• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.2 Visi dan Misi Metro TV

Untuk menjadi stasiun televisi Indonesia yang berbeda dan menjadi nomor satu dalam program beritanya, menyajikan program hiburan dan gaya hidup yang berkualitas. Memberikan konsep unik dalam beriklan untuk mencapai loyalitas dari pemirsa maupun pemasang iklan.

2. Misi :

1) Untuk membangkitkan dan mempromosikan kemajuan Bangsa dan negara melalui suasana yang demokratis, agar unggul dalam kompetisi global, dengan menjunjung tinggi moral dan etika

2) Untuk memberikan nilai tambah di industri pertelevisian denga memberikan pandangan baru, mengembangkan penyajian informasi yang berbeda dan memberikan hiburan yang berkualitas

3) Dapat mencapai kemajuan yang signifikan dengan membangun dan menambah asset perusahaan, untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan para karyawannya dan menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi pemegang saham

4.1.3 Logo & Arti Metro TV

Logo Metro TV dirancang tampil dalam citraan tipografis sekaligus citraan gambar. Oleh karena itu, komposisi visualnya merupakan gabungan antara tekstual (diwakili huruf-huruf : M-E-T-R-T-V) dengan visual (diwakilisimbol bidang elips emas kepala burung elang). Elips emas dengan kepala burung elang pada tempat diposisi huru “O”, dengan pertimbangan kesamaan struktur huruf “O” dengan elips emas, dan menjadi pemisah bentuk – bentuk teks M-E-T-R dengan T-V. Hal itu mengingat, dirancang agar khalayak akan menangkap dan membaca sekaligus melafalkan METR – TV sebagai METROTV.

Logo Metro TV dalam kehadirannya secara visual tidak saja dimaksudkan sebagai simbol informasi atau komunikasi Metro TV secara institusi, tetapi berfungsi sebagai sarana pembangunan image yang cepat dan tepat dari masyarakat terhadap institusi Metro TV.

Melalui tampilan logo, masyarakat luas mendapatkan gerbang masuk, mengenal, memahami serta meyakini visi, misi, serta karakter Metro TV sebagai institusi. Logo Metro TV dalam rancang rupa bentuknya berlandaskan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Simpel, tidak rumit 2. Memberi kesan global

3. Menarik dilihar dan mudah diingat 4. Dinamis dan lugas

5. Berwibawa namun familiar

6. Memenuhi syarat – syarat teknis dan estetis untuk aplikasi print, elektronik dan filmis

7. Memenuhi syarat teknis dan estetis untuk metamorfosis dan animatif

Selain menampilkan unsur simbol teks/huruf, Metro TV menampilkan juga simbol gambar, yaitu :

1) Bidang Elips Emas

Sebagai latar dasar teraan kepala burung elang, merupakan proses metamorfosis atas beberapa bentuk, yaitu :

a. Bola dunia

Sebagai simbol cakupan yang global dari sifat informasi, komunikasi dan seluruh kiprah operasional institusi Metro TV.

b. Telur emas

Sebagai simbol bold yang tampil penuh kewajaran. Telur jugamerupakan simbol kesempurnaan dan merupakan image suatu bentuk (institusi) yang secara struktur kokoh, akurat dan artistik, sedangkan tampilan emas adalah sebagai simbol puncak prestasi dan puncak kualitas.

c. Elips

Sebagai simbol citraan lingkar (ring) benda planet, tampil miri ke kanan sebagai kesan bergerak, dinamis. Lingkar (ring) planet sendiri sebagai simbol dunia cakrawala angkasa, satelit sesuatu yang erat berkait dengan citraan dunia elektronik dan penyiaran.

2) Elang

Simbol kewibawaan, kemandirian, keluasan penjelajahan dan wawasan. Simbol kejelian, awas, tajam, tangkas, namun penuh keanggunan, gerak hidupnya anggun.

4.1.4 Target Audience

Target audience Metro TV adalah :

Stasiun TV Lain Metro TV

Me-too product : 90% entertainment 10 News

Sign on – sign off

15% - 25% in-house production Target audience : All segment

Berita / informasi : 70% news 30% non-news 24 hours

Majority in-house production Target audience : segmented M/F, Uppper I & II, 20+

Expenditure terbagi dalam kelas-kelas :

SES Score 2016 TV

Population 5+ Percentage

Upper I ≥20 6,401,000 12%

Upper II 17-19 10,607,000 20%

Middle I 14-16 20,020,000 38%

Middle II 11-13 11,251,000 21%

Lower ≤10 5,058,000 9%

4.1.5 Biro-Biro Metro TV

Untuk mempermudah koordinasi berbagai informasi antara kantor pusat dengan daerah, saat ini Metro TV ada 7 kantor cabang biro yang terletak di kota-kota besar, antara lain di daerah :

1. Biro Yogyakarta 2. Biro Medan 3. Biro Makassar 4. Biro Surabaya 5. Biro Bandung 6. Biro Palembang 7. Sub Biro Aceh

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian

Di dalam penelitian ini, terdapat tiga subyek yang diwawancarai sebagai informan yang telah ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Penelitian ini dimulai dengan mewawancarai Kabul Indrawan pada tanggal 10 Januari 2019 yang berlokasi di Metro TV. Kabul Indrawan merupakan lulusan IPB jurusan Mekanisasi Pertanian angkatan 94, yang kemudian melanjutkan kuliah pascasarjana di Universitas Indonesia dengan jurusan Ilmu Ekonomi. Sebelumnya, Kabul bekerja di bioteknologi selama 2 tahun, hingga akhirnya bergabung ke Metro TV pada tahun

2002 sebagai wartawan, karena kesukaannya pada dunia pemberitaan. Setelah 17 tahun bersama Metro TV, kini Kabul Indrawan menjabat sebagai kepala departemen untuk pemberitaan. Ia kini bertanggungjawab untuk mendesain isu yang akan ditayangkan dalam proses pemberitaan Metro TV setiap harinya bersama tim, serta melakukan proses mulai dari planning, controlling, coordinating, hingga evaluating.

Kegiatan wawancara kedua, terjadi pada tanggal 14 Januari 2019 bersama dengan Iswahyudi Rachmanto sebagai eksekutif produser yang berlokasi di Metro TV. Iswahyudi merupakan lulusan S1 jurusan broadcast dari Universitas Mercu Buana. Ia bergabung bersama Metro TV pada tahun 2002, setelah sebelumnya, ia mengawali karirnya di radio Gaya FM Bekasi (1997-2000), kemudian ditahun yang sama ia pindah ke TV Parlemen, Suara TV dan B Channel (kini menjadi RTV), hingga akhirnya menjadi bagian dari Metro TV. Berbeda dengan Kabul yang tertarik menjadi jurnalis, karena menyukai dunia pemberitaan. Iswahyudi justru lebih tertarik untuk menjadi seorang camera person, sebelum akhirnya menyukai dunia jurnalistiknya. Iswahyudi yang berperan sebagai eksekutif produser memiliki tanggungjawab untuk mengawasi semua berita di zona pagi sesuai dengan kaidah P3SPS, mengawasi kualitas visual dan editorial policy kantornya.

Wawancara ketiga, dilakukan pada tanggal 1 Februari 2019 yang berlokasi di Metro TV bersama dengan Yunanto Hardiandja. Ia merupakan lulusan dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) dengan jurusan Jurnalistik, dan melanjutkan jenjang S2-nya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan jurusan Komunikasi Pembangunan. Yunanto mengawali karirnya di TPI (1992 - 2000) sebagai reporter hingga menjadi redaktur pelaksana pemberitaan, kemudian pada tahun 2001, ia

bergabung bersama Metro TV dan menjadi seorang produser. Hingga akhirnya, dirinya kini menjabat sebagai seorang manager newsroom, yang bertanggungjawab dalam pemilihan isu-isu yang akan ditayangkan oleh Metro TV.

Terakhir, peneliti melakukan wawancara bersama tenaga ahli Dewan Pers, Herutjahjo Soewardojo sebagai sumber ahli melalui email pada tanggal 28 Februari 2019. Wawancara bersama Herutjahjo dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam mengenai permasalahan pers yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1 Ekonomi Politik Metro TV

A. Struktur Ekonomi dan Pendapatan Metro TV

Pada tahun 2017, Nielsen Indonesia mencatat bahwa pada tahun 2017, terjadi peningkatan belanja iklan sebesar 8 persen dengan jumlah mencapai Rp 145 Triliun, dan didominasi oleh media televisi sebesar 80 persen dari total belanja iklan.

Kemudian, Nielsen kembali merilis hasil temuannya sepanjang bulan Januari hingga September 2018 yang menghasilkan data bahwa total belanja iklan pada kuartal ketiga mencapai Rp 114,4 Triliun. Angka tersebut menunjukkan tren positif diangka 5 persen. Total belanja iklan tahun 2018 tersebut masih didominasi oleh media televisi yang berhasil menyentuh angka sebesar 93,8 Triliun.

Dikutip dalam website Indotelko, layanan sistem monitoring iklan televisi (TVC) Adstensity mencatat sepanjang tahun 2018, total belanja

iklan di TV sebesar Rp 110,46 Triliun. Jika dibandingkan dengan dana belanja iklan sepanjang tahun 2017 yang tercatat Rp 97,45 Triliun, dapat dilihat bahwa dana belanja iklan mengalami pertumbuhan, yaitu sebesar 13,35%.27

Adstensity juga memberikan hasil pemantauannya mengenai pendapatan yang diterima oleh 13 stasiun televisi nasional di Indonesia sepanjang tahun 2018, yang dikuasai oleh ANTV yang memperoleh pendapatan iklan mencapai Rp 15,66 Triliun atau sebesar 14,18% dari total belanja iklan di televisi. Global TV menempati posisi kedua dengan perolehan mencapai Rp 13,78 Triliun atau sebesar 12,47% dari total belanja iklan di televisi. Posisi ketiga, terdapat Indosiar dengan perolehan pendapatan sebesar Rp 12,9 Triliun (11,68%). Kemudian, posisi keempat dan kelima secara berturut-turut ditempati oleh Kompas TV dan Metro TV dengan perolehan pendapatan masing-masing sebesar Rp 12,78 Triliun (11,57%), dan Rp 12,3 Triliun (11,13%)

Jika melihat pada artikel yang dikeluarkan Kompas pada tahun 2015, mengenai penelitian yang dilakukan oleh Adstensity yang menghasilkan temuan, jika pada tahun tersebut RCTI mampu meraup pendapatan iklan sebesar Rp 9,9 Triliun. Posisi kedua, dimiliki oleh SCTV dengan total Rp 8,8 Triliun, dan posisi ketiga dengan MNC TV yang mampu mencapai angka sebesar Rp 7,9 Triliun. Selanjutnya secara berturut-turut, Indosiar (Rp 7 Triliun), ANTV (Rp 6,6 Triliun), Global TV

27 “Belanja Iklan TV Tembus Rp 110,46 Triliun di 2018” dalam

https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=belanja-iklan-tv-2018 dikutip pada 3 Februari 2019 pukul 23:02 WIB

(Rp 5, 4 Triliun), Trans 7 (Rp 5,1 Triliun), Trans TV (4,525 Triliun), TV One (4,522 Triliun), Metro TV (Rp 2,9 Triliun), Kompas TV (Rp 1,3 Triliun), Net TV (Rp 1 Triliun), dan terakhir adalah TVRI (44,4 Miliar).

Berdasarkan data-data tersebut, dapat dikatakan bahwa industri media televisi mengalami peningkatan pendapatan setiap tahunnya melalui belanja iklan. Dan secara khusus, Adstensity menjabarkan pendapatan yang didapatkan oleh Metro TV sepanjang tahun 2018 sebesar Rp 12,78 Triliun. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 silam, Metro TV hanya mencapai angka sebesar Rp 2,9 Triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan sekitar 3,4 persen dalam kurun waktu 3 tahun lamanya.

Di sisi lain, Metro TV merupakan bagian dari Media Group yang tidak hanya menaungi siaran televisi, tapi juga merambah dalam dunia digital melalui metrotvnews.com dan Lampungpost. Sebelum itu, Media Group telah terjun lebih dulu dalam industri media cetak melalui surat kabar Media Indonesia yang hingga kini masih bertahan ditengah pusaran media baru, bahkan Media Indonesia masuk ke dalam 10 besar media terpopuler oleh 4 International Media & Newspaper pada tahun 2016 lalu.

Berdasarkan penelitian Nielsen pada tahun 2018 tersebut, media cetak menjadi penyumbang terbesar kedua setelah media televisi.

Penilaian tersebut berdasarkan merek-merek yang beriklan melalui media cetak, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memberikan

kontribusi terbesar hingga mencapai Rp 517,3 Miliar dan itu tumbuh berkali-kali lipat dibanding kuartal pada tiga tahun terakhir, sehubungan dengan dilaksanakannya pemilihan anggota DPRD.

Sehingga, peneliti menyimpulkan bahwa spasialisasi yang dilakukan oleh Media Group memberikan keuntungan yang cukup besar, meskipun media-media yang berada dibawah naungan Media Group, khususnya Metro TV, masih berada dibawah grup-grup media yang cenderung menyajikan program hiburan, begitupun dengan Kompas TV yang berada di jalur persaingan yang sama kini mampu menyaingi Metro TV sebagai televisi berita pertama.

B. Struktur Gaji Pekerja Media

Berdasarkan press-release yang dikeluarkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) pada tanggal 3 Februari 2019, menghasilkan temuan, bahwa upah kerja yang rendah, gaji telat dibayarkan dan kekerasan fisik menjadi tiga ancaman terbesar bagi para jurnalis di Indonesia. Hasil survei yang dilakukan oleh Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Jakarta menemukan bahwa terdapat 10 media yang menggaji jurnalis muda (masa kerja dibawah 5 tahun) dibawah upah minimum provinsi Jakarta selama periode November hingga Desember 2018. Saat ini, upah minimum provinsi Jakarta ialah 3,94 juta.

Sedangkan Aliansi Independen Indonesia (AJI) sendiri telah merumuskan upah layak bagi jurnalis muda untuk tahun 2019 sebesar Rp

8,420 juta. Angka tesebut telah melalui pertimbangan terhadap kategori makanan, tempat tinggal, sandang, kebutuhan penunjang, dan kebutuhan lain seperti paket data internet, transportasi dan komunikasi bagi seorang jurnalis. Selain itu, ada kebutuhan untuk memperluas wawasan jurnalis seperti, bahan bacaan, langgaran koran atau majalah. Dikutip dalam laman Gatra,com, hanya harian Kompas yang menggaji wartawannya diatas standar upah layak. Temuan lainnya, bahwa jurnalis pemula di BBC Indonesia dan Reuters masing-masing menerima upah sebesar Rp 15 juta dan Rp 12 juta rupiah setiap bulan. Sedangkan untuk upah media nasional bagi jurnalis muda rata-rata berkisar dari Rp 3,1 – 6,4 juta.

Namun kebanyakan media nasional mengupah jurnalisnya sekitar Rp 4 juta.28 Berikut ini adalah daftar lengkap dari upah jurnalis pemula di Jakarta pada tahun 2017 oleh Aliansi Jurnalis Independen yang dirilis dalam bentuk laporan tahunan 2018.

Tabel 4.1

Upah Jurnalis Pemula oleh AJI Jakarta

NO MEDIA 2017 2016

1 Harian Kompas 8.700.000 NA

2 The Jakarta Post 6.400.000 5.800.000 3 Bisnis Indonesia 6.263.940 5.600.000

4 Tirto.id 5.800.000 NA

5 Harian Jawa Pos 5.600.000 NA

6 LKBN Antara 5.000.000 4.200.000

7 Kumparan.com 5.000.000 NA

8 Tribunnews.com 4.915.000 4.700.000

9 Gatra 4.812.000 4.700.000

28 “AJI Jakarta Menyoroti Upah Jurnalis Pemula di Jakarta 2018” dalam

https://www.gatra.com/rubrik/nasional/pemerintahan-pusat/303414-aji-jakarta-menyoroti-upah-jurnalis-pemula-di-jakarta-2018 dikutip pada 5 Februari 2019 pukul 13:51 WIB

10 Tempo 4.800.000 4.200.000

11 Suara.com 4.800.000 3.400.000

12 Kompas TV 4.800.000 3.700.000

13 Republika 4.700.000 3.700.000

14 DAAI TV 4.700.000 NA

15 TV One 4.500.000 3.500.000

16 KBR 4.500.000 4.400.000

17 Kontan 4.424.000 4.700.000

18 Metro TV 4.316.000 5.000.000

19 Kompas.com 4.300.000 4.500.000

20 CNN Indonesia TV 4.300.000 NA

21 NET TV 4.200.000 NA

22 Liputan 6 3.995.070 4.200.000

23 Viva.co.id 3.990.000 4.000.000

24 Detik.com 3.680.000 3.800.000

25 Merdeka.com 3.600.000 3.200.000

26 MNC TV 3.450.000 3.300.000

27 Jawapos.com 3.200.000 NA

28 RRI 3.200.000 2.730.000

29 Inilah.com 3.100.000 3.200.000

30 BBC Indonesia 15.000.000

31 Reuters 12.000.000

Sebelumnya, sekitar tahun 2016, website komunitas terbesar di Indonesia untuk berbagi tempat kerja dan gaji, khususnya perusahaan yang berada di Indonesia, Qerja.com, telah merilis infografik mengenai gaji wartawan di delapan media televisi di Indonesia secara lebih spesifik, sebagai berikut :

Gambar 4.1

Infografik Gaji di Stasiun Televisi Nasional

Berdasarkan infografik diatas, dapat terlihat bahwa, dalam kategori reporter, stasiun televisi ANTV menjadi televisi dengan upah reporter tertinggi dari 7 stasiun tv lainnya, yakni sebesar Rp 6 juta. Dan NET TV menjadi stasiun televisi dengan upah terendah dalam kategori tersebut, yakni Rp 3,5 juta. Sedangkan untuk Metro TV sendiri, berada diposisi ketiga terbesar dengan nilai Rp 4,9 juta. Untuk Editor, Metro TV memberikan upah sebesar Rp 4 juta. Sedangkan untuk Floor Director dan Graphic Designer memiliki upah yang setara, yakni Rp 4 juta, serta untuk Scriptwriter memiliki upah sebesar Rp 4,2 juta.

Melalui wawancara formal dengan wartawan Metro TV, Kabul Indrawan mengatakan bahwa apabila dirinya bekerja lebih dari delapan jam, maka terdapat insentif yang akan ditambahkan pada komponen gaji.

“Sama seperti di tv lain. Paling untuk jam-jam tertentu misalnya, saya lebih dari 8 jam, 9 jam, 10 jam. Kelebihannya itu dibyaar berapa ribu rupiah gitu. Langsung aja misalnya, taruhlah 5 ribu.

Nanti akhir bulan, baru dibayarkan, ditambahkan dengan komponen gaji....”

Berbeda dengan Kabul Indrawan, Iswahyudi Rachmanto, mengatakan bahwa gaji yang diterimanya sebagai seorang Executive Producer tidak terlalu sesuai dengan waktu kerja yang dijalaninya.

“Ya, misalkan saya punya temen di PNS gitu ya. Yang saya dapatkan dengan yang dia dapat, jauh. Lebih mending jadi PNS dibanding pekerja time, dibandingin yang sekarang tetap, sebagai wartawan.”

C. Proses Produksi Berita Metro TV

Berita merupakan produk utama bagi Metro TV yang sudah berdiri sejak tahun 2000. Untuk mempertahankan eksistensinya dalam industri media, maka Metro TV perlu untuk menjaga kualitas pemberitaannya.

Untuk itu, berdasarkan penuturan Kabul Indrawan melalui wawancara dengan peneliti menjelaskan, setiap harinya Metro TV memiliki rapat yang biasa disebut dengan prerundown atau budgeting. Untuk prerundown tersebut biasanya dimulai dari pukul 06.30 WIB untuk berita siang, lalu jam 11.00 WIB untuk berita sore, kemudian jam 16.30 WIB untuk berita malam. Di dalam rapat tersebut akan diputuskan isu apa yang akan diangkat oleh program-program beritanya. Selain itu, terdapat rapat

perencanaan yang biasa dilakukan pada pukul 19.00 atau 20.00 WIB untuk rencana peliputan esok harinya. Pembahasan yang biasa diangkat dalam rapat perencanaan itu terkait dengan berita yang ada di seluruh Indonesia, seperti ekonomi, politik, nasional, dan daerah. Sedangkan, untuk pemberitaan olahraga, Metro TV memiliki bagiannya sendiri yang terpisah.

Untuk pemilihan isu dalam pemberitaan yang akan diangkat oleh Metro TV, terdapat 3 hal yang biasanya dilakukan. Pertama, bottom up, yaitu pemberitaan yang dilihat berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh audiens Metro TV sendiri. Untuk proses bottom up ini, biasanya dilihat melalui media sosial, seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan Google Trends, serta perangkat Newstensity. Perangkat Newstensity merupakan sebuah platform analisis untuk mengukur sentimen media, termasuk media sosial. Selain itu, proses bottom up lainnya, dapat melalui kontributor atau biro daerah yang akan memberikan saran untuk pemberitaan. Kedua, create issue, proses ini mengandalkan insting seorang wartawan dalam melihat suatu peristiwa, apakah peristiwa ini cukup kuat dan dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat.

Create issue biasanya terjadi saat wartawan sulit menemukan isu yang ingin diangkat, hal ini biasa dialami oleh Metro TV setiap hari Senin.

Ketiga, adalah agenda setting yang memiliki makna apa yang dianggap oleh media itu penting, maka hal tersebut juga akan penting bagi

masyarakat. Untuk agenda setting, Metro TV biasa melakukannya selama satu bulan sekali atau bahkan beberapa bulan sekali.

Yunanto Hariandja dalam wawancaranya juga mengatakan,

“Semua orang bicara di dalam rapat itu, soal isu. Apa yang mau dikembangkan, apa yang mau direport...”

Sejalan dengan itu, Iswahyudi menjelaskan lebih jauh mengenai

‘suasana’ dalam rapat redaksi, sebagai berikut :

“Dalam menentukan berita, biasanya kita ada rapat redaksi. Disitu pitching tema, misalkan isu A ini akan masuk ke segmen satu di Metro Pagi. Itu debat tuh. Mungkin ga, ini menarik, ga menarik. Jadi, kolektif, bukan satu orang aja yang menentukan berita ini layak atau tidak layak, tapi itu ada namanya rapat redaksi yang mempengaruhi berita itu naik atau tidak naik. Layak diangkat atau tidak diangkat.”

Iswahyudi juga menganggap bahwa, rapat redaksi dibangun untuk menajamkan, menerima, meyakinkan atau bahkan menolak sebuah tema untuk isu yang akan diangkat ataupun undangan liputan yang datang kepada Metro TV.

Dengan begitu, rapat redaksi merupakan ranah yang dapat digunakan oleh setiap wartawan Metro TV dalam menyampaikan aspirasinya melalui bentuk tema terhadap suatu isu yang nantinya akan melalui proses perdebatan di dalam rapat, sebelum akhinya menjadi sebuah berita.

Sehingga, hal tersebut menuntut wartawan untuk memiliki data yang cukup mengenai isu yang ingin diangkatnya, sebelum memasuki ruang rapat redaksi. Oleh karena itu, hasil rapat redaksi bersifat kolektif dan harus ditaati.

Setelah itu, produser akan memberikan instruksi kepada koordinator liputan (korlip) mengenai isu-isu apa yang akan dijadikan bahan berita, sebelum akhirnya korlip membagikan tugas-tugas tersebut kepada reporter untuk mendapatkan informasi – informasi terkait. (Kabul Indrawan, Wawancara)

D. Kebijakan Redaksional (Editorial Policy)

Berdasarkan, wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersama Yunanto Hariandja, ia menjelaskan bahwa setiap calon wartawan yang baru saja menjadi bagian dari Metro TV dibekali dengan pelatihan dan juga buku pedoman khusus yang terdiri dari dua buah, yaitu Peraturan Perusahaan 2016-2018 untuk tim manajemen, serta Panduan Kebijakan dan Standar Berita untuk tim reporter yang akan selalu diperbaharui setiap beberapa tahun sekali.

“...Buku terakhir yang diterbitkan. Tentang pedoman. Semua ada disini, tentang pedoman editorialnya sampai kepada pedoman penulisannya. Lengkap ini. Jadi, setiap wartawan yang masuk Metro TV itu, yang baru, pasti akan dibekali ini...dua buku ini menjadi panduan, bagaimana dia harus bergerak disini. Soal etika, segala macam.”

Yunanto juga menjelaskan, bahwa tidak ada perbedaan antara pedoman yang dimiliki oleh Metro TV dengan pedoman pada umumnya, karena didasarkan pada aturan KPI, Dewan Pers, PWI dan sebagainya.

“Oh, engga dong. Pasti itu mengacu pada aturan PWI, Dewan Pers, segala macam. Ini semuanya acuannya kesitu. Ini kan peraturan KPI, mengacu pada peraturan nomor 32 tentang penyiaran, peraturan KPI nomor 2 tahun 2009, peraturan KPI nomor 3 tahun 2009 tentang standar penyiaran. Jadi, semua yang dibikin ini, acuannya adalah KPI,

aturan-aturan pemerintah, atura-aturan penyiaran. Ga mungkin kita berbeda. Gitu, cuma disesuaikan dengan budaya kerja di Metro gitu.”

Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, Kabul Indrawan menjelaskan bahwa terdapat nilai-nilai tertentu yang dianut dalam pemilihan isu, yakni dilarangnya gambar-gambar kontroversial muncul dalam pemberitaan terutama yang berkaitan dengan isu SARA, kemudian gambar-gambar yang menyentuh norma-norma kesusilaan. Terakhir adalah kekerasan, berdarah dan penganiayaan.

Di sisi lain, Iswahyudi Rachmanto yang menjelaskan bahwa, dalam pemilihan isu, Metro TV memiliki karakter sendiri, yang tergambarkan melalui visinya, Knowledge to Elevate. Sehingga, Metro TV di dalam setiap pemberitaannya berusaha untuk mampu meningkatkan pengetahuan khalayaknya.

“Kita mencari berita yang memang kita anggap atau saya anggap itu mampu meningkatkan pengetahuan pemirsa terkait banyak hal, ya....politik, isu budaya, isu sosial, segala macam. Tapi kita enggak suka main di...melepas sebuah peristiwa tanpa melihat dari sisi konteksnya ya.”

Iswahyudi juga berpendapat, bahwa selain visi Metro TV tersebut, berita-berita yang memiliki pengaruh yang besar terhadap banyak orang, maupun bangsa ini juga menjadi prioritas sebagai informasi yang akan disampaikan.

Di sisi lain, Kabul Indrawan dan Iswahyudi Rachmanto juga menyinggung adanya aturan lain yang berlaku di dalam perusahaannya, yakni Editorial Policy (Kebijakan Redaksional).

“...Jadi gini, setiap media itu memiliki dewan redaksi. Tim Think-Tank. Kompas punya dewan redaksi, di dalamnya ada pak Jakob Oetama, ada siapa lagi ya, macem-macemlah. Itu pembesar-pembesar itu. Tempo juga punya, seperti Goenawan Mohamad. Mereka itu adalah orang-orang yang mengambil kebijakan strategis tentang policy editorial. Base-nya apa, mereka punya analisis. Setiap media di dunia ini, pasti memiliki dewan redaksi yang akan memikirkan hal itu.

Kenapa kita harus ke A, ke B, ke ini, ke itu. Itu ada

Kenapa kita harus ke A, ke B, ke ini, ke itu. Itu ada