penelitian ini adalah divisi humas Excellent Islamic School (Exiss) A BA TA Srengseng Jakarta Barat, sedangkan objek penelitiannya yaitu strategi yang digunakan public relations Excellent Islamic School (Exiss) dalam membangun citra perusahaan. Teknik pengumpulan data yaitu osbservasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu analisis deskriptif. Berdasarkan

hasil penelitian, ditemukan bahwa strategi yang digunakan public relations Excellent Islamic School (Exiss) A BA TA Srengseng Jakarta Barat yaitu dengan menggunakan media, berupa website perusahaan sekolah, Mailing List, dan spanduk atau brosur, serta lewat program Talk Fusion yang ada disekolah tersebut yang mana dinilai oleh pihak public relations menjadi nilai tambah bagi masyarakat tersebut karena program ini jarang digunakan oleh sekolah lain.

Ketiga penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan memfokuskan penelitian mengenai permasalahan atau fenomena terkait bagaimana strategi public relations suatu perusahaan dalam membangun atau menjaga citra perusahaannya di mata masyarakat. Sedangkan perbedaan ketiga penelitian tersebut dengan penelitian ini terdapat pada sudut pandang informan. Penelitian ini menggunakan sudut pandang masyarakat hingga opini yang beredar di masyarakat mengenai upaya yang dilakukan oleh manajemen public relationsnya dalam membangun citra perusahaan. Namun diluar perbedaan tersebut, tentunya ketiga penelitian diatas dapat dijadikan acuan bagi peneliti untuk meneliti fokus permasalahan yang sama yaitu strategi public relations PT. Pokphand Charoen dalam menjaga citra perusahaan di lingkungan masyarakat Desa Sampecita.

2.3 Kerangka Teori

Penelitian merupakan suatu karya ilmiah yang memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya.

Oleh karena itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang mana masalah akan disoroti (Nawawi, 2001: 39-41). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah:

2.3.1 Komunikasi

Komunikasi mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Thomas M. Scheidel (dalam Mulyana, 2007: 4), mengemukakan bahwa manusia berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitarnya dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku yang sama seperti diinginkannya. Masih menurut

Scheidel, tujuan utama manusia berkomunikasi untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis manusia.

Sedangkan menurut Gordo I. Zimmerman (dalam Fajar, 2009: 1), tujuan manusia berkomunikasi terbagi ke dalam dua kategori yaitu: yang pertama manusia berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan manusia untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri.

Kedua, manusia berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain dan mempunyai isi. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang fundamental dalam kehidupan umat manusia. Everet M. Rogers (dalam Fajar, 2009: 15) menyebutkan bahwa sejarah komunikasi sudah dikenal diperkirakan dimulai sejak sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi (SM), dan biasa disebut zaman Cro-Magnon. Baru sekitar tahun 2.000 SM, para ahli ahli pra-sejarah menemukan lukisan-lukisan dalam gua yang diperkirakan karya komunikasi manusia pada zaman tersebut.

Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin “communicates” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Itulah sebabnya, kata komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Istilah komunikasi banyak dikemukakan oleh para ahli seiring dengan semakin berkembangnya peradaban zaman dan kemampuan teknologi manusia.

Berikut ini adalah beberapa definisi tentang ilmu komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli (dalam Fajar, 2009: 32):

1. Janis dan Kelley mendefinisikan komunikasi adalah: “The process by which an individual (the communicator) transmits stimult (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individual”. (Artinya:

komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya.

2. Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan oertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.

3. Barnlund mengatakan komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau membuat ego.

Definisi-definisi tersebut tentu belum mewakili semua definisi yang dibuat oleh para ahli. Namun gambaran tentang maksud komunikasi telah didapati, walaupun masing-masing definisi memiliki pengertian yang luas dan beragam satu sama lainnya. Definisi para ahli umumnya menekankan bahwa kegiatan komunikasi dilakukan mempunyai tujuan yakni mengubah atau membentuk perilaku orang lain yang menjadi sasaran komunikasi.

Adapun karakteristik dari komunikasi (dalam Fajar, 2009: 33) adalah:

1. Komunikasi suatu proses

Komunikasi sebagai suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.

2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan dan keinginan dari pelakunya.

3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat

Kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topic pesan yang dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambing-lambang, misalnya: bahasa.

5. Komunikasi bersifat transaksional

Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu

Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu dan tempat yang sama.

Apapun konteks dan bidangnya, komunikasi adalah sebuah proses yang meliputi pengiriman dan penerimaan pesan serta pemahaman terhadap pesan yang

disampaikan. Pada komunikasi terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan yaitu mendengarkan, berbicara, dan melakukan pengamatan. Jika pelaku komunikasi telah memahaminya dengan baik proses komunikasi berlangsung, maka tujuan komunikasi dapat tercapai.

Beberapa tujuan komunikasi (dalam Fajar, 2009: 60) adalah:

1. Perubahan sikap (attitude change) adalah seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif.

2. Perubahan pendapat (opinion change) adalah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana yang dimaksud oleh komunikator.

3. Perubahan perilaku (behavior change) adalah untuk mengubah perilaku maupun tindakan seseorang.

4. Perubahan sosial (social change) adalah membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain sehingga hubungan yang makin baik.

2.3.2 Public Relations

Public relations bila dilihat dari studi ilmu komunikasi adalah salah satu teknik komunikasi yang menitikberatkan kepada usaha untuk menumbuhkan suatu suasana kerja sama (goodwil) dan menciptakan saling pengertian (mutual understanding) antara publik yang berkepentingan untuk mencapai tujuan bersama dalam iklim yang saling menguntungkan (favourable) (dalam Danandjaja, 2016: 44).

Istilah public relations memang baru dikenal dalam peradaban manusia pada awal abad ke-20. Namun secara historis, aktivitas ini telah terjadi sejak masa dahulu kala. Hal ini dapat dilihat melalui sejarah dalam beberapa peristiwa penting di masa lalu. PRs mulanya muncul dari kebudayaan masyarakat dalam memperoleh sesuatu berupa barang, jasa, nama baik, dan sebagainya.

Unsur-unsur dasar seperti memberikan informasi, membujuk, dan mengintegrasikan masyarakat sebenarnya telah tampak dalam kehidupan masyarakat zaman dahulu. Gejala tersebut lebih jelas terlihat jelas pada adanya hubungan yang harmonis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, ataupun antar kelompok di dalam pergaulan mereka. hubungan harmonis disini berarti adanya saling pengertian dan kesesuaian antara kedua belah pihak dan satu sama lain memberikan keuntungan serta merasa senang.

Peristiwa tersebut sebenarnya merupakan teknik-teknik public relations pada masa itu (dalam Ishaq, 2017:47).

Public relations yang dikenal masyarakat saat ini lahir pertama sekali di Amerika Serikat yang dipelopori oleh seorang pria bernama Ivy Lee. Bersama dengan rekannya George Parker, Ivy Lee membuka suatu kantor publisitas (publicity office) yang kliennya sebagaian besar adalah perusahaan. Ivy Lee berhasil mengatasi berbagai persoalan krisis yang menimpa beberapa beberapa perusahaan di Amerika Serikat pada waktu itu. Melalui kiat dan strategy of public relations yang dilakukaknnya, maka namanya diangkat sebagai “Bapak Hubungan Masyarakat”. sejak saat itulah, masyarakat menjadi tahu keberadaan dan manfaat profesi public relations melalui hasil karya gemilangnya di bildang public relations. Istilah publisitas (publicity), publikasi (publication), periklanan (advertising), promosi (promotion), dan hubungan hubungan pers (press relations). Usai perang dunia I, muncul dua pelopor public relations lainnya, yaitu Carls Byoir dan Edward L. Barnays. Carls Byoir adalah orang yang pertama yang membuka perusahaan public relations dan Edward L. Barnays adalah orang pertama yang menulis buku tentang puclic relations yaitu Criztallizing Public Opinion yang diterbitkan pada tahun 1923 (dalam Ishaq, 2017: 49).

Di Indonesia sendiri tidak ada catatan pasti kapan public relations mulai berkembang. Namun yang jelas, praktik puclic relations dalam pengertiannya yang paling hakiki sudah ada di Indonesia sebelum kedatangan Belanda. Namun, secara kelembagaan atau institusional, profesi public relations diakui dengan sendirinya sejak terbentuknya Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bakohumas) pada tanggal 13 Maret 1971. Bakohumas menghimpun para pejabat dan staff public relations di lingkungan departemen, lembaga-lembaga pemerintah dan BUMN.

Ishaq (2017: 53) mengatakan perkembangan public relations di Indonesia cukup pesat dan tiga faktor yang melatarbelakanginya adalah:

a. cepatnya kemajuan teknologi;

b. pertumbuhan eknonomi; dan

c. kian hausnya masyarakat akan informasi yang akurat.

Selanjutnya, lembaga pertama di Indonesia yang menghimpun para praktisi PRs adalah Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) yang didirikan pada tanggal 12 Desember 1972. Pendirinya dari kalangan swasta dan pemerintahan yaitu Wardiman Djojonegoro, Brigjen Soemrahadi, Marah Joenoes, Nana

Sutresna, Feisal Tamin, R.M. Hadjiwibowo, Dr. Alwi Dahlan, Drs. Soemadi, Imam Sadjono, Wicaksono Noeradi, dan beberapa tokoh lainnya. Inilah yang kemudian mengawali perkembangan public relations secara pesat di Indonesia dan dianggap mulai sebagai sebuah profesi atau bidang pekerjaan yang penting.

Fungsi public relations dalam sebuah perusahaan lebih menitikberatkan pada penciptaan dampak yang menyenangkan bagi perusahaannya. Artinya public relations harus menciptakan suatu reputasi yang baik bagi perusahaannya dan mengelola opini yang beredar di masyarakat dengan tujuan bertahannya citra positif perusahaan di tengah-tengah masyarakat. Public relations menjunjung tinggi kegiatan manajemen dan hubungan yang baik serta harmonis antara pihak internal maupun eksternal perusahaan.

Menurut Cutlip & Centre dan Canfield (dalam Ishaq, 2017:29), fungsi public relations adalah sebagai berikut:

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi), seperti menciptakan komunikasi dan hubungan internal yang baik.

2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya (khalayak sasaran) seperti menciptakan hubungan baik antara perusahaan dengan konsumen.

3. Mengidentifikasi opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, seperti melakukan survey dan jejak pendapat tentang citra perusahaan yang beredar di masyarakat.

4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan perusahaan terkait tujuan dan manfaat bersama, seperti saran dalam pemasaran produk dan pengadaan event terkait kepentingan citra perusahaan.

5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal-balik, mengatur arus informasi publik serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau sebaliknya demi terciptanya citra positif dari kedua belah pihak, seperti mengadakan diskusi ringan yang intens dengan stakeholder (pemangku kepentingan).

Sebagai sebuah profesi atau bidang pekerjaan yang berkaitan dengan reputasi perusahaan, tentunya public relations memiliki peranan yang cukup vital dalam sebuah perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mewujudkan visi dan misinya ditentukan oleh peranan dan kegiatan public relations, dalam memelihara hubungan baik dengan sasaran, baik di lingkup internal maupun eksternal. Peranan adalah pelaksanaan dari peran, sedangkan peran adalah wujud dari fungsi.

Peran Public Relations menurut Ruslan (2010: 26) yaitu:

1. Communicator

Artinya kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media cetak/elektronik dan lisan. Di samping itu juga bertindak sebagai persuader.

2. Relationship

Kemampuan peran humas membangun hubungan positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal dan eksternal. Juga, berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerja sama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.

3. Good Image Maker

Menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi, dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas public relations dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga/organisasi dan produk yang diwakilinya.

Masih banyak orang yang tidak mengerti bahwa public relations adalah sebuah profesi sebagai suatu kajian ilmu, yang mempelajari tentang cara membangun komunikasi dan pengertian bersama antara perusahaan dengan khalayaknya. Kebanyakan orang menganggap public relations adalah sebuah profesi yang bertugas untuk menerima dan menyambut tamu, atau dengan kata lain sebagai wajah atau topeng awal dari sebuah perusahaan. Inilah kemudian yang mendasari pemilihan seorang public relations berdasarkan tampilan visual dan penampilan dari orang tersebut, bukan dari kemampuan atau akademisinya dalam bidang komunikasi, terutama pada permasalahan public relations. Profesi

Masih banyak orang yang tidak mengerti bahwa public relations adalah sebuah profesi sebagai suatu kajian ilmu, yang mempelajari tentang cara membangun komunikasi dan pengertian bersama antara perusahaan dengan khalayaknya. Kebanyakan orang menganggap public relations adalah sebuah profesi yang bertugas untuk menerima dan menyambut tamu, atau dengan kata lain sebagai wajah atau topeng awal dari sebuah perusahaan. Inilah kemudian yang mendasari pemilihan seorang public relations berdasarkan tampilan visual dan penampilan dari orang tersebut, bukan dari kemampuan atau akademisinya dalam bidang komunikasi, terutama pada permasalahan public relations. Profesi