• Tidak ada hasil yang ditemukan

Marxisme dan Komunisme

Dalam dokumen BUKU BAHAN AJAR BS IDEOLOGI (Halaman 73-79)

E. PANCASILA DI ANTARA IDEOLOGI-IDEOLOGI DUNIA UL

4. Marxisme dan Komunisme

Dalam aliran-aliran yang menentang liberalisme, marxisme dan komunisme adalah yang paling brutal dan radikal walaupun ada kesamaannya karena, baik liberalisme maupun marxisme atau komunisme sama-sama tumbuh untuk mendukung perubahan dalam proses modernisme. Marxisme lebih menekankan persaudaraan (fraternite) dari semboyan Revolusi Prancis "liberte, egalite, fraternite". Kondisi ini menurut mereka tidak diwujudkan dalam dunia liberalisme. Kesetaraan dan kebebasan yang didengungkan liberalisme hanya berlaku sebagian dan tidak menyeluruh. Hal ini membuktikan bahwa liberalisme memihak pada kepentingan segelintir orang yang diuntungkan oleh masyarakat liberal.

Kritik atas kapitalisme yang mengoyak keadilan sosial merupakan hardcore dari doktrin marxisme dalam semua versinya, baik komunis Soviet, revisionisme, maoisme, catroisme, maupun neo-marxisme Barat. Kritik-kritik itu ternyata menimbulkan otokritik pada masyarakat liberal dan telah terjadi perubahan besar pada masyarakat kapitalis sehingga apa yang dibayangkan marxisme terhadap kapitalisme ternyata tidak borjuis lagi sehingga marxisme dan komunisme kehilangan sasarannya. Meskipun demikian, bukanlah berarti bahwa marxisme tidak ada gunanya karena apa yang hidup dalam marxisme telah diserap dalam iklim intelektual umum. Tidak dapat disangkal oleh siapapun bahwa keberhasilan marxisme adalah menyadarkan akan adanya ketidakadilan struktur dalam masyarakat modern yang sebagian besar dibentuk oleh kepentingan ekonomi. Salah satu hasil dari evolusi internal marxisme adalah munculnya

ideologi sosialisme demokratis dan demokrasi sosial. Antara marxisme dan komunisme banyak kesamaannya dan dapat dikatakan marxisme adalah teorinya, sedangkan komunisme adalah praktiknya.

Dalam pemikiran Marx, manusia merupakan makhluk praktis yang proses berpikirnya diatur oleh kebutuhan- kebutuhan materiil.

Perjuangan manusia untuk memenuhi kebutuhan materiil yang berkembang agaknya merupakan hal yang lebih "nyata" daripada aktivitas mental kita. Amat ditekankan pentingnya kekuatan-kekuatan produktif (alat dan instrumen) serta hubungan produksi (cara manusia mengorganisasi dirinya agar menggunakan kekuatan-kekuatan produktifnya tersebut). Jika kekuatan produksi ini dimiliki oleh kelompok minoritas, hubungan produksi akan bersifat eksploitatif sebab kelompok mayoritas dipaksa bekerja dengan upah rendah, sedangkan kaum minoritas parasit menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk menikmati surplus bagi diri mereka sendiri, Marx membagi masyarakat dalam dua kelas dengan merujuk pada kepemilikan dan non-kepemilikan alat produksi. Untuk menghilangkan perbedaan di antara kelas ini, kepemilikan pribadi atas alat produksi dihilangkan, termasuk agama, ketimpangan, pertentangan kelas, dan penindasan negara. Bagi Marx, "semua sejarah adalah sejarah pertentangan kelas" dan memberi suatu model perkembangan harus melalui lima tahap, yaitu tahap asiatik, kuno, feodal, borjuis (kapitalis), dan akhirnya komunis.

Apabila dibandingkan dengan nilai-nilai Pancasila, marxisme-komunis memiliki beberapa persamaan dan perbedaan prinsip. Jika komunisme memperjuangkan keadilan sosial, persaudaraan, dan kesamaan, nilai-nilai ini juga ada dalam Pancasila. Perbedan prinsipnya terletak pada pertentangan kelas yang ada pada marxisme serta negara merupakan alat bagi golongan tertentu untuk menguasai golongan lain. Dalam Pancasila dianut paham semua untuk semua, semua untuk satu, serta satu untuk semua. Pancasila memiliki nilai keseimbangan dalam hubungan manusia dengan

Tuhan penciptanya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam lingkungannya sehingga bertentangan dengan ajaran materialistis dalam marxisme.Marxisme sendiri tidak populer di tempat kelahirannya di Jerman.

Di samping ideologi ini tidak digali dari nilai budaya bangsa Jermania, dalam kenyataannya liberalisme tidak muncul sebagai kapitalis yang digambarkan marxisme. Karl Marx menghabiskan masa tuanya di London sebagai orang yang kurang dikenal. Lenin membawa dan mengembangkan ideologi marxisme di Rusia untuk kepentingan kelompoknya mencapai tujuan pembaruan masyarakat di wilayah kekaisaran Rusia. Lenin mengajukan teori revolusi yang pecah dari bawah yang memiliki tiga sifat utama berikut:

a. Kelas pekerja secara eksklusif, melalui usaha mereka sendiri, hanya dapat mengembangkan "kesadaran serikat dagang" yang pada dasarnya suatu bentuk kesadaran borjuis karena ia tidak dapat melampaui logika dari sistem yang ada.

b. Kesadaran kaum sosialis yang asing dengan pengalaman sehari-hari kaum proletariat harus dikembangkan melalui kaum intelektual borjuis dan selanjutnya diberikan sebagai suatu karunia kepada mereka yang masih bodoh.

c. Partai hendaknya tidak berasal "dari" kelas pekerja dan "bagi" kelas pekerja serta barisan depan diangkat sendiri dari semua latar belakang sosial dan tunduk pada kultur disiplin partai pusat.

Lenin menambah bobot ideologi dengan strategi mencapai tujuan sehingga ajaran ini menjadi marxisme- leninisme (komunisme). Marxisme-lenisisme sebenarnya lebih disesuaikan dengan kondisi Uni Soviet yang agraris. Ketika terjadi polarisasi kekuatan dunia setelah Perang Dunia II yang ditandai dengan munculnya perang dingin antara blok barat dan blok timur, Stalin memanfaatkan ideologi ini untuk menyatukan negara tetangga Rusia ke dalam Uni Soviet. Jadilah komunis komintern yang mengarah pada organisasi yang mendunia.

Secara teoritis cukup banyak subaliran marxisme, seperti marxisme ortodoks dan marxisme hegelian. Marxisme orthodoks dengan pemikirnya Kautsky dan Plekhanov mengafirmasikan secara teoretis dari buku Marx yang berjudul Das Capital. Substansi buku itu menggambarkan hakikat kapitalis yang memiliki sifat menghancurkan diri sendiri (self destructive nature) dan bergerak menuju sosialisasi alat produksi.

Marxisme hegelian dengan pendukungnya Gramsci dan Lukacs tidak mau lagi menafsirkan tindakan manusia semata-mata dari segi pikiran dan roh.

Bagi mereka kontribusi besar filsafat Marx terletak pada penggabungan secara sempurna kreativitas manusia dan materialitas sosial ekonomi. Meskipun laki-laki dan perempuan bekerja dalam batas-batas yang sudah ditentukan secara struktural, mereka menyimpan suatu kapasitas otonomi. Marxisme dalam praktiknya adalah kaum komunis yang lama-kelamaan mulai dikenal sebagai rezim komunis yang mulai mengacu pada pelembagaan marxisme- leninisme sebagai instrumen kekuasaan yang zalim sehingga terjadi jurang besar antara pengertian komunis versi marxisme dan komunis dalam praktik. Ada upaya untuk membebaskan marxisme dari tanggung jawab kezaliman komunis dalam praktik dengan menyatakan bahwa semua revolusi komunis terjadi di negara yang tidak memiliki tradisi toleransi, terbelakang dalam pendidikan, dantidak dipersiapkan untuk revolusi proletariat murni, yaitu revolusi oleh kaum pekerja terpelajar. Marxisme orthodoks sudah mengingatkan Lenin akan bahayanya suatu revolusi karena akan menimbulkan kediktatoran "atas" kaum proletariat dan bukan kediktatoran "dari" proletariat.

Kezaliman rezim Lenin dapat dilihat ketika kaum Bolshevik meneror partai penentang, menindas otonomi universitas, mematikan kebebasan pers, mencabut hak milik atas tanah yang begitu luas dan mencabut hak pilih warga, menyingkirkan kaum intelektual, serta mengenalkan pembersihan ke semua bidang kehidupan. Yoseph Stalin,

pengganti Lenin, ternyata lebih zalim dalam mempraktikkan marxisme.

Komunis Asia yang mengikuti jalan Stalin adalah Polpot di Kamboja yang terkenal dengan pembunuhan massalnya. Sementara itu, di Eropa, antara lain, ada di Albania. Di China kediktatoran partai dan pemujaan pribadi secara berlebihan kebetulan mendapat peneguhan dari ajaran yang dianut, yaitu Confusius yang mengangkat Mao Zedong sebagai ketua partai sekaligus pemimpin tertinggi RRC. Pada tingkat teratas Mao membuat tiga amendemen terhadap teori Marxis, yaitu :

a. Meremehkan pentingnya proletariat kota dan mengklaim bahwa revolusi mulai dari pedalaman dan dipelopori oleh kaum tani;

b. Menempatkan kesadaran atas kemauan politik di atas kondisi objektif atau materi; serta

c. Memperluas konsep kelas yang mencakup konsep tentang bangsa.

Mao menolak istilah pertentangan kelas dalam revolusi dan menolak anggapan bahwa revolusi di China adalah revolusi internal. Bagi Mao, China adalah negara miskin dan proletariat yang tertindas oleh bangsa borjuis yang makmur. Pertentangan kelas diubah menjadi masalah internasional dengan bangsa-bangsa menjadi pendukung utamanya. Pada medio 1960-an pemujaan Mao mengarah pada malapetaka dengan munculnya revolusi kebudayaan, antara lain, dengan cara para pekerja didorong untuk mempermalukan manajer dan teknisi mereka, mahasiswa didorong untuk mempermalukan mahaguru mereka, dan ribuan orang terdidik dibunuh atau dipenjarakan. Akibatnya, perekonomian menurun drastis walaupun akhirnya tentara diperintahkan untuk menekan tatanan yang sudah rusak. Mao wafat pada 1976. Sesudah kematiannya, semua kaum radikal disingkirkan. Selanjutnya, China mulai mengenalkan beberapa keistimewaan ekonomi pasar tanpa menghilangkan ideologi bidang politik.

Marxisme pada peralihan abad ke-21 secara menyeluruh sudah didiskreditkan walaupun masih ada protes dari akademisi yang ingin memisahkan antara marxisme praktis dan marxisme dalam gagasan. Melalui marxisme, dalam kritiknya terhadap masyarakat borjuis tentang ketidakadilan ekonominya dan klaim politiknya yang curang, Marx telah membuat beberapa hal yang masih valid sampai saat ini.

Partai komunis pertama di Indonesia yang didirikan oleh Sneevliet beraliran marxisme-leninisme. Ketika Muso kembali dari Moskow pengaruh komunisme komintern mulai masuk dalam partai komunis Indonesia dan menjelang peristiwa G- 30- S/PKI, pengaruh maoisme begitu kuat dalam partai komunisme Indonesia. Ketika Deng Hsiao Ping muncul sebagai pimpinan di China, mulai ada usaha untuk mengurangi pengaruh maoisme di China sekaligus menghilangkan standar ganda politik luar negeri China (di satu pihak membatu pemerintah suatu negara, di lain pihak membantu subversi partai komunis di negara tersebut), termasuk di Indonesia.

Saat perang dingin masih berlangsung, maka AS dengan paham liberalismenya maupun Rusia dengan paham komunismenya saling berebut pengaruh di berbagai belahan dunia, termasuk di kawasan Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Perang dingin ini mulai hilang/reda yang ditandai oleh runtuhnya Rusia dan negara sekutu utamanya Jugoslavia, sehingga pengaruh komunisme mulai bergeser.

Dengan menurunnya pengaruh Rusia beserta negara- negara sekutunya di beberapa kawasan, berakibat tumbuhnya dominasi pengaruh AS dan negara-negara sekutunya dengan paham liberalisme di berbagai negara. Di Asia, di Amerika Selatan dan Afrika, pengaruh idiologi liberalisme (pasar bebas) dan penanaman modal asing (kapitalisasi) di negara-negara berkembang di benua tersebut semakin meluas, apalagi hal ini ditunjang oleh peran lembaga internasional seperti IMF dan World Bank. Penguasaan ekonomi oleh modal asing dan negara-negara maju ini telah menimbulkan jurang kemiskinan yang semakin

melebar, mengalirnya kekayaan negara berkembang ke negara maju, ekonomi sangat bergantung pada negara kaya. Kondisi ini telah mendorong beberapa pemerintahan, tokoh- tokoh agama dan kelompok muda di negara-negara berkembang untuk melakukan gerakan pembaharuan sosial dan penguasaan kekayaan secara nasional, dan gerakan ini sering dikenal dengan New-Left (Gerakan Kiri Baru). Sebagai contoh gerakan ini antara lain terjadi di Nicaragua, Venezuela, Philipina.

Dalam dokumen BUKU BAHAN AJAR BS IDEOLOGI (Halaman 73-79)