• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1.4 Logo Perusahaan

Gambar 1. Logo Perusahaan

Sumber: Kepala staff public relations PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 4.1.1.5 Struktur Organisasi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7

Tabel 1. Struktur Organisasi Perusahaan

Sumber: Kepala staff public relations PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 PERSONALIA DAN

GENERAL AFFAIR MANAGER

STATISTIK SUPERVISOR

CIVE CARETAKER

STAFF GRADING GUDANG

HUBUNGAN

MASYARAKAT MEKANIK SECURITY KARYAWAN

4.1.2 Proses Penelitian

Proses penelitian yang peneliti lakukan berlangsung selama kurang lebih 3 minggu yaitu dimulai pada tanggal 7 September 2019 hingga 25 September 2019.

Namun sebelum itu, peneliti melakukan pra-penelitian dalam bentuk wawancara tahap awal dan observasi yaitu pada tanggal 12 Agustus 2019, untuk menentukan pedoman wawancara yang tepat serta sebagai referensi ketika akan melakukan penelitian. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam, observasi dan studi kepustakaan. Sedangkan untuk pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yang ditentukan berdasarkan suatu kriteria tertentu. Melalui proses pra-penelitian, peneliti kemudian memilih informan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Seorang kepala public relations PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 2. Seorang Kepala Pemda Setempat, dalam hal ini Kepala Desa Sampecita.

3. Seorang ketua Ormas atau Okp desa Sampecita, dalam hal ini Ketua Ikatan Pemuda Merga Silima (PMS).

4. 2 orang warga Desa Sampecita, yang terdiri dari seorang Pria dan Wanita.

Setelah menentukan informan, peneliti kemudian melakukan observasi lain untuk menentukan pedoman wawancara agar sesuai dengan data dan fakta dilapangan, bagaimana hal ini sesuai dengan intruksi dari dosen pembimbing untuk melakukan observasi ketika hendak menyusun pedoman wawancara.

Setelah selesai menentukan pedoman wawancara, peneliti kemudian menghubungi informan pertama yaitu kepala public relations PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 yang bernama Robert Sitompul, untuk menentukan waktu pelaksanaan wawancara. Setelah komunikasi yang dilakukan peneliti dengan informan melalui media sosial whatsapp, kemudian ditetapkan waktu pelaksanaan wawancara yaitu pada tanggal 10 September 2019 di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7. Namun sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu mengurus surat izin penelitian ke departemen Ilmu Komunikasi.

Setelah mendapatkan surat izin penelitian, peneliti kemudian mengantarkannya saat proses wawancara dilakukan. Proses wawancara dilaksanakan disebuah joglo yang terdapat dibagian depan perusahaan dan disamping parkiran sepeda motor.

Wawancara dilakukan pada jam 6 sore, setelah jam kerja informan. Seharusnya menurut kesepakatan, wawancara akan dilakukan pukul 5 sore. Namun karena

adanya kesibukan lain dari informan yang mengakibatkan informan terpaksa lembur sebentar, maka peneliti menunggu di joglo yang ada di perusahaan tersebut. Karena letak rumah peneliti juga tidak jauh dari lokasi perusahaan, maka infoman dapat tiba di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 tepat waktu dan tanpa hambatan apapun. Selagi menunggu informan, peneliti juga mengecek persiapan untuk wawancara, seperti alat tulis, alat perekam, hingga pedoman wawancara. Karena wawancara dilakukan selesai jam kerja, maka suasana yang dihasilkan juga cukup nyaman dan terbuka. Tidak sekali dua kali terjadi komunikasi dua arah antara peneliti dengan informan. Hal ini dikarenakan informan cukup humble atau bersahabat sehingga kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan dari informan kepada peneliti sebagai upaya pendekatan diri.

Bahkan sebelum wawancara dilakukan, informan terlebih dahulu memesan minuman di warung depan perusahaan sebagai wujud penghargaan terhadap tamu yang mana dalam hal ini adalah peneliti. Setelah dirasa cukup berbasa-basi dengan informan, peneliti kemudian langsung melontarkan pertanyaan terkait dengan penelitian sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah peneliti susun jauh hari. Ketika melakukan wawancara, peneliti mendapati banyak hal menarik dari penuturan informan, sehingga kemudian pertanyaan yang disiapkan peneliti berdasarkan pedoman wawancara dikembangkan lagi setelah proses analisis langsung terhadap jawaban dari informan namun tetap diselaraskan dengan tujuan dari penelitian. Proses wawancara juga dapat dikatakan cukup lancar. Peneliti tidak menemukan bias ketika berkomunikasi dengan informan. Seluruh pertanyaan yang peneliti ajukan dapat dijawab dengan baik oleh informan.

Wawancara dengan informan pertama ini selesai pada pukul 19.30 WIB. Setelah selesai, peneliti kemudian berbasa-basi sebentar dan setelah itu pamit untuk pulang kerumah.

Keesokan harinya, peneliti menghubungi informan tambahan untuk menanyakan ketersediaan waktu pelaksanaan wawancara. Namun dari 4 informan tambahan yang sudah dihubungi, hanya 2 informan yang tersedia dalam waktu dekat. Kedua informan tersebut adalah warga Desa Sampecita, yaitu ibu Siami Purnamasari br Ginting (29 tahun) dan Aditya Mawan (28 tahun). Sedangkan untuk informan lain yaitu Kepala Desa Sampecita dan Ketua PMS baru bisa

diwawancarai seminggu kemudian karena kesibukan pekerjaan masing-masing.

Jadwal wawancara dengan Ibu Siami Purnamasari yang sudah ditentukan yaitu pada tanggal 12 September 2019, pada pukul 13.00 WIB. Lokasi penelitian dilakukan di dusun VI Desa Sampecita. Setelah beberapa persiapan seperti alat perekam, alat tulis, dan pedoman wawancara seperti sebelumnya, proses wawancara pun dimulai. Wawancara berlangsung dengan lancar, informan memberikan data yang dibutuhkan oleh peneliti dengan baik.

Hari berikutnya, tepatnya pada hari kamis tanggal 13 September 2019, peneliti memiliki jadwal wawancara dengan informan selanjutnya yaitu Aditya Mawan. Aditya Mawan bekerja sebagai seorang pedagang, dan karena kesibukan beliau, maka wawancara disepakati akan dilakukan pada malam hari yaitu pukul 19.00 WIB sepulang beliau bekerja. Lokasi wawancara ditetapkan di rumah informan yang terletak di dusun VI, Desa Sampecita. Peneliti sampai di rumah informan pada pukul 18.30 WIB, dan pada saat itu informan baru saja pulang setelah selesai berjualan. Sambil menunggu informan untuk bersiap-siap terlebih dahulu, peneliti berbincang dengan adik informan yang menemani peneliti.

Informan siap untuk wawancara pada pukul 19.10 WIB. Berbekal alat tulis dan alat perekam, peneliti mencerna dengan seksama informasi yang disampaikan oleh informan. Sama seperti informan sebelumnya, wawancara ini juga berlangsung dengan santai dan tanpa tekanan, sehingga informan bisa dengan rileks menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh informan. Setelah wawancara selesai, peneliti masih berbincang santai dengan informan terkait kehidupan masing-masing. Peneliti pulang kerumah pada pukul 21.00 WIB.

Minggu pertama penelitian, peneliti hanya mewawancarai 3 orang informan dan menunggu dua informan tambahan lainnya memiliki waktu luang untuk diwawancarai. Namun pada keesokan harinya, tepatnya pada hari Sabtu, informan mendapatkan tawaran lewat pesan whatsapp dari Kepala public relations PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 untuk datang dan melihat secara langsung salah satu program CSR yang akan mereka lakukan, yaitu pembagian telur ayam sebagai upaya peningkatan gizi pada anak SD di sekolah MTTQ yang ada di Desa Sampecita. Dengan senang hati peneliti menerima tawaran dari beliau, dan langsung pergi ke sekolah tersebut pada pukul 09.00 WIB. Pembagian telur

dilakukan pada jam pelajaran seusai istirahat pertama, yaitu pukul 09.30 WIB.

Peneliti melihat secara langsung bagaimana anak-anak SD tersebut sangat antusias terhadap pembagian telur ayam gratis tersebut. Kegiatan tersebut selesai pada pukul 10.30 WIB dan peneliti langsung pamit untuk pulang kerumah.

Proses wawancara selanjutnya yaitu dengan Kepala Desa Sampecita yaitu bapak Irianto Sinulingga pada tanggal 26 September 2019, terlambat seminggu dari jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya. Hal ini dikarenakan peneliti memiliki kesibukan lain yang menyebabkan proses wawancara terpaksa ditunda selama seminggu. Wawancara dilakukan di rumah informan yaitu di Dusun I No.

36, Desa Sampecita pada pukul 16.30 WIB. Informan hanya bekerja selama setengah hari dan sudah pulang sejak pukul 13.00 WIB. Peneliti tiba dirumah informan pukul 16.20. Informan terlihat seperti baru bangun tidur dengan penampilan tanpa baju atasan. Namun karena tidak ingin membuat kesan wawancara formal dan demi kenyamanan dari informan, peneliti tidak memaksakan informan untuk mengenakan baju. Wawancara dimulai dari perbincangan basa-basi untuk mencairkan suasana. Setelah dirasa cukup, peneliti kemudian mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara. Sebagai seorang pemimpin desa, tutur kata informan terdengar lebih berwibawa dan bersahaja dibandingkan informan lainnya sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti. Proses wawancara tidak berlangsung lama karena komunikasi yang terjalin sangat lancar dan tidak terjadi bias atau kesalahpahaman informaasi antara peneliti dengan informan. Selesai melakukan wawancara, peneliti kembali berbincang santai dengan informan. Informan bertanya terkait kegiatan perkuliahan peneliti, dan kehidupan pribadi lainnya. Peneliti beranjak dari rumah informan pada pukul 17. 40 WIB.

Keesokan harinya yaitu pada hari Jumat pada tanggal 27 September 2019, peneliti melakukan wawancara kepada informan terakhir yaitu Ketua PMS, bapak Mima Sitepu. Waktu wawancara ditentukan pada pukul 13.30 WIB disebuah warung kopi di Desa Sampecita. Peneliti tiba pukul 13.15 WIB di warung kopi tersebut. Informan sudah sampai dan sedang berbincang dengan beberapa temannya. Setelah melihat peneliti, informan memanggil peneliti untuk duduk dimejanya. Tampak informan hanya mengenakan pakaian santai yaitu sebuah

kaus oblong. Setelah berbagai persiapan dan perbincangan basa-basi, peneliti kemudian mulai mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah peneliti susun sebelumnya. Sebagai seorang ketua sebuah organisasi kepemudaan, beliau tampak jauh dari kesan arogan, selain itu tutur katanya juga cukup lembut. Komunikasi yang terjalin pada saat wawancara juga bisa dikatakan lumayan baik. Informan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti lewat proses wawancara yang berlangsung. Meskipun pada awalnya peneliti merasa tegang, namun pada akhirnya, wawancara dapat berjalan dengan santai.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa candaan yang dilontarkan oleh informan pada saat menjawab pertanyaan sehingga cukup membantu untuk mencairkan suasana.

Setelah selesai, peneliti tidak langsung pulang kerumah. Peneliti masih duduk diwarung tersebut dan memesan minuman sembari berbincang kembali dengan beliau terkait kehidupan sehari-hari tanpa adanya embel-embel wawancara atau proses tanya jawab formal seperti sebelumnya. Peneliti kemudian pulang kerumah pada pukul 15.30 WIB.

Setelah selesai melakukan semua rangkaian wawancara, peneliti mulai menyusun transkip wawancara. Namun, setelah proses diskusi dengan dosen pembimbing masih terdapat beberapa data yang kurang lengkap dan masih perlu digali lagi terhadap beberapa informan. Namun karena peneliti juga ingin mengonfirmasikan bahwa data yang sudah didapat dilapangan lewat hasil wawancara dan observasi merupakan data jenuh, maka peneliti melakukan wawancara ulang dengan seluruh informan. Untuk mempermudah proses pengumpulan informasi, peneliti mengatur jadwal wawancara ulang sesuai dengan urutan jadwal dari wawancara pertama, yaitu dimulai dari informan pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara kedua ini yaitu sekitar seminggu, mulai dari tanggal 18 Oktober 2019-24 Oktober 2019. Hal ini dikarenakan kesibukan dari masing-masing informan sehingga sedikit menyulitkan peneliti untuk menentukan jadwal yang lebih efisien. Untuk lokasi wawancara kedua ini, seluruhnya dilakukan di rumah masing-masing informan. Setelah keseluruhan rangkaian wawancara ulang dan peneliti sudah memastikan bahwa data yang didapat dilapangan sudah merupakan data jenuh,

maka peneliti kemudian mulai menyusun kembali transkip wawancara dengan data-data yang baru.

4.1.3 Profil Informan

Berikut ini peneliti akan memberikan gambaran mengenai informan yang telah diwawancarai oleh peneliti. Disini peneliti akan memaparkan tentang alasan peneliti memilih 5 orang ini sebagai informan.

Informan 1: Robert Sitompul

Robert Sitompul atau yang akrab disapa pak Tompul ini merupakan informan pertama dalam penelitian ini. Pria yang sehari-harinya bekerja sebagai kepala bidang public relations PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 ini akan genap berusia 45 tahun pada tanggal 24 Desember mendatang. Pak Tompul lahir di siborong-borong, namun sejak SMA sudah mengecap pendidikan di Kota Medan, tepatnya di SMA Imannuel Medan. Saat ini pak Tompul sudah berstatus sebagai seorang ayah dengan 2 orang anak perempuan. Anak sulungnya sudah duduk dikelas 3 SMP sedangkan anak bungsunya masih duduk di kelas 5 SD.

Pak Tompul merupakan seorang pemeluk agama Kristen Protestan dan bersuku Batak Toba. Meski saat ini tinggal dan hidup di lingkungan yang mayoritas masyarakatnya bersuku Batak Karo, pria ini tidak tampat kesulitan beradaptasi dengan masyarakat sekitarnya. Terhitung sejak awal bulan Agustus 2019, Pak Tompul beserta keluarganya resmi pindah ke asrama pegawai yang terletak di dalam kawasan perusahaan. Sebelumnya beliau dan keluarga tinggal di jln. Diski, Kota Binjai, Sumatera Utara.

Pak Tompul sudah menjadi kepala bidang public relations PT.Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 sejak perusahaan tersebut berdiri di tahun 2012 lalu.

Keseharian Pak Tompul dikenal sangat ramah dan bersahaja. Terbukti pada saat wawancara dengan beliau, peneliti langsung mendapatkan kesan yang baik dan nyaman ketika berbincang satu sama lain. Sebagai seorang kepala bidang public relations PT.Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7, tentunya pak Tompul memiliki pengetahuan dan informasi yang dapat dibagikan kepada peneliti terkait kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat.

Informan 2: Siami Purnamasari br Ginting

Siami Purnamasari br Ginting merupakan informan kedua dalam penelitian ini. Wanita yang biasa dipanggil Melik ini lahir di Diski, 3 Maret 1990.

Meski terhitung masih cukup muda, wanita yang sehari-harinya bekerja sebagai petani dan ibu rumah tangga ini sudah memiliki tiga orang anak. Anak sulungnya sudah duduk dikelas 5 SD, anak keduanya duduk di kelas 2 SD, sedangkan anak bungsunya masih berumur 3 tahun. Ibu Melik merupakan istri dari seorang supir angkutan desa yang bernama Pasti Sitepu. Namun meski sehari-harinya bekerja sebagai supir angkutan umum, mereka juga memiliki perkebunan sawit yang cukup luas di daerah desa Sampecita dan Desa Perpanden.

Ibu Melik dan keluarganya merupakan pemeluk agama Kristen Katolik dan bersuku Batak Karo. Ibu Melik sudah tinggal di Desa Sampecita sejak tahun 2009, sedangkan suaminya yang merupakan warga asli Desa Sampecita sudah sejak lahir tinggal disana. Saat ini, ibu Melik tinggal di dusun IV Desa Sampecita.

Ibu Melik dikenal sebagai seorang sosok yang ramah dan sangat bersosialisasi.

Hal ini terbukti pada saat proses wawancara peneliti dengan beliau. Aura dari Ibu Melik yang easy going dan santai membuat proses wawancara berjalan menyenangkan.

Sebagai seorang ibu rumah tangga dan juga petani, tentunya Ibu Melik mengalami langsung dampak lagi kehadiran Perusahaan PT. Charoen Pokhand Jaya Farm Unit 7. Hal ini bisa dilihat dari letak lokasi perusahaan yang hanya berbeda 1 dusun dengan kediaman beliau. Sebagai seorang warga yang mengalami dampak langsung dari Perusahaan PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7, tentunya Ibu Melik memiliki informasi yang bisa dibagikan kepada informan terkait program CSR yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat.

Informan 3: Aditya Mawan

Aditya Mawan merupakan seorang lelaki paruh baya yang menjadi informan ketiga dalam penelitian ini. Pria yang akrab disapa Mawan ini lahir di pancur batu, 29 Januari 1991. Mawan merupakan seorang tamatan SMA dari sekolah Era Utama di Kecamatan Pancur Batu. Mawan sehari-hari bekerja sebagai seorang pedagang di pasar tradisional yang ada di Desa Sampecita. Disamping itu,

Mawan juga memiliki sebidang tanah yang ditanami bahan-bahan dapur yang biasa dijualnya di pasar tradisional tersebut. Selain tanaman yang berasal dari kebunnya sendiri, ia juga terkadang membeli hasil panen petani lain untuk dijual kembali. Mawan saat ini masih berstatus single atau belum menikah. Ia masih tinggal bersama kedua orangtuanya yang bekerja sebagai tukang bangunan dan ibu rumah tangga serta seorang adik yang sudah tamat SMA yang baru saja berhenti bekerja sebagai pegawai kebun di salah satu tempat wisata di daerah Parapat. Saat ini mereka tinggal di dusun VI Desa Sampecita. Sebagai salah satu sumber penghasilan utama keluarganya, ia berkerja cukup giat.

Mawan merupakan seorang pemeluk agama Kristen Protestan dan bersuku Batak Karo. Mawan memiliki perawakan yang cukup tinggi, berada di kisaran 170cm, dengan kulit sawo matang yang cenderung lebih gelap. Mawan dikenal cukup humoris dan ramah kepada semua orang. Namun ia akan cenderung lebih pendiam terhadap orang yang belum dikenalnya secara akrab, atau dengan kata lain ia sedikit sulit berbincang dalam waktu yang lama dengan orang asing.

Namun karena peneliti sudah mengenal informan ini cukup lama, pada saat proses wawancara peneliti tidak menemukan kesulitan-kesulitan seperti yang sudah diungkapkan tadi. Mawan dapat berkomunikasi secara terbuka dengan peneliti dan memudahkan peneliti menggali informasi guna mendapatkan data demi kebutuhan penelitian ini.

Sebagai seorang pemuda setempat dan terutama bekerja di dua bidang sekaligus yaitu sebagai petani dan pedagang, tentunya Mawan sudah lebih sering mendengar tentang aktivitas dari PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7, baik itu aktivitas produksi, panen, hingga aktivitas CSR perusahaan. Selain itu, dulunya Mawan juga pernah bekerja sebagai salah satu karyawan bangunan pada saat pembangunan perusahaan ini. Jadi dapat dikatakan bahwa informasi yang dimilik Mawan sedikit lebih baik dibandingkan masyarakat lain di Desa Sampecita. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka kemudian peneliti memutuskan untuk menjadikan Mawan sebagai informan tambahan dari penelitian ini.

Informan 4: Irianto Sinulingga

Irianto Sinulingga merupakan informan keempat dalam penelitian ini.

Lelaki yang merupakan Kepala Desa Sampecita ini lahir di binjai pada tanggal 5 April 1973. Bapak Irianto Sinulingga tinggal di Dusun I Desa Sampecita. Pria yang akrab disapa Anto ini sudah menjabat sebagai kepala Desa Sampecita selama 2 periode mulai dari tahun 2010. Hal ini menandakan bahwa ia merupakan salah satu sosok yang cukup dipercayai oleh masyarakat di Desa Sampecita. Pak Anto merupakan ayah dari 3 orang anak. Anak sulungnya merupakan mahasiswi Universitas Quality yang baru diwisuda bulan September 2019. Anak keduanya juga seorang mahasiswi di salah satu universitas negeri di Kota Yogyakarta.

Sedangkan anak bungsunya adalah lelaki yang baru saja tamat SMA dan tengah menempuh pendidikan angkatan laut tahun 2018 lalu. Kini ia hanya tinggal bersama putri sulung dan seorang keponakannya dari Kabupaten Karo karena keponakannya tersebut saat ini bekerja sebagai guru di SMP negeri 2 yang terletak di Desa Sampecita.

Pak Anto merupakan seorang pemeluk agama Islam dan bersuku Batak Karo. Beliau adalah seorang yang sangat berwibawa namun tetap friendly. Kesan yang ditimbulkan pada saat berbicara dengan beliau adalah santai dan nyaman.

Beliau juga orang yang tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau formal, dan pembawaannya selalu easy going. Perawakan pak Anto cukup tinggi, berada di kisaran 170cm dengan kulit sawo matang. Ia juga memiliki tattoo di bahu kanannya. Tapi stigma negatif dari tattoo terpatahkan oleh kharisma yang dimiliki beliau.

Berdasarkan observasi pada saat pra penelitian dan penuturan dari kepala bidang public relations PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7, aktivitas CSR dari perusahaan banyak melibatkan kontribusi dari pemerintahan setempat, baik masalah perizinan, penyaluran dana, kerja sama, dan lain-lain. Atas dasar inilah kemudian peneliti menetapkan Bapak Irianto Sinulingga selaku Kepala Desa Sampecita sebagai informan tambahan dengan harapan mendapatkan informasi-informasi penting dalam penelitian ini.

Informan 5: Mima Sitepu

Informan kelima dalam penelitian ini adalah Mima Sitepu. Ia merupakan seorang ketua Organisasi Kepemudaan (OKP) Ikatan Pemuda Merga Silima (PMS) Desa Sampecita. Mima Sitepu merupakan putra asli desa Sampecita.

Beliau lahir di Desa ini pada tanggal 14 April 1974. Meski sudah menikah, Mima masih belum dikaruniai seorang anak. Ia dan istrinya tinggal di dusun I desa Sampecita. Selain sebagai Ketua PMS, sehari-harinya ia juga disibukkan dengan kegiatannya sebagai seorang Petani. Mima memiliki sebidang tanah yang ditumbuhi tanaman sawit.

Mima memeluk agama Islam dan bersuku Batak Karo. Sebagai seorang putra daerah dan ketua dari OKP PMS, ia merupakan salah satu warga Desa Sampecita yang sangat disegani oleh warga lainnya. Stigma seorang ketua dari ikatan atau organisasi kepemudaan sepertinya masih begitu lekat dengan masyarakat Desa Sampecita. Padahal jika mengenal sosoknya lebih dalam lagi, stigma tersebut pasti akan langsung berubah. Pasalnya ia merupakan sosok yang ramah dan baik meski tampangnya terlihat tidak menunjukkan hal tersebut. Mima memiliki perawakan yang cukup besar meski tidak terlalu tinggi. Dengan kulit berwarna sawo matang, ia juga memiliki tato di bagian lengan kanannya. Ada satu hal unik tentang pria ini. Apabila Informan sebelumnya yang merupakan seorang pegawai pemerintahan tapi menolak bersikap formal, sebaliknya tutur kata dari Mima Sitepu sangat formal meskipun penampilannya tidak mencerminkan hal itu pada saat wawancara. Peneliti yang awalnya tidak tahu hal ini cukup terkejut ketika awal wawancara berlangsung.

Selain dengan pemerintahan Desa, kegiatan CSR PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 juga banyak melibatkan OKP ataupun Ormas setempat. Hal ini dikarenakan perusahaan menganggap OKP atau ormas pada hakekatnya merupakan sarana penampung aspirasi dari masyarakat desa. Oleh karena itu, peneliti memutuskan menjadikan Mima Sitepu yang dalam hal ini adalah Ketua

Selain dengan pemerintahan Desa, kegiatan CSR PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 7 juga banyak melibatkan OKP ataupun Ormas setempat. Hal ini dikarenakan perusahaan menganggap OKP atau ormas pada hakekatnya merupakan sarana penampung aspirasi dari masyarakat desa. Oleh karena itu, peneliti memutuskan menjadikan Mima Sitepu yang dalam hal ini adalah Ketua