• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

1

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA

NASRUDDIN HOJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

MUH IRHAMNA

NIM: 111 09 019

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

6 MOTTO

َببْلَ ْلُْا ىِلْوُ ِلِْ ٌةَرْبِع ْمِهِصَصَق ِىف َناَك ْدَقَل

Artinya : sesungguhnya pada kisah-kisah(cerita) mereka itu terdapat

pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal

(7)

7

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Orangtuaku tercinta yang senantiasa tak pernah berhenti memberikan

segala pengorbanan yang tak dapat penulis sebut satu persatu sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

Keluargaku tercinta yang selalu memberi semangat dan kekuatan dalam

pembuatan skripsi ini.

Seluruh teman yang selalu memberikan dukungan positif dan kekuatan.

Seluruh dosen dan Karywan IAIN Salatiga

Semua instansi yang membutuhkan pengajaran tentang nilai pendidikan

islam.

Saudara sesama islam, yang selalu membagi ilmu dan saling menguatkan.

Semua umat manusia, yang selalu senang belajar dan berlatih untuk

berubah untuk memahami makna hidup serta mencari ridlo dari Sang

(8)

8 KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah ‘Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum. Selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

4. Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo’akan dan membantuku

dalam menyelesaikan studi di IAIN salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

(9)

9 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah SWT menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al-Hamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Salatiga, April 2015 Penulis

(10)

10 ABSTRAK

Muh Irhamna. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja.Skripsi. Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstitut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Juz’an, M.Hum. Kata kunci:Nilai-nilai Pendidikan Akhlak.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan wawasan nilai-nilai keislaman yang tedapat dalam karya sastra yang berbentuk cerita. Yang mana nilai-nilai islam dalam cerita Nasruddin Hoja. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) apa saja materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja?, (2) apa saja nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja?, (3) relevansi cerita Nasruddin Hoja dalam pendidikan islam.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan(library reasearch). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi. Selanjutnya penelitian ini menggunan teknik deskriptif analisis (descriptive of analyze research) yaitu dengan mencarimengenai bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi dalam cerita Nasruddin Hoja.

Hasil temuan penelitian penelitian dari cerita Nasruddin menunjukkan bahwa: (1) Materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja yaitu materi pendidikan tauhid, materi pendidikan ibadah dan materi pendidikan akhlak, (2) Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja yaitu (a) nilai keimanan antara lain iman kepada Allah, iman kepada hati kiamat, iman kepada taqdir Allah, (b) nilai pendidikan ibadah yaitu Shalat, berdo’a, seruan ibadah, sadaqoh, mengikuti sunnah Rasul,pernikahan, dan dzikir. Sedangkan (c) nilai pendidikan Akhlak mencakup a) Nilai pendidikan akhlak sebagai berikut : (1) Akhlak mahmudah yaitu (a) Akhlak terhadap Allah yaitu Tawakal, Taubat, Syukur, Ikhlas, Husnudhon. (b) Akhlak terhadap diri sendiri yaitu Sabar,

Optimisme, Kreatif , Ikhtiar, Ta’dzim, Percaya diri. (c) Akhlak kepada sesamayaitu Membela rakyat, Tolong menolong, Silaturahim, Rifq, Bohong demi kebaikan, Dermawan, Menghibur, Berbakti, Memberi salam. (2) Akhlak madzmumah adapun nilai pendidikannya yaitu larangan meremehkan

orang lain, memubadzirkan makanan, larangan sombong, ingkar janji, pelit, riya’, menyuap, tamak,

dzalim, kata kasar, dendam, bohong dan marah. (3) Relevansi cerita Nasruddin Hoja dalam pendidikan islam adapun sebagai berikut: (a) Relevansi karakter Nasruddin dalam pendidikan Islam

yaitu menjunjung nilai moral, berani bertindak kritis, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, menjauhi penyakit

(11)

11 DAFTAR ISI

1. NOTA PEMBIMBING ... i

2. PENGESAHAN KELULUSAN ... ii

3. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii

4. MOTTO... iv

5. PERSEMBAHAN... v

6. KATA PENGANTAR... vi

7. ABSTRAK ... viii

8. DAFTAR ISI ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 9

(12)

12

1. Pengertian Nilai ... 11

2. Pengertian Pendidikan Islam ... 12

3. Materi Pendidikan Islam ... 15

4. Tujuan Pendidikan Islam ... 25

5. Metode Pendidikan Islam ... 28

6. Ruang Lingkup Pendidikan ... 32

B. Gambaran Umum Cerita ... 38

1. Pengertian Cerita ... 40

2. Unsur dalam Cerita ... 41

3. Unsur luar Cerita ... 43

C. Manfaat Cerita dalam Pendidikan... 44

BAB III. GAMBARAN UMUM CERITA DAN TOKOH NASRUDDIN HOJA A. Tokoh Nasruddin Hoja ... 48

1. Riwayat Hidup Nasruddin Hoja ... 48

2. Riwayat Pendidikan ... 49

3. Aktifitas ... 50

4. Pemaknaan Simbol tokoh Nasruddin Hoja ... 52

B. Cerita Nasruddin Hoja... 53

C. Gambaran umum cerita Nasruddin Hoja ... 54

D. Karakteristik Nasruddin Hoja dalam Cerita ... 60

E. Sumber Data Penelitian ... 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja.... 72

1. Nilai Pendidikan Ketauhidan dan Keimanan ... 72

(13)

13

3. Nilai Pendidikan Akhlak ... 82

a. Akhlak Mahmudah ... 81

1). Akhlak kepada Allah ... 82

2). Akhlak kepada Diri sendiri... 87

3). Akhlak kepada sesama ... 94

b. Akhlak Madzmumah ... 105

B. Relevansi Nilai Pendidikan Islam dalam karakter Nasruddin Hoja ... 120

C. Relevansi Nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja... 125

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 133

B. Saran ... 134

C. Kata Penutup ... 134

(14)

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mencakup pandangan hidup, sikap hidup serta ketrampilan hidup (Muchtar Bukhari,1994:13). Maka dalam pendidikan tidak serta merta hanya berkutat didalam sekolahan atau suatu lembaga pendidikan, namun pendidikan mencakup segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak untuk mengarah pada proses pemiskinan kultural dan proses pemiskinan ilmiah (Muchtar Bukhari,1994:2). Pendidikanpun mengikuti norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Jhon Dewey (dalam Retno Listyarti,2012:2) menjelaskan bahwa pendidikan adalah merupakan salah satu proses pembaharuan makna pengalaman. Yangmana sebuah pembaharuan makna didapat setelah kita mendapatkan proses pembelajaran atau pendidikan.

Dalam kamus besar bahasa indonesia cerita adalah hiburan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal (peristiwa, kejadian dan sebagainya). Cerita dapat berupa ungkapan, tulisan tentang suatu peristiwa, atau tentang suatu kejadian. Banyak sekali bentuk cerita dalam konteks penulisannya dapat berupa hikayat, sejarah, kisah, dongeng, novel, cerpen dll (wikipedia.com). dalam proses pendidikan cerita dianggap sangat menarik untuk kalangan peserta didik.

Dalam proses pendidikan, bercerita dengan peserta didik adalah suatu pembelajaran yang penting yang mana dalam bercerita pendidik dapat mudah meyampaikan pesan moral dan agama. Seperti diteterangkan dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 111 :

{ َببْلَ ْلُْا ىِلْوُ ِلِْ ٌةَرْبِع ْمِهِصَصَق ِىف َناَك ْدَقَل

111

(15)

15 Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah(cerita) mereka itu terdapat pengajaran

bagi orang-orang yang mempunyai akal”.

Cerita dapat digunakan oleh orang tua dan guru sebagai sarana mendidik dan membentuk kepribadian anak melalui pendekatan transmisi budaya (Suyanto & Abbas, 2001). Dalam cerita, nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Anak melakukan serangkaian kegiatan kognisi dan afeksi, mulai dari interpretasi, komprehensi, hingga inferensi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Melalui kegiatan ini, transmisi budaya terjadi secara alamiah, bawah sadar, dan akumulatif jalin menjalin membentuk kepribadian anak. Anak memiliki referensi yang mendalam karena setelah menyimak, anak melakukan aktifitas kognisi dan afeksi yang rumit dari fakta cerita seperti nama tokoh, sifat tokoh, latar tempat, dan budaya, serta hubungan sebab-akibat dalam alur cerita dan pesan moral yang tersirat didalamnya ( Mbak ITADZ, 2008:19 ). Nilai tersirat tersebut dapat dipetik secara tidak sadar oleh peserta didik untuk dipahami dan menjadi perubahan sikap peserta didik.

(16)

16 Nasrudin Hoja adalah salah satu tokoh yang mempunyai karakter seperti orang tolol, lugu, kocak, kritis sekaligus bijaksana. Dia terkenal di dunia Timur seperti Turki, Persia dan Arab maupun didunia Barat seperti Rusia dan Uni Soviet. Setiap Negara bangga mengklaim Nasrudin sebagai bagian dari bangsanya. Dibalik kekonyolan dari cerita Nasrudin hodja banyak sekali tersimpan kearifan yakni akan dapat kita petik nilai-nilai pendidikanya. Dalam literatur Azebaijani bahwa Nasruddin menjadi tokoh utama dalam sebuah majalah berjudul Molla Nasraddin, diterbitkan di Azerbaijan dan "dibaca oleh masyarakat Muslim dari Morocco hingga Iran". Majalah satirikal dengan delapan halaman tersebut diterbitkan secara periodik di Tbilisi (dari 1906 sampai 1917),Tabriz (1921), dan Baku (dari 1922 hingga 1931) dalam bahasa Azeri dan terkadang dalam bahasa Rusia. Majalah yang dibuat oleh Jalil Mammadguluzadeh ini menggambarkan ketidakadilan sosial, asimilasi kultural, dan kesewenang-wenangan polisi serta mencemooh kehidupan terbelakang, nilai kependetaan, dan para fanatik, secara jelas mengajak para pembacanya untuk lebih modern dan menerima budaya barat. Majalah ini dilarang beredar beberapa kali (https://id.wikipedia.org/wiki/Nasruddin). Keterangan diatas mengambarkan bahwa simbol tokoh Nasruddin sangat berpengaruh untuk melawan ketidakadilan dan kesewenangan penguasa dengan cara yang unik Nasruddin.

(17)

17

rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.”(Riwayat Muslim).

Dalam cerita Nasruddin banyak sekali cerita menggambarkan perlakuan kemungkaran berupa ketidak adilan sang pemimpin namun Nasruddin dengan cerdik melawannya dengan segala kemampuannya. Seperti cerita suap yang dilakukan Nasruddin untuk hakim agar dipercepat urusannya namun dengan cara yang tidak biasa yaitu dengan mengisi wadah madu (hadiah untuk hakim) dengan tanah (Winardi,2012:112). Hal tersebut merupakan dakwah melawan suatu kemungkaran dengan cara untuk kreatif dan lebih cerdas (bijaksana) untuk menghadapi suatu masalah yang dilakukan Nasruddin Hoja.

Dalam cerita banyak sekali penanaman pendidikan yang mencakup segala aspek. Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita manusia itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena itu islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan (Abudin Nata, 1997:97). Sedang Menurut Abdul Aziz Abdul Majid, tujuan penceritaan dapat berupa menghibur siswa saat pembelajaran berlangsung, menambah wawasan agama dan membersihkan cita rasa (feeling) (dalamSyarif Hade Musyah dkk, 2002:81).

Dapat kita ketahui bahwa pendidikan adalah proses pendewasaan dan menemukan potensi anak agar tumbuh dan berkembang selaras dengan bakat dan minat. maka agar tidak terjerumus hal negatif maka peran pendidikan mengambil andil untuk mengarahkan dan membimbing ke hal yang positif.

(18)

18 Dengan latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil judul “NILAI-NILAI

PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA”.

B. Penegasan Istilah

Agar para pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran terhadap istilah tersebut, maka penulis menjabarkan terlebih dahulu yaitu:

1. Nilai pendidikan islam

a. Nilai dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sifat-sifat (hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (depdiknas : 2007)

b. Pendidikan islam adalah pengajaran untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai dengan ajaran islam dengan berbagai metode maupun pendekatan. Pendidikan islam lebih ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan.(ZakiyahDaradjat; Jakarta:2011)

c. Nilai pendidikan islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifisasi dan pfofesi diantara sekian banyak profesi dalam masyarakat. (Al-Syaibani, 1979:399)

2. Cerita Nasruddin Hoja

Cerita Nasruddin Hoja sangat erat dengan kisah-kisah jenaka yang mengundang tawa yang mencakup beragam topik tentang punguasa zalim, hakim, koruptor, ulama, cendekiawan, ketamakan dan kekikiran, sampai dirinya sendiri sebagai bahan humor yang mengandung kritik dan sindiran dalam kisah tersebut.

C. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, penulis membuat rumusan masalah penelitian, sebagai berikut:

(19)

19 2. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja?

3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja? D. Tujuan Penelitian

Untuk memberikan gambaran secara konkrit, arah yang jelas dan berdasarkan pokok permasalahan diatas maka peneliti bertujuan :

1. Untuk mengetahui materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja 2. Untuk mengetahui Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasrudin Hoja

3. Untuk mengetahui relevansi Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi keilmuan kepada para pendidik tentang nilai-nilai pendidikan dalam proses pengajaran.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran bagi para pembaca bahasanya penanaman nilai pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dalam cerita Nasruddin Hoja sehingga memudahkan dalam mencapai tujuan pendidikan islam.

3. Hasil penelitian diharap dapat memberikan wawasan dengan cara mengetahui relevansi cerita Nasruddin Hoja dengan pendidikan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

(20)

20 bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan (moleong, 2005: 29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks, (Robert B dan Steven J, dalam moloeng, 2005: 31)

1. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai sumber data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi (documentation research method). Model metode dokumentasi yaitu model penelitian dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkrip, buku, suratkabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dansebagainya (Arikunto, 1998: 233). Dari pencarian data model dokumentasi tersebut, diharapkan terkumpulnya dokumen atau berkas untuk melengkapi seluruh unit kajian data yang akan diteliti dan dianalisa lebih lanjut.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkaji dan melakukan analisis kepustakaan mengenai cerita Nasruddin. Yaitu berasal dari novel Hoja Nasruddin dan 360 cerita jenaka Nasruddin Hoja.

Sedangkan untuk sumber data sekunder, penulis mengambil data dari dokumen-dokumen yang medukung dari kumpulan berbagai artikel, jurnal, diskusi-diskusi book review dan karya tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian ini tentang nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja.

2. Teknik Analisis Data

(21)

21 pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidakperlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari lima bab antara lain: BAB I: PENDAHULUAN

Bab I dalam penulisan penelitian ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan penelitian BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II dalam penulisan penelitian ini berusaha menjelaskan tentang pengertian cerita, unsur dalam cerita, struktur cerita dan manfaat cerita dalam pendidikan. selanjutnya bab ini akan membahas tentang nilai-nilai pendidikan islam, tujuan nilai pendidikan islam, metode pendidikan islam, ruang lingkup pendidikan dan jenis nilai-nilai pendidikan islam.

BAB III : GAMBARAN UMUM CERITA-CERITA HUMOR TOKOH NASRUDIN HOJA

Pada bab ini, membahas penulis, memaparkan tokoh Nasrudin Hoja, gambaran umum cerita Nasruddin, karakteristik Nasruddin dalam cerita. Serta tema, alur cerita, penokohan dan latar dalam cerita Hoja Nasruddin. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

(22)

22 BAB V : PENUTUP

(23)

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. NILAI PENDIDIKAN ISLAM

1. Pengertian Nilai

Masalah nilai memang sulit untuk dijelaskan dan digambarkan,sebagai tema abstrak sudah diperbincangkan sejak para filosof berbicara tentang kebenaran atau keutamaan. Dapat kita ketahui bahwa nilai merupakan hal yang menarik untuk dicari dan digambarkan. Dalam perkembangan zaman pandangan tentang suatu nilai dianggap penting. Nilai dapat berarti “sesuatu yang baik, benar atau diinginkan”(dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Nilai

diunduh pukul 10:35 tanggal 10 april 2016). Sedang Hans Jonas mengatakan nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan dengan kata “Iya” (Bertens, 1997:139). Secara umum nilai berkaitan tentang suatu sikap dan perilaku.

Dalam Encyclopedia Britania dalam (Sarjono, 2005:136) disebutkan bahwa nilai adalah sesuatu yang menentukan atau suatu kualitas obyek yang melibatkan suatu jenis atau apresiasi atau minat. Dalam pengertian lain menjelaskan nilai adalah sifat-sifat (hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Depdiknas : 2007). Adapun pengertian nilai menurut para ahli (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:110) adalah sebagai berikut:

a. Menurut Yong, nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang abstak dan sering tidak disadari tentang hal-hal yang benar dan hal-hal yang penting.

b. Green memandang nilai sebagai kesadaran yang secara relatif berlangsung dengan disertai emosi terhadap objek, ide, dan perseorangan.

(24)

24 d. Dalam pengertian lain, nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah.

Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah sesuatu yang terdapat di dunia bersifatnya objektif dan tetap, dari situasi kehidupan berhubungan dengan subjek-subjek yang mempunyai kepentingan dengan tolak ukur yang pasti, pada esensi objek tersebut. Nilai menghitung mengenai hal-hal yang benar dan hal-hal yang penting dari kesadaran relatif memandang hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah. 2. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan dalam bahasa inggris berarti education, sedang bahasa yunani kuno adalah pedagogi, dan dalam bahasa arab pendidikan dapat berarti al-tarbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim. Menurut Frederick J. MC. Donal (1959 :4) ; “Education in the sense used here, is a prosess

or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human

being” ( pendidikan adalah proses yang berlangsung untuk menghasilkan perubahan yang

diperlukan dalam tingkah laku manusia). Sedang menurut KBBI online bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (http://kbbi.web.id/didik). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha manusia untuk membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman dan intelektual untuk menjadi lebih dewasa (terlihat dari pola tingkah laku manusia tersebut) dan untuk mencapai tujuan hidupnya (cita-cita) .

(25)

25 keselamatan.(Syed Ameer Ali, 1978;266). Maka orang yang berislam adalah orang yang selamat dari barbagai masalah hidup kehidupan dan selamat di akhirat kelak, dengan melaksanakan ajaran-ajaran yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW.

اْوُلِضَت ْنَل ِنْيَئْيش ْمُكْيِف ُتْكَرَت : ملسو هيلع الله ىلص الله لسر لاق :لاق هنع الله يضر ةريرره ىبا نع

يتنُس و الله َباَتِك اَمُهَدْعَب

"Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat setelah

berpegang dengan keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnahku.” ( Riwayat Al-Hakim dari Abu

Hurairah, 1/172, lihat Shahih Al-Jami’ no. 2937 dan Ash-Shahihah no. 1761 dalam http://ibnufuadboss.blogspot.co.id/2008_04_27_archive.html diunduh pada 10 april 2016 pukul 07:36)

Dari penjelasan di atas menerangkan bahwa Islam didasarkan pada Alqur’an dan sunnah yang mana pendidikan Islampun sama dengan konsep Islam yang berpedoman pada

Al-Qur’an dan sunnah. Dengan demikian, objek pendidikan Islam sama dengan pendidikan

pada umumnya, hanya saja pendidikan islam didasarkan pada konsep dan teori yang dikembangkan dari nilai-nilai Islam: Al-Qur’an, as-Sunnah, dan ijtihad (Moh.Roqib, 2009:23).

Pengertian pendidikan Islam menurut para ahli (dalam buku Arifudin Arif, 2008 : 34-36) adalah :

a) al-Syaibaniy (1977:399); mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatau aktivitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.

(26)

26 diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.

c) Ahmad D. Marimba (1989 : 19) menjelaskan bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil). d) Hasan Langgulung (1980 : 94) menjabarkan bahwa pendidikan Islam sebagai proses

penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan, dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

e) Ahmad Tafsir (1992 :32) mengungkapkan bahwa pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah rangkaian proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada anak didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, baik aspek spiritual, intelektual, maupun fisiknya, guna keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Di atas sudah penulis jelaskan mengenai pengertian nilai dan pendidikan Islam. Maka sebagai kesimpulannya pengertian nilai pendidikan agama Islam adalah isi yang terkandung dalam sebuah pendidikan Islam. Nilai pendiidikan islam sepertinya sesuatu yang mulia dapat diambil atau hal-hal yang bermanfaat bagi pendidikan Islam.

3. Materi Pendidikan Islam

(27)

27 Dalam pembahasan nilai pendidikan islam mencakup berbagai hal. Sedang menurut Wahab al-Zuhaili (dalam Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2006:36) menjelaskan bahwa nilai normatif yang menjadi acuan pendidikan Islam. Nilai pendidikan islam yang dimaksud terdiri atas tiga pilar utama yaitu:

1. I’tiqaddiyyah yaitu mengatur tentang rohaniah manusia dengan tuhannya. Maka hai ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan keimanan.

2. Khuluqiyyah yaitu menyangkut tingkah laku dan moral lahir manusia dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Maka hal ini erat kaitannya dengan pendidikan etika, moral maupun akhlak.

3. Amaliyyah yaitu menyangkut hubungan lahiriyah antara manusia dengan Tuhanya, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Dalam pendidikan amaliyah dengan tingkah laku sehari –hari terdiri dari:

Adapun dari penjabaran diatas, menurut hemat penulis mengambil kesimpulan bahwa nilai pendidikan islam dibagi menjadi tiga yaitu tentang I’tiqadiyyah yang mencakup tentang

nilai keimanan (memuat akidah, tauhid dan iman),tentang Khuluqiyyah yang mencakup tentang nilai akhlak dan terakhir tentang Amaliyah mencakup masalah nilai-nilai ibadah.

Berikut penjabaran lebih lanjut gambaran umum diatas mengenai materi pendidikan islam.

a. Materi Pendidikan keimanan

Materi pendidikan iman dapat juga diidentikkan dengan rukun iman yang terdiri dari enam perkara yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasulullah, iman kepada hari akhir (kiamat) dan iman kepada qodho dan qodhar. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

(28)

28 Iman kepada Allah berarti meyakini sepenuh hati bahwa Allah itu ada.Sedang menurut Thahir (2011:14) Keberadaan Allah hanya dengan zatnya sendiri tidak dengan perantaraan apapun.Keberadaan Allah merupakan suatu hal yang wajib yang tidak mungkin Allah itu tidak ada.Beriman kepada Allah merupakan keimanan yang paling pokok dan mendasar, karena merupakan dasar bagi keimanan selanjutnya.

Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S al-Anbiya’:92 sebagai berikut:

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan aku adalah tuhanmu, maka sembahlah aku”

2.Beriman kepada malaikat Allah

Allah menciptakan malaikat.Malaikat yaitu makhluk ghaib yang patuh melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Allah. Sedang menurut Thahir(2011:46) malaikat adalah suatu makhlak halus yang diciptakan dari cahaya. Mereka tidak makan dan tidak minum, mereka adalah hamba Allah yang mulia. Mereka tidak akan membantah segala yang diperintahkan kepadanya dan bahkan mereka selalu siap melaksanakan yang diperintahkan. Seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 50:

“Mereka takut kepada Tuhan, mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa

yang diperintahkan kepada (kepada mereka)”.

3. Beriman kepada kitab-kitab Allah

(29)

29 tersebut antara lain adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an. Setelah turunnya Al -Qur’an kitab sebelumnya telah hilang karena tidak dijaga keasliannya oleh Allah.Maka

kitab sebelumnya Al-Qur’an hanya perlu diimani saja. Seperti dijelaskan dalam surat An-Nisa’ ayat 136:

“Hai orang-orang yang beriman, percayalah pada Allah dan Rasul-Nya dan kitab yang

diturunkan sebelum itu.”

4.Beriman kepada Rasulullah

Allah menurunkan wahyunya kepada manusia tidak secara langsung, melainkan memilih di antara manusia dan dijadikannya sebagai utusanNya. Rasulullah yang menerima wahyu Allah ditugaskan untuk menerangkan wahyu kepada umatnya.Rasul diutus sebagai rahmat dan anugerah dari Allah SWT, bertugas untuk memberi kabar gembira, peringatan, penjelasan bagi orang yang beriman. Menurut Amin Syukur (2010:65) bahwa ajaran yang disampaikan para rasul prinsipnya sama yaitu tauhid (mengesakan Allah secara mutlak). Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa Nabi/Rasul dahulu juga muslim, dijelaskan dalam al-Qur’an surat yunus ayat 72:

Artinya: “(Nuh berkata),” Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta

upah sedikitpun darimu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh

supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (Islam) kepadanya”.

5.Beriman kepada hari akhir (kiamat)

(30)

30 dihisab amal perbuatannya.Kemudian urusan mereka berakhir dengan mendapatkan nikmat atau adzab. Ayat al-Qur’an yang menjelaskan agar kita beriman kepada hari kiamat adalah sebagai berikut:

“Tidakkah kebajikan itu kamu berpaling menghadapkan mukamu ke arah timur dan

barat, kebajikan itu ialah beriman akan Allah dan hari kesudahan.”(Q.S. al -Baqarah:177).

6.Beriman kepada Takdir Allah

Takdir berasal dari kata qadara yang berarti “mengukur, memberi kadar ukuran”.

Semua makhluk diberi takdirnya oleh Allah, mereka tidak dapat melampaui batas ketetapan itu dan Allah menuntun dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju. Takdir dalam arti ini pada alam dapat disamakan dengan istilah sunahullah, tetapi manusia tidak sepenuhnya istilah ini sesuai dengan yang dimaksud dengan takdir (A Taufiq dan M Rohmadi, 2010:23). Manusia mempunyai kemampuan yang terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah kepadanya.

Dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Hadid ayat 22:

“Musibah tidak akan terjadi di atas bumi dan atas dirimu, melainkan telah ditulis dalam kitab semenjak sebelum Kami menjadikan (kejadian-kejadian itu). Sesungguhnya yang

demikian itu mudah bagi Allah”.

(31)

31 kepada Rasulullah yang berisi tuntunan untuk mencapai kebahagiaan abadi dimulai dari hari kiamat sebagai ketentuan Allah yang tak dapat dielakkan lagi (A Taufik dkk,2010:24).

b. Materi Pendidikan Syari’ah atau Ibadah

Pengertian syari’ah secara etimologi berasal dari kata Syari’at yang berarti “jalan

menuju ke sumber air” yakni “jalan menuju pokok kehidupan”. Bentuk kata kerja syariat adalah syara’a berarti “menandai atau menggambar jalan yang jelas menuju sumber air”

(Ahmad Taufik dkk,2010:25). Sedangkan secara terminologi, Tim Dosen Pendidikan Agama Islam (2009:64) mengemukakan bahwa dalam istilah islam, Syari’ah berarti jalan

besar untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama yang dapat memberi petunjuk bagi setiap manusia. Dan yang dimaksud syariat yaitu segala tuntutan yang diberikan Allah Swt dan Rasul-Nya melalui perkataan, perbuatan, dan takrir (ketetapan)(Ahmad Taufiq dkk, 2010:27). Tuntutan itu berkaitan dengan akidah, hukum perseorangan dan hubungan dengan khalik, tuntutan manusia dengan diri dan dengan sesamanya. Hal ini sangat erat sekali dengan hubungan ibadah. Wujud keimanan seseorang terlihat dari ibadah.

Menurut Amin Syukur ibadah berasal dari bahasa Arab, dari fi’il madhi: ‘abada

-ya’budu-‘ibadatan, yang artinya “mengesakan,melayani dan patuh “(Amin

(32)

32 dikerjakan untuk mendekatkan diri pada Allah Swt dan sebagai tanda bukti keimanan kepada Allah Swt.

c. Materi Pendidikan Akhlak

Dapat kita ketahui bahwa akhlak adalah pembuktian dari iman yang tertanam didalam dada.Akhlak terlihat dari segala perilaku kita. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW:

ِهِلْهَأِب ْمُهُفَطْلَأَو اًقُلُخ ْمُهُنَسْحَأ ًاناَمْيِإ َنْيِنِم ْؤُمْلا َلَمْكَأ نِإ

“Sesungguhnya orang yang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang

paling baik akhlaknya dan paling lemah lembut kepada keluarganya.” HR. At-Tirmidzi,

Al-Iman, II/82. (Dalam Ahmad Farid, 2008:31).

Secara etimologi akhlak dari bahasa Arab jama’ dari bentuk tunggalnya “khuluqun”

yang berarti : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004:1). Sedang secara terminologi Imam Ghazali menjelaskan bahwa Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tidak dengan pertimbangan pikiran terlebih dahulu (dalam Zahruddin dan Sinaga, 2004:4). Menurut Sultoni mengungkapkan bahwa akhlak adalah kondisi/keadaan hati seseorang (Ahmad Sultoni,2007:55). Selain aqidah dan syariah, akhlak juga merupakan esensi ajaran Islam. Melalui akhlak akan dapat dilihat corak dan hakikat manusia sebenarnya.

Istilah etika adalah suatu ilmu yang membicarakan baik dan buruk manusia. Sedangkan moral adalah tindakan yang sesuai dengan ukuran-ukuran umun dan diterima oleh kesatuan sosial. Moral dan etika adalah suatu yang seperti tak terpisahkan, secara praktis istilah ini sama dengan akhlak (Amin syukur, 2010:126)

(33)

33 dengan segala macam ilmu baru namun lebih pada mendidik akhlak dan jiwa mereka. Dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan akhlak adalah semua tingkah laku yang tertanam dalam jiwa yang timbul perbuatan dengan mudah dan tanpa pertimbangan akal. Pokok-pokok ajaran Al-Qur’an mengenai akhlak itu terbagi dalam enam bidang penerapan:

1) Akhlak terhadap diri sendiri 2) Akhlak terhadap keluarga 3) Akhlak terhadap masyarakat

4) Akhlak terhadap makhluk selain manusia (binatang dan sebagainya) 5) Akhlak terhadap alam

Pokok ajaran Islam diatas terdapat dalam A-Qur’an sebagai pedoman manusia untuk mencapai akhlak karimah(K.Permadi,2002;55).

a. Akhlak Kepada Allah Swt

Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Hanya Allah–lah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah sungguh tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Qur’an surat An-nahl : 18:

artinya “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat

menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar- benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(34)

34 Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu- satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri.

Adapun akhlak kepada Allah adalah sebagai berikut: Mentauhidkan Allah, Bertaqwa kepada Allah, Beribadah hanya kepada Allah, Taubat, Ikhlas, Khauf dan Raja’ dan

Tawakal.

b. Akhlak kepada Pribadi

Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.

Seperti dalam Q.S Al-Baqarah :195

َلَو

اْوُقْلُت

ِدْيَاِب

ْمُكي

ىَلِا

ِةُكُلْه تْلَا

Artinya :”dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan”. (Al

-Baqarah;195).

Dari keterangan diatas bahwa kita sebagai makhluk Allah Swt perlu untuk menjaga amanah semua yang dititipkan kepada hambanya dengaan cara menghargai, menghormati, menjaga dan mempergunakan sebaik-baiknya. Hal ini erat kaitanya dengan diri sendiri atau pribadi agar diperlakukan sebagai mestinya dengan melakukan sesuai dengan perintah dan laranganNya. Adapun Akhlak kepada diri sendiri antara lain sabar, optimisme, kreatif, ikhtiar, ta’dzim dan percaya diri yang

(35)

35 c. Akhlak kepada Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama yaitu tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan tingkah laku kita. Hal yang perlu dilakukan kepada sesama manusia mencakup Belas kasihan atau sayang, rasa persaudaraan, memberi nasihat, memberi pertolongan, menahan amarah, sopan santun dan suka memaafkan. Dalam hadis menerangkan bahwa Allah akan menyayangi siapa saja yang menyayangi sesama manusia sebagai berikut:

َل

ُمَحْرَي

ُالله

ْنَم

َل

ْرَي

ُمَح

َسا نلا

Artinya; “Allah tidak akan menyayangi siapa saja yang tidak menyayangi

manusia”(H.R Bukhori no 7276)

Dalam hadis diatas menunjukkan betapa pentingnya akhlak terhadap sesama, agar kita saling menyayangi dengan cara tolong menolong, silaturrahim, rifq, membela rakyat, bohong demi kebaikan, dermawan, menghibur, berbakti.

4. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah melakukan suatu usaha atau kegiatan telah selasai (Zakiyah Darajat, 2011; 29). Pengertian tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan oleh subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu, kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup (Zuhairini, 1995 :159)

Pendapat para ahli tentang tujuan pendidikan Islam:

(36)

36 tujuannya adalah membentuk manusia sempurna ( insan kamil) menurut Islam (Moh.Roqib, 2009 :27).

b. Abd ar-Rahman an-Nahlawi berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan Islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat (Moh.Roqib, 2009 :29).

c. Umar Muhammad at-Taumi asy-Syaibani mengemukakan bahwa tujuan tertinggi dari pendidikan Islam adalah persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat (Moh.Roqib, 2009 :29).

Adapun tujuan pendidikan Islam tidaklah jauh berbeda dengan pendapat para ahli. Menurut Ahmadi (1992 : 63) tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan pendidikan hidup manusia yang peranannya sebagai makhluk Allah SWT yaitu semata-mata beribadah hanya kepada-Nya. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

“Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”. (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Menurut Arifudin Arif bahwa tujuan pendidikan islam minimal mencakup empat aspek yaitu:

(37)

37 b. Untuk memperhatikan sifat-sifat dasar manusia diciptakan Allah SWT. Dengan dibekali berbagai macam fitrah yang memiliki kecenderungan yang hanif tuntunan agamanya.

c. Berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman.

Tuntutan ini berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan bermasyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan akselerasi dunia modern

d. Berorientasi pada dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam yaitu

(1) mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi.

(2) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.

(3) mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (Arifudin Arif, 2008 ;47-48).

Berdasarkan penjelasan dan rincian pendidikan tentang tujuan pendidikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut :

a. Tujuan pertama adalah menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan posisi manusia sebagai abdul dan khalifah

b. Tujuan pendidikan Islam adalah menumbuhkan sikap dan jiwa yang selalu beribadah kepada Allah SWT karena manusia mempunyai fitrah hanif untuk menjalankan agama. c. Tujuan Pendidikan Islam adalah membina dan memupuk akhlakul karimah.

(38)

38 5. Metode Pendidikan Islam

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa yunani “metodos”. Kata ini

terdiri dari dua suku kata : yaitu “metha” yang berarti melaui atau melewati dan “hodos”

yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan (Arifin, 1996 :51) sehubungan dengan hal tersebut Ahmad Tafsir membatasi bahwa metode pendidikan ialah semua cara yang dilakukan dalam upaya mendidik(Ahmad Tafsir,2008 :131). Sedang menurut Abdul Munir Mulkan mengemukakan bahwa metode pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik (Arifudin Arif, 2008 : 102). sehingga dapat dipahami bahwa metode pendidikan islam berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar guna tercapai tujuan atau cita-cita pendidikan islam.

a. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam

Dalam pelaksanaan suatu proses pembelajaran dibutuhkan suatu metode yang tepat, guna pendidikan itu dapat sesuai dengan keadaan siswa. Hal tersebut mempermudah proses penghayatan siswa tentang makna suatu materi. Maka dalam penggunaan metode perlulah suatu prinsip yang mengacu pada sumber ajaran Islam.

(39)

39 Menurut H. Hamdan Ihsan (dalam buku Arifudin Arif, 2008 : 107) Adapun prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan psikologis untuk memperlancar proses kependidikan Islam sejalan dengan ajaran Islam adalah :

a. Prinsip memberikan suasana gembira

b. Prinsip memberikan layanan dan sentuhan dengan lemah lembut c. Prinsip kebermaknaan bagi anak didik

d. Prinsip pemberian pengetahuan yang baru e. Prinsip komunikasi terbuka dengan lemah f. Prinsip memberikan perilaku yag baik g. Prinsip praktek (pengalaman) secara aktif

h. Prinsip harmonis, keserasian, dan keselarasanantara masukan instrumental dengan masukan enviromental (lingkungan) dalam proses pencapaian tujuan.

i. Prinsip kasih sayang

j. prinsip bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik.

Berdasarkan prinsip pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya metode pendidikan Islam tercakup pada prinsip:

1) Mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya dalam mempelajari gejala kehidupannya, sendi-sendi dari gejala alam sekitarnya. Dalam ruang lingkup pengembangan akal pikiran inilah Allah SWT mendorong manusia untuk berfikir analitis melalui proses berfikir induktif dan deduktif (Q.S. al-Ghasiyah:17-21)

2) Prinsip mendorong manusia untuk mengamalkan Ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannyadalam ruang lingkup sehari-hari. 3) Prinsip dalam usaha meyakinkan manusia bvahwa Islam merupakan kebenaran yang

(40)

40 Sejalan dengan hal tersebut maka metode pendidikan islam harus digali, didayagunakan, dan dikembangkan dengan harapan aplikasi nilai-nilai Islam dapat diterima sehingga memotivasi peserta didik untuk mengamalkan dalam bentuk yang nyata.

b. Macam-macam pendidikan metode pendidikan Islam

Ungkapan tentang “metode lebih penting daripada materi” dikarenakan dalam proses

penyampaian informasi atau proses belajar mengajar yang memegang peran adalah tentang bagaiamana cara atau metode kita menyampaikan materi. Jadi metode adalah cara agar proses penyampaian materi dapat mudah dipahami oleh peserta didik.

Penjelasan-penjelasan tentang metode-metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran Islam dapat dilihat sebagai berikut:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyajian yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung (Djamarah dan Zain, 2005 :96). kelebihan metode ini adalah paling mudah, murah, gampang dan tidak banyak memerlukan persediaan bantu lainya.

Dalam metode ceramah inti dari metode ini adalah tentang daya tarik peserta didik dan bagaimana kwalitas yang dibicarakan oleh pendidik (Triyo Supriyatno, 27 :2009). Yang prerlu diperhatikan seorang guru adalah tentang dengan siapa kita berbicara, dimana kita membahas hal tersebut, bagaimana kondisi peserta didik, dan bagaimana bobot pembicaraan tersebut.

b. Metode Uswatun Hasanah (keteladanan)

(41)

41 Yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat al-Qur’an (Arief, 2002:54)

c. Metode Cerita atau Kisah

Di dalam al-Qur’an selain terdapat nama sebuah surat, yaitu surat al-Qashash yang berarti kisah-kisah atau cerita-cerita, yang terdapat kata kisah dalam Al-Qur’an sebanyak 44 kali (M. Fuadz Abdul Baqy, 1987:286-287). Sedang menurut penelitian Quraish Shihab mengemukakan kisah al-Quran tidak segan-segan untuk menceritakan kalemahan-kelemahan manusia. Namun hal tersebut menurut Quraish Shihab, digambar sebagaimana adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang mengandung tepuk tangan atau rangsangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan menggaris bawahi akibat kelemahan itu atau dengan melukiskan saat kesadaran manusia, dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi (M. Quraish Shihab, II/1982:174). Quraish Shihab lebih lanjut mengajak pembaca untuk memperhatikan, misalnya kisah yang diungkap dalam surat al-Qashash 76-81. Disini, diceritakan setelah dengan bangganya Karun mengakui bahwa kekayaan yang diperolehny itu adalah berkat hasl usahanya sendiri, yang kemudian hartanya itu oleh Allah akhirnya ditenggelamkan ke dalam bumi sebab kecongkakannya tersebut(dalam Triyo Supriyatno, 29 :2009)

Kisah cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan dengan menyampaikan ajaran yang terkandung dibalik cerita. d. Metode Nasihat

(42)

42 Dan dalam nasihat, biasanya berisikan tujuan yang baik agar menumbuhkan kesadaran agar melaksanakan ketentuan hukum atau ajaran agar tidak terjerumus ke keadaan yang tidak diinginkan.

6. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Secara umum lingkup materi pendidikan Islam menurut Dr. Abdullah Nasikh Ulwan (dalam Heri Jauhari Muchtar, 2008 : 15)Dalam ruang lingkup materi pendidikan islam, penulis akan mencoba menjelaskan materi pendidikan satu persatu. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a). Pendidikan Keimanan

Dalam pendidikan Islam materi yang pertama kali perlu ditanamkan adalah pendidikan keimanan atau dapat disebut dengan aqidah, yang secara etimologi dapat berarti kepercayaan. Sedangkan menurut terminologi Afriatin dkk (1997:94) mendefinisikan sebagai ”sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.”

Pendidikan keimanan mencakup pada keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi/Rasul, Hari Akhir dan Takdir atau disebut juga rukun iman.

(43)

43 anak untuk mencintai rasul, ahli baitnya dan membaca al-Qur’an (dalam Triyo Supriyatno, 40 :2009).

Jadi materi pendidikan Islam mencakup urusan keimanan maupun peribadahan, karena semua urusan tersebut dasar perbuatannya didasarkan pada keimanan kepada Allah SWT.

b). Pendidikan Moral/Akhlak

Akhlak menjadi masalah penting dalam perjalanan hidup manusia.Secara umum pendidikan akhlak meliputi kemampuan anak untuk membedakan antara sikap baik dan buruk. Adapun pengertian akhlak secara etimologi dalam bahasa arab kata akhlak adalah bentuk jamak dari “khuluqun” yang dapat bermaksud budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004:1) sedangkan secara terminologi menurut Imam Al- Ghazali (dalam Zaharuddin dan Sinaga, 2004:4) menyatakan bahwa akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.

Melihat pengertian akhlak diatas, maka akhlah sama dengan moral. Hal ini melihat pendapat yang diungkapkan Atkinson (dalam Darmadi, 2009:30) yang menyatakan bahwa moral adalah “Views about good and bad, right and wrong, what ought or ought not to do”

(pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan).

(44)

44 Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.Al-Ahzab: 21).

Maka dalam pendidikan moral merupakan latihan membangkitkan nafsu rubbubiyah (ketuhanan) dan menghilangkan atau meredam nafsu syaithaniyah. Pada materi akhlak peserta didik dituntut untuk mempelajari mengenai:

i. Perilaku atau akhlak yang mulia (akhlakul karimah/mahmudah) seperti jujur, rendah hati, sabar, dan sebagainya.

ii. Perilaku atau akhlak tercela (akhlakul madzmumah) seperti dusta, takabur, khianat, dan sabagainya(Heri Jauhari Muchtar,2008:16).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang membangun atau melatih peserta didik untuk melakukan perilaku yang mulia dengan cara mencontoh perilaku nabi muhammad SAW dan menjauhi atau meninggalkan perilaku tercela yang bersumber pada nafsu kita.

c). Pendidikan Jasmani

Pendidikan Islam tidak hanya menekankan keruhanian semata, tapi dalam pendidikan islam menganjurkan untuk seimbang yaitu juga mengajarkan kesehatan jasmani. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan “didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”.

Pendidikan fisik bertujuan agar anak tumbuh dewasa dengan fisik yang kuat, selamat, sehat, bergairah dan bersemangat (Triyo Supriyatno, 41:2009). Dan dalam pendidikan Islam tidak diajarkan untuk menzhalimi diri sendiri dan bahkan diharamkan seperti minuman keras, obat-obatan terlarang, bertato dan lain sebagainya.

d). Pendidikan Akal

(45)

45 Menurut Heri Jauhari Muchtar (2008: 8)mengatakan bahwa dengan akal manusia dapat membedakan antara benar dan salah. Bahkan dengan akal manusia dapat beragama dan melaksanakan secara benar.

Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda :

هل لقعل نمل نيد ل لقعل اوه ني دلا

“Agama itu ialah akal pikiran, tak ada (artinya) agama bagi orang yang berakal”(dalam Heri Jauhari Muchtar,2008:8).

Dari keterangan diatas bahwa akal adalah sesuatu yang utama dan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.Maka supaya akal dapat berkembang dengan baik maka perlu dilatih dengan teratur dan dapat bekembang sesuai dengan kemampuan anak.

e). Pendidikan kejiwaan/Hati Nurani

Selain nafsu dan akal yang harus dilatih/dididik pada diri manusia adalah kejiwaan atau hati nuraninya. Pada materi ini peserta didik dilatih agar dapat membina hati nuraninya sehingga hatinya nurani dapat menjadi “tuan” dalam dirinya sendiri dan dapat menyuarakan

kebenaran dalam keadaan apa pun. Selain itu diharapkan agar peserta didik memiliki jiwa atau hati nurani yang kuat, sabar, dan tabah dalam menjalani kehidupan ini (Heri Jauhari Muchtar,2008:16). Pendidikan emosi adalah sesuatu yang sangat penting, untuk memunculkan rasa simpati dan empati anak terhadap suatu keadaan maka pendidikan emosi sangat membantu dan mengarahkan hal yang positif tidak mengarah pada tawuran dan anarkisme dari luapan emosi yang tak sesuai yang diharapkan.

f). Pendidikan sosial/Kemasyarakatan

(46)

46 hubungan dengan sesama manusia (habliminannas) berupa ibadah ghair mahdlah atau kemasyarakatan.

Dalam materi pendidikan Islam dalam kemasyarakatan, anak atau peserta didik dikenalkan mengenai, misalnya hal-hal yang terdapat atau terjadi di masyarakat serta bagaimana cara hidup di dalam masyarakat tentu dengan tata cara Islami. Mengapa materi ini perlu disampaikan? Karena Islam mengajarkan mengenai kemasyarakatan: terlebih pada zaman “modern” sekarang ini makin menggejala pola hidup individualistis yang

mementingkan diri sendiri. Apabila hal tersebut terus terjadi maka akan terwujud masyarakat yang rapuh, karena tanpa kekuatan. Dengan materi pendidikan diharapkan anak atau peserta didik memiliki wawasan kemasyarakatan dan mereka dapat hidup serta berperan aktif di masyarakat secara benar(Heri Jauhari Muchtar,2008:17-18).

g). Pendidikan Seksual

Pendidikan seksual berbeda dengan yang dimaksudkan padan orang-orang sekuler. Tetapi yang dimaksud disini adalah pendidikan Islami yang sesuai dengan perkembangan usia anak serta mental peserta didik.

Seperti contoh pendidikan Islami adalah dengan cara memisahkan tempat tidur anak dengan orang tau, memisahkan tempat tidur anak laki dengan anak perempuan, menjelaskan perbedaan jenis kelamin anak, kewajiban menutup aurat bagi laki maupun perempuan, menjelaskan batas-batas pergaulan antara lelaki dan perempuan menurut pandangan Islam dan masih banyak lainnya (Heri Jauhari Muchtar,2008:18). Dalam pendidikan seks anak diberi pengertian dan diajarkan tentang urusan kehidupan yang dihalalkan dan diharamkan. Dengan menerapkan akhlak tentang kebiasaan agar tidak mengikuti dorongan syahwat dan cara-cara binatang.

B. Gambaran Umum Cerita

(47)

47 Pengertian cerita adalah karangan yang menggambarkan kejadian berupa menuturkan perbuatan, pangalaman, atau penderitaan orang. karangan tersebut sungguh-sungguh terjadi maupun hanya rekaan belaka (Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital v1.1). Sedangkan dalam kamus istilah sastra, cerita adalah kisahan nyata atau rekaan dalam bentuk prosa atau puisi yang tujuannya menghibur atau memberikan informasi kepada pendengar atau pembacanya (Panuti Sudjiman; Gramedia: Jakarta: 1984). Cerita menggambarkan kisah berbagai keadaan yang mempunyai pesan kepada pembaca maupun pendengarnya. Hakikat Cerita, menurut Horatius adalah dulce et utile yang berarti menyenangkan dan bermanfaat (Mbak ITADZ,2008:31). Cerita memang manyenangkan anak sebagai penikmatnya, karena cerita memberikan bahan lain dari sisi kehidupan manusia, pengalaman hidup manusia. Dan dalam cerita banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang dapat diresapi dan dicerna oleh siapapun, sisi lain cerita dapat menjadi sarana penuntun yang halus dan sarana kritik yang tidak menyakitkan hati (Mbak ITADZ, 2008:32). Dapat kita pahami bahwa cerita yang menggambarkan kisah dan berbagai keadaan, mempunyai bagian dalam mendidik karena banyak sekali nilai kehidupan yang dapat diambil.

2. Unsur-unsur dalam Cerita

Cerita dapat dikategorikan sebagai karya satra. Dan dalam cerita tetap memiliki unsur-unsur utama pembangun fiksi seperti tema dan amanat, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan sarana kebahasaan(Mbak ITADZ,2008:32). Adapun penjabaran unsur dalam cerita sebagai berikut:

1. Tema

(48)

48 Sementara itu, menurut Nurgiantoro (2007 : 74) menjelaskan tema dalam sebuah karya sastra fiksi hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah kemenyeluruhan.

Dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide atau gagasan keseluruhan yang terkandung dalam sebuah cerita.

2. Plot atau Alur

Alur adalah urutan peristiwa yang dihubungkan secara kausal.Peristiwa satu menyebabkan peristiwa yang lain (Stanton dalam Sugihastuti, 2000:46). Sedang menurut Nurgiantoro (2007 : 110) mengungkapkan alur adalah salah satu unsur yang mendukung terbentuknya sebuah cerita.

Sedang struktur atau tahapan alur dijabarkan oleh Sumarjono dan Saini (1986 : 49) yaitu: a) Pengenalan

b) Timbulnya konflik c) Konflik memuncak d) Klimaks

e) Pemecahan masalah

Dapat disimpulkan bahwa alur adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa yang tersusun dalam cerita disebabkan oleh konflik atau permasalahan dan diakhiri dengan pemecahan masalah 3. Perwatakan atau Penokohan

Dalam cerita pasti meiliki tokoh, walaupun tokoh tersebut nyata maupun tidak nyata dalam cerita.Tokoh cerita dapat didefinisikan sebagai subjek sekaligus objek peristiwa dan pemeran pelaku dalam cerita.

(49)

49 suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2007 : 165) berpendapat bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dapat disimpilkan bahwa penokohan adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh dalam suatu cerita. Ada tiga cara untuk melukiskan watak tokoh: 1) Analitik

adalah pengarang langsung menceritakan watak tokoh.

Contoh :

Siapa yang tidak kenal Pak Hoja yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan muridnya. Lucu dan penyanyang.

2) Dramatik

adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung.

Bisa melalui tempat tinggal,lingkungan,percakapan/dialog antartokoh, perbuatan, fisik dan tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu, jalan pikiran tokoh.

Contoh :

Begitu memasuki kamarnya Rahmah, mahasiswi semester awal itu langsung melempar tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu terlebih dahulu (tingkah laku tokoh).

3) Campuran

adalah gabungan analitik dan dramatik. 4. Latar atau Setting

(50)

50 didefinisikan sebagai alam sekitar atau lingkungan, terutama lingkungan dalamnya dapat dipandang sebagai pengekspresian watak secara metomimik dan metaforik.

Nurgyiantoro (2007: 227) mengklasifikasikan unsur latar kedalam tiga unsur pokok, diantaranya:

a) Latar tempat, yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. b) Latar waktu, yaitu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa

yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

c) Latar sosial, mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Sedangakan Hudgon (dalam Sugiahastuti, 2002:54) membedakan latar menjadi dua, yaitu: a) Latar fisik atau material, yaitu latar yang meliputi tempat, waktu, dan alam fisik di sekitar tokoh cerita.

b) Latar sosial, merupakan penggambaran keadaan masyarakat atau kelompok sosial tertentu, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada suatu tempat atau waktu tertentu, pandangan hidup dan adat istiadat yang melatari suatu peristiwa.

Jadi dari keterangan diatas latar atau setting dapat didefinisikan bahwa sesuatu atau keadaan(waktu, tempat, dan suasana) yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita.

5. Sudut Pandang Pengarang

Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.

Sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu:

(51)

51 b) Sudut pandang orang ketiga “Dia”, penggarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlibat di dalam cerita, penggarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.

c) Sudut pandang campuran, penggarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, Ia serba melihat, serba mendengar dan serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.

Dari pengertian diatas sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.

6. Amanat

Menurut Kosasih (2012:70) amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karya tersebut. Sedang menurut pendapat lain amanat adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup (www.jelajahduniabahasa.com). Jadi dapat disimpulkan bahwa amanat yaitu pesan-pesan yang terdapat dalam cerita.

3. Unsur luar cerita (ekstrinsik)

Unsur ekstrinsik adalah unsur pembentuk cerita yang berasal dari luar karya sastra, seperti tentang hubungan karya sastra dengan lingkungan, pengarang, pembaca, dan penerbitnya.Selain itu unsur ekstrinsik lebih dominan berkonsentrasi dengan peristiwa dan sudut pandan penceritaan.

(52)

52 cerita yang dihasilkan karena melibatkan sudut pandang pengarang yang memiliki perbedaan lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.

Jadi unsur ekstrinsik dapat dibagi menjadi tiga hal antara lain:

1. Latar Belakang Penciptaan, yang mana berisi kapan karya sastra tersebut diciptakan. 2. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan, yaitu penggambaran keadaan

masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat karya sastra diciptakan. 3. Pandangan hidup pengarang/Latar belakang pengarang.

C . Manfaat cerita dalam pendidikan

Cerita sekarang bukanlah sesuatu yang rendah dan murahan. cerita dizaman sekarang banyak sekali digunakan dalam pendidikan, walaupun cerita menekankan pada pendidikan yang terpusat pada guru. Namun dengan cerita efektif untuk mendidik anak. Adapun manfaat cerita dalam pendidikan sebagai berikut:

1. Cerita sebagai Alat Pendidikan Budi Pekerti

Cerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak yangmana anak memerlukan suatu gambaran atau deskripsi tentang sikap dan tingkah laku seorang tokoh/figur sebagai panutan agar dapat ditiru dan dicontoh anak (MBAK ITADZ;20:2008). Dengan cara bercerita nilai-nilai budi pekerti tersampaikan dengan mudah.

Sebagai contoh kita menceritakan kepada anak tentang kisah nabi Muhammad SAW yang begitu sabar saat menghadapi kaum kafir Quraisy walaupun dilempari kotoran, dituduh gila, dan dicemooh. Dan dengan cerita tersebut kita dapat menyampaikan tentang nilai kesabaran yang lebih bermakna daripada kita hanya menyuruh untuk bersabar.

2. Cerita menumbuhkan kecerdasan emosiaonal

(53)

53 bercerita kepada anak, maka kita mengarungi berbagai perasaan manusia yang dapat berupa perasaan kegembiraan, kabahagiaan, kemalangan, derita dan nestapa.

Emosi anak dapat dilatih untuk merasakan dan menghayati berbagai jalan kehidupan manusia yang dapat disebut juga sebagai pendidikan emosi (tim pendongeng SPA yogyakarta;7:2010) maka emosi peserta didik dapat diarahkan kepada hal yang positif. 3. Cerita sebagai pelajaran budaya dan budi pekerti

Cerita memberikan retensi lebih kuat tentang pelajaran budaya dan budi pekerti daripada diberikan melalui penuturan dan perintah langsung (mbak ITADZ;20:2008) seperti apabila kita menyuruh agar patuh kepada orang tua dengan menceritakan kisah maling kundang akan terasa lebih mengena daripada kita menyuruh mereka agar patuh kepada orang tua secara langsung.

Dan hal ini sudah terjadi dinegara Nepal(www.anneahira.com), yang para orang tuanya tidak suka menghukum anak-anaknya dengan cara fisik karena tidak senang anaknya menjadi murung dan menangis. Para orang tua mengontrol perilaku anak dengan menggunakan cerita, dan cara ini cukup berhasil.

4. Cerita menjadikan anak lebih bijaksana

Cerita dapat memperkaya pengalaman batin dengan menyajikan kejadian kehidupan manusia dan pengalaman atau sejarah kehidupan yang riil, maka anak akan terlatih memahami makna kehidupan (tim pendongeng SPA yogyakarta;8:2010) anak akan kaya pengalaman batinnya yang akan mematangkan jiwanya. Jiwa yang matang dan kokoh tidak akan mudah terombang-ambing dengan rayuan dan godaan.

5. Cerita mempererat hubungan anak dan orangtua

(54)

54 menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern.Hal itu dipentingkan mengingat interaksi langsung antara anak balita dengan orangtuanya dengan bercerita sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.

6. Cerita sebagai pencuri perhatian

Bercerita dapat sebagai hiburan dan menarik perhatian. Selain sebagai pengganti hiburan televisi yang terkadang memberi pengaruh negatif pada anak. Bercerita adalah sarana hiburan yang murah tanpa memerlukan biaya. Dan sebagai hiburan bagi anak yang penat, lelah dan tak berkonsentrasi lagi dalam mengikuti pelajaran, maka anak dapat sejenak istirahat mendengarkan cerita guru sebagai hiburan dan secara tak langsung anak-anak mendengarkan dan terpusat kembali konsentrasinya.

7. Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca, menulis dan menyimak

pada peserta didik

Cerita merupakan metode dan materi yang dapat diintregasikan dengan dasar ketrampilan lain, yakni berbicara, membaca, menulis dan menyimak (Mbak ITADZ,2008:20). Setelah tertarik pada berbagai cerita, mereka diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku cerita yang didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya (www.aneahira.com).

Referensi

Dokumen terkait

Inti dari masalah ekonomi yang kita pahami selama ini adalah kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan terbatas. Para ahli ekonomi

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Dalam hal anggota PPPSRS telah diundang secara sah dan patut tetap tidak hadir sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, pengambilan keputusan penggantian atau

Gambar 5-2 Tampilan Pengujian Kontrol Kamera dan Kursor Sesudah Klik Objek pada Perangkat Desktop ...43 Gambar 5-3 Tampilan Pengujian Kontrol Kamera dan Kursor

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui karakteristik pasien rumah sakit PKU Muhammadiyah Gombong, 2) Untuk mengetahui apakah pasien puas terhadap kualitas

Apa yang bisa disimpulkan dari hasil pada bagian ini adalah meskipun para pelajar menyukai semua cara pembelajaran yang telah ditentukan dalam kajian ini, mereka secara rangking

Variasi yeast yang digunakan pada penelitian ini adalah 7,2%, 7,6%, 8,0%, 8,4%, 8,8% dan 9,2% w/w dari 100 gram ubi jalar putih.Dari penelitian Nur Rohmadi pada

[r]