• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Pendidikan Syari’ah atau Ibadah

HASIL PENELITIAN DAN ANALILIS DATA A. NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA

2. Nilai Pendidikan Syari’ah atau Ibadah

80 a. Shalat

Asal makna Shalat menurut bahasa arab ialah “doa”, sedang secara etimologis sholat ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai takbir dan diakhiri salam dan dengan beberapa syarat yang ditentukan (Rasyid,2009:53). Shalat adalah perkara yang diibaratkan sebagai tiang agama. Dan amalan shalat adalah ibadah yang pertama kali di tanyakan di akhirat. Figur seorang islam menunjukkan dengan melaksananakn shalat. Dijelaskan dalam al-Qu’an perintah melaksanankan shalat sebagai berikut:

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'(Q.S al-Baqarah:43).

Adapun cerita Nasruddin yang menunjukkan ibadah shalat adalah:

Sedang udara tenang dalam senjakala itu terdengarlah dari menara-menara di dalam kota itu suara orang azan dengan nyaringnya. Di sana keras, lantang, disitu lebih keras dan beralun-alun menyeru sekalian orang yang beriman untuk melakukan wajib sembah yang maghrib(Iskandar,1995:17).

Adapun kata yang menunjukkan ibadah shalat dalam cerita diatas adalah orang beriman melaksanakan wajib melaksanakan shalat lima waktu.

b. Berdoa

Manusia hidup atas kehendak Allah Swt, dan hanya kepada Allah kita memohon. Dalam setiap doa yang panjatkan tidak hanya berisikan permintaan dan permohonan namun juga berisi puji-pujian, meminta ampunan dan rasa syukur kita kepada Allah. Dalam Alqur’an surat an-Naml ayat 59:

Artinya : Katakanlah, “Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas

81 Adapun cerita Nasruddin menunjukkan doa sebagai berikut:

Kemudian dengan memuji Allah, keduanya mulai bekerja seperti biasa sehari-hari(Iskandar, 1995:113).

Dari gambaran diatas sebelum kita melakukan sesuatu perlulah kiranya berdoa dengan memuji Allah Swt. Agar Amalan kita dapat bernilai ibadah.

c. Seruan Ibadah

Dalam islam kita disuruh untuk saling menasehati, dan menyampaikan pesan seperti sabda Nabi “Sebaiknya orang yang hadir di sini menyampaikan kepada yang tidak hadir di sini menyampaikan kepada yang tidak hadir. Maksudnya, wajib orang yang mendengarkan ucapanku untuk menyampaikan kepada orang yang tidak mendengarkannya.”(M Nawawi,1996:20).

Adapun teks anekdot yang mengandung seruan ibadah adalah:

Hari Jum`at itu, Nasrudin menjadi imam Shalat Jum`at. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Sang Mullah,

“Api ! Api ! Api !”

Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya,

“Dimana apinya, Mullah ?”

Nasrudin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya, “Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah.”

Dari kutipan diatas menunjukkan seruan ibadah adalah “Api dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai ibadah”. Irwan Winardi,2012:251-252).

d. Shodaqoh

Secara etimologi, kata shodaqoh berasal dari bahasa Arab ash- shadaqah. Pada awal pertumbuhan islam, shodaqoh diartikan dengan pemberian yang disunahkan (sedekah sunah). Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala dari Allah Swt (Harun Nasrun,2000:88-89). Shodaqoh lebih utama apabila diberikan pada

hari-82 hari mulia, seperti pada hari raya idul adha atau idul fitri. Juga yang paling utama apabila diberikan pada tempat-tempat yang mulia, seperti di Mekkah dan Madinah (Syafei Rachmat,2001:125). Adapun teks yang menunjukkan sodaqoh adalah : Adapun teks yang menunjukkan nilai kedermawanan adalah:

Nasruddin meminjam periuk kepada tetangganya. Seminggu kemudian, dia mengembalikan dengan menyertakan juga periuk kecil disampingnya. Tetangganya heran dan bertanya mengenai periuk kecil itu.

“Periukmu sedang hamil waktu kupinjam. Dua hari kemudian dia melahirkan bayinya dengan selamat.

Tetangganya menerimanya dengan senang. Nasrudinpun pulang (Winardi,2012:32).

Dalam cerita lain, Nasruddin menyuruh jafar si pemakan riba untuk memberikan uang kepada setiap orang yang lewat adapun sebagai berikut:

“Ya, binasa aku ini! Seru pemakan riba. “Tukang air yang tamak ini mesti jugakah kuberi sedekah?” Dibukakanya pundi-pundinya yang dilemparkannya sebuah uang emas ke kakinya(Iskandar,1995:196).

Adapun menunjukkan shodaqoh adalah periuknya hamil dan melahirkan lalu diberikan kepada tetangganya dan jafar meberikan uang emas.

e. Mengikuti sunah rasul

Kita dianjurkan untuk mengikuti apa-apa yang diajarkan Nabi Muhammad seperti diterangkan dalam hadist berikut:

ِف ُتْكَرَت : ملسو هيلع الله ىلص الله لسر لاق :لاق هنع الله يضر ةريرره ىبا نع

ْمُكْي

يتنُس و الله َباَتِك اَمُهَدْعَب اْوُلِضَت ْنَل ِنْيَئْيش

Artinya: Dari Abi Hurairah semoga Allah meredhainya, Ia berkata: Telah

bersabda Rasulullah Saw: “Aku tinggalkan dua perkara yang apabila kalian

berpegang teguh pada keduanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya,

yaitu al-Quran dan Sunnahku.”

Jelas bahwa hadits diatas menerangkan kepada kita semua betapa pentingnya sunnah dalam kehidupan kita sehari. Dan barang siapa yang mengerjakan sunnah rasul ia termasuk kepada golongan rasul.

83 Adapun anekdot yang mengandung nilai sunah rasul adalah

Nasruddin ingin mengikuti Sunnah Nabi yang ketika muda menjadi pedagang. Pada suatu hari Nasruddin membeli telur. Setiap sembilan telur seharga satu dirham, lalu menjual telur itu dengan harga yang lebih murah: setiap sepuluh telur seharga satu dirham.

Seseorang bertanya padanya,” Nasruddin! Kenapa kau jual telur-telur ini dengan harga murah. Apa kau tidak takut rugi?” Dengan tenang Nasruddin menjawab,” Yang penting bagiku bukan untung atau rugi. Tetapi agar orang melihatku melakukan jual beli sehingga orang-orang memandangku sebagai seorang pedagang!”(Winardi,2012:141).

Dari teks diatas menunjukkan akan mengikuti sunah rasul adalah “Yang penting bagiku bukan untung atau rugi. Tetapi agar orang melihatku melakukan jual beli sehingga orang-orang memandangku sebagai seorang pedagang!”.

f. Pernikahan

Nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Pernikahan ialah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong antara laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram (Rasyid,2009:374). Allah menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina. Dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut:

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah”(QS. Adzdzariyat ayat 49).

Adapun cerita Nasruddin yang mengarah ke pernikahan adalah:

Sampai pintu gerbang terbuka, Hoja Nasruddin tinggal dirumah mertuanya...Benar, di situ berupa pada malam itu perkawinan Guljan dengan Hoja Nasruddin diresmikan, sesudah dikunci ijab nikah oleh ayahnya dan disaksikan oleh Ali dan Yusuf. Doa selamat diucapkan dan kata-kata perpisahan pun mengalir dari mulut masing-masing dengan sedih rawan(Iskandar,1995:248).

Adapun cerita diatas menggambarkan bahwa Nasruddin dan Guljan melaksanakan pernikahan.

84 g. Dzikir

Dzikir berasal dari bahasa Arab, adz-dzikr yang berarti mengingat, mengucap atau menyebut, dan berbuat baik.Namun pengertian sacara istilah Dzikir berarti mengingat dan menyebut asma Allah SWT. Misalnya dengan membaca: tahlil/tauhid, tasbih, istighfar, atau sholawat, dan juga berdoa kepada Allah SWT. Sebab dengan berdoa manusia menyadari bahwa alam semesta dan seluruh isinya ini milik Allah SWT.Karena itu untuk mewujudkan segala keinginan, dan cita-citanya, manusia butuh pertolongan-Nya. Seperti dalam al-Qur’an sebagai berikut:

“Hai

orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang”(al-Ahzab 41-42).

Adapun cerita Nasruddin menunjukkan Dzikir adalah:

Ia pergi ke pasar, lalu dicarinyatempat disimpang baris kedai-kedai jauhari dengan kadai-kedai orang berjual minyak kasturi. Di situ dibentangkannya sehelai tikar sembahyang, dipegangnya seuntai tasbih. Ia duduk dan berzikir(Iskandar,1995:130).