• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Pendidikan Islam

KAJIAN PUSTAKA A. NILAI PENDIDIKAN ISLAM

3. Materi Pendidikan Islam

Dapat kita ketahui bahwa pendidikan ialah sebuah proses untuk mengubah jati diri peserta didik untuk lebih maju. Sedang nilai merupakan suatu tolak ukur tentang sesuatu. Sedang islam sendiri sebagai paradigma tentang ketuhanan, kemanusiaan dan alam semesta.

27 Dalam pembahasan nilai pendidikan islam mencakup berbagai hal. Sedang menurut Wahab al-Zuhaili (dalam Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2006:36) menjelaskan bahwa nilai normatif yang menjadi acuan pendidikan Islam. Nilai pendidikan islam yang dimaksud terdiri atas tiga pilar utama yaitu:

1. I’tiqaddiyyah yaitu mengatur tentang rohaniah manusia dengan tuhannya. Maka hai ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan keimanan.

2. Khuluqiyyah yaitu menyangkut tingkah laku dan moral lahir manusia dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Maka hal ini erat kaitannya dengan pendidikan etika, moral maupun akhlak.

3. Amaliyyah yaitu menyangkut hubungan lahiriyah antara manusia dengan Tuhanya, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Dalam pendidikan amaliyah dengan tingkah laku sehari –hari terdiri dari:

Adapun dari penjabaran diatas, menurut hemat penulis mengambil kesimpulan bahwa nilai pendidikan islam dibagi menjadi tiga yaitu tentang I’tiqadiyyah yang mencakup tentang nilai keimanan (memuat akidah, tauhid dan iman),tentang Khuluqiyyah yang mencakup tentang nilai akhlak dan terakhir tentang Amaliyah mencakup masalah nilai-nilai ibadah.

Berikut penjabaran lebih lanjut gambaran umum diatas mengenai materi pendidikan islam.

a. Materi Pendidikan keimanan

Materi pendidikan iman dapat juga diidentikkan dengan rukun iman yang terdiri dari enam perkara yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasulullah, iman kepada hari akhir (kiamat) dan iman kepada qodho dan qodhar. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

28 Iman kepada Allah berarti meyakini sepenuh hati bahwa Allah itu ada.Sedang menurut Thahir (2011:14) Keberadaan Allah hanya dengan zatnya sendiri tidak dengan perantaraan apapun.Keberadaan Allah merupakan suatu hal yang wajib yang tidak mungkin Allah itu tidak ada.Beriman kepada Allah merupakan keimanan yang paling pokok dan mendasar, karena merupakan dasar bagi keimanan selanjutnya.

Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S al-Anbiya’:92 sebagai berikut:

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan aku adalah tuhanmu, maka sembahlah aku”

2.Beriman kepada malaikat Allah

Allah menciptakan malaikat.Malaikat yaitu makhluk ghaib yang patuh melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Allah. Sedang menurut Thahir(2011:46) malaikat adalah suatu makhlak halus yang diciptakan dari cahaya. Mereka tidak makan dan tidak minum, mereka adalah hamba Allah yang mulia. Mereka tidak akan membantah segala yang diperintahkan kepadanya dan bahkan mereka selalu siap melaksanakan yang diperintahkan. Seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 50:

“Mereka takut kepada Tuhan, mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa

yang diperintahkan kepada (kepada mereka)”. 3. Beriman kepada kitab-kitab Allah

Kita harus yakin bahwa Allah memiliki beberapa kitab yang diturunkan kepada para utusanNya.Menurut A Taufiq dan M Rohmadi (2010:19) menjelaskan bahwa di dalam kitab-kitab tersebut dijelaskan perintah, larangan, janji dan ancaman Allah. Kitab

29 tersebut antara lain adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an. Setelah turunnya Al -Qur’an kitab sebelumnya telah hilang karena tidak dijaga keasliannya oleh Allah.Maka kitab sebelumnya Al-Qur’an hanya perlu diimani saja. Seperti dijelaskan dalam surat An-Nisa’ ayat 136:

“Hai orang-orang yang beriman, percayalah pada Allah dan Rasul-Nya dan kitab yang

diturunkan sebelum itu.”

4.Beriman kepada Rasulullah

Allah menurunkan wahyunya kepada manusia tidak secara langsung, melainkan memilih di antara manusia dan dijadikannya sebagai utusanNya. Rasulullah yang menerima wahyu Allah ditugaskan untuk menerangkan wahyu kepada umatnya.Rasul diutus sebagai rahmat dan anugerah dari Allah SWT, bertugas untuk memberi kabar gembira, peringatan, penjelasan bagi orang yang beriman. Menurut Amin Syukur (2010:65) bahwa ajaran yang disampaikan para rasul prinsipnya sama yaitu tauhid (mengesakan Allah secara mutlak). Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa Nabi/Rasul dahulu juga muslim, dijelaskan dalam al-Qur’an surat yunus ayat 72:

Artinya: “(Nuh berkata),” Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta

upah sedikitpun darimu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh

supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (Islam) kepadanya”.

5.Beriman kepada hari akhir (kiamat)

Hari kiamat adalah hari dimana hancurnya seluruh alam semesta.Pada hari itu semua yang dibangkitkan dari dalam kuburnya dan dikumpulkan disuatu tempat untuk

30 dihisab amal perbuatannya.Kemudian urusan mereka berakhir dengan mendapatkan nikmat atau adzab. Ayat al-Qur’an yang menjelaskan agar kita beriman kepada hari kiamat adalah sebagai berikut:

“Tidakkah kebajikan itu kamu berpaling menghadapkan mukamu ke arah timur dan

barat, kebajikan itu ialah beriman akan Allah dan hari kesudahan.”(Q.S. al -Baqarah:177).

6.Beriman kepada Takdir Allah

Takdir berasal dari kata qadara yang berarti “mengukur, memberi kadar ukuran”. Semua makhluk diberi takdirnya oleh Allah, mereka tidak dapat melampaui batas ketetapan itu dan Allah menuntun dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju. Takdir dalam arti ini pada alam dapat disamakan dengan istilah sunahullah, tetapi manusia tidak sepenuhnya istilah ini sesuai dengan yang dimaksud dengan takdir (A Taufiq dan M Rohmadi, 2010:23). Manusia mempunyai kemampuan yang terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah kepadanya.

Dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Hadid ayat 22:

“Musibah tidak akan terjadi di atas bumi dan atas dirimu, melainkan telah ditulis dalam kitab semenjak sebelum Kami menjadikan (kejadian-kejadian itu). Sesungguhnya yang

demikian itu mudah bagi Allah”.

Adapun materi pendidikan tauhid atau iman yaitu segala sesuatu yang mencakup tentang keesaan Allah Swt dan keyakinan akan segala sesuatu mengenai informasi tentang Allah melalui perantara malaikat yang terkumpul dalam kitabNya, disampaikan

31 kepada Rasulullah yang berisi tuntunan untuk mencapai kebahagiaan abadi dimulai dari hari kiamat sebagai ketentuan Allah yang tak dapat dielakkan lagi (A Taufik dkk,2010:24).

b. Materi Pendidikan Syari’ah atau Ibadah

Pengertian syari’ah secara etimologi berasal dari kata Syari’at yang berarti “jalan menuju ke sumber air” yakni “jalan menuju pokok kehidupan”. Bentuk kata kerja syariat adalah syara’a berarti “menandai atau menggambar jalan yang jelas menuju sumber air” (Ahmad Taufik dkk,2010:25). Sedangkan secara terminologi, Tim Dosen Pendidikan Agama Islam (2009:64) mengemukakan bahwa dalam istilah islam, Syari’ah berarti jalan besar untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama yang dapat memberi petunjuk bagi setiap manusia. Dan yang dimaksud syariat yaitu segala tuntutan yang diberikan Allah Swt dan Rasul-Nya melalui perkataan, perbuatan, dan takrir (ketetapan)(Ahmad Taufiq dkk, 2010:27). Tuntutan itu berkaitan dengan akidah, hukum perseorangan dan hubungan dengan khalik, tuntutan manusia dengan diri dan dengan sesamanya. Hal ini sangat erat sekali dengan hubungan ibadah. Wujud keimanan seseorang terlihat dari ibadah.

Menurut Amin Syukur ibadah berasal dari bahasa Arab, dari fi’il madhi: ‘abada

-ya’budu-‘ibadatan, yang artinya “mengesakan,melayani dan patuh “(Amin Syukur,2010:86). Adapun pengertian ibadah, menurut Mahmud Syaltut mengartikan ibadah sebagai suatu perbuatan yang dikerjakan kaum muslimin untuk mendekatkan diri kepada tuhan setra mengingat-ingat keagungan-Nya, yang akan menjadi tanda bukti bagi keimanan kepada Allahdan pengawasan diri serta menghadapkan hati sepenuhnya kepada-Nya. Sedang menurut Sidi Gazalba mengemukakan bahwa ibadah adalah suatu perbuatan kaum muslimin dalam mendekatkan dirinya kepada allah dan menyeru kebesaran-Nya dan menundukkan kepercayaan kepada-Nya dalam perundang-undangan-Nya yang suci itu (Amin Syukur,2010:87). Dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah segala perbuatan yang

32 dikerjakan untuk mendekatkan diri pada Allah Swt dan sebagai tanda bukti keimanan kepada Allah Swt.

c. Materi Pendidikan Akhlak

Dapat kita ketahui bahwa akhlak adalah pembuktian dari iman yang tertanam didalam dada.Akhlak terlihat dari segala perilaku kita. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW:

ِهِلْهَأِب ْمُهُفَطْلَأَو اًقُلُخ ْمُهُنَسْحَأ ًاناَمْيِإ َنْيِنِم ْؤُمْلا َلَمْكَأ نِإ

“Sesungguhnya orang yang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang

paling baik akhlaknya dan paling lemah lembut kepada keluarganya.” HR. At-Tirmidzi,

Al-Iman, II/82. (Dalam Ahmad Farid, 2008:31).

Secara etimologi akhlak dari bahasa Arab jama’ dari bentuk tunggalnya “khuluqun” yang berarti : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004:1). Sedang secara terminologi Imam Ghazali menjelaskan bahwa Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tidak dengan pertimbangan pikiran terlebih dahulu (dalam Zahruddin dan Sinaga, 2004:4). Menurut Sultoni mengungkapkan bahwa akhlak adalah kondisi/keadaan hati seseorang (Ahmad Sultoni,2007:55). Selain aqidah dan syariah, akhlak juga merupakan esensi ajaran Islam. Melalui akhlak akan dapat dilihat corak dan hakikat manusia sebenarnya.

Istilah etika adalah suatu ilmu yang membicarakan baik dan buruk manusia. Sedangkan moral adalah tindakan yang sesuai dengan ukuran-ukuran umun dan diterima oleh kesatuan sosial. Moral dan etika adalah suatu yang seperti tak terpisahkan, secara praktis istilah ini sama dengan akhlak (Amin syukur, 2010:126)

Moralitas atau akhlak merupakan inti dari pendidikan islam. Para ahli pendidikan islam sepakat bahwa maksud dari pendidikan islam bukan hanya untuk memenuhi otak

33 dengan segala macam ilmu baru namun lebih pada mendidik akhlak dan jiwa mereka. Dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan akhlak adalah semua tingkah laku yang tertanam dalam jiwa yang timbul perbuatan dengan mudah dan tanpa pertimbangan akal. Pokok-pokok ajaran Al-Qur’an mengenai akhlak itu terbagi dalam enam bidang penerapan:

1) Akhlak terhadap diri sendiri 2) Akhlak terhadap keluarga 3) Akhlak terhadap masyarakat

4) Akhlak terhadap makhluk selain manusia (binatang dan sebagainya) 5) Akhlak terhadap alam

Pokok ajaran Islam diatas terdapat dalam A-Qur’an sebagai pedoman manusia untuk mencapai akhlak karimah(K.Permadi,2002;55).

a. Akhlak Kepada Allah Swt

Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Hanya Allah–lah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah sungguh tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Qur’an surat An-nahl : 18:

ْنِإَو

دَعَت

ْاو

َةَمْعِن

الله

َل

آَهْوُصْحُت

نِإ

َالله

ٌمْيِح رٌرْوُفَعَل

artinya “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar- benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan sebagai khalik.

34 Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu- satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri.

Adapun akhlak kepada Allah adalah sebagai berikut: Mentauhidkan Allah, Bertaqwa kepada Allah, Beribadah hanya kepada Allah, Taubat, Ikhlas, Khauf dan Raja’ dan Tawakal.

b. Akhlak kepada Pribadi

Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.

Seperti dalam Q.S Al-Baqarah :195

َلَو

اْوُقْلُت

ِدْيَاِب

ْمُكي

ىَلِا

ِةُكُلْه تْلَا

Artinya :”dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan”. (Al -Baqarah;195).

Dari keterangan diatas bahwa kita sebagai makhluk Allah Swt perlu untuk menjaga amanah semua yang dititipkan kepada hambanya dengaan cara menghargai, menghormati, menjaga dan mempergunakan sebaik-baiknya. Hal ini erat kaitanya dengan diri sendiri atau pribadi agar diperlakukan sebagai mestinya dengan melakukan sesuai dengan perintah dan laranganNya. Adapun Akhlak kepada diri sendiri antara lain sabar, optimisme, kreatif, ikhtiar, ta’dzim dan percaya diri yang menjadikan pribadi muslim yang hebat dan kuat.

35 c. Akhlak kepada Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama yaitu tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan tingkah laku kita. Hal yang perlu dilakukan kepada sesama manusia mencakup Belas kasihan atau sayang, rasa persaudaraan, memberi nasihat, memberi pertolongan, menahan amarah, sopan santun dan suka memaafkan. Dalam hadis menerangkan bahwa Allah akan menyayangi siapa saja yang menyayangi sesama manusia sebagai berikut:

َل

ُمَحْرَي

ُالله

ْنَم

َل

ْرَي

ُمَح

َسا نلا

Artinya; “Allah tidak akan menyayangi siapa saja yang tidak menyayangi manusia”(H.R Bukhori no 7276)

Dalam hadis diatas menunjukkan betapa pentingnya akhlak terhadap sesama, agar kita saling menyayangi dengan cara tolong menolong, silaturrahim, rifq, membela rakyat, bohong demi kebaikan, dermawan, menghibur, berbakti.