• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI

B. Spasialisasi

3.6 Teknik Keabsahan Data

Validitas dan Reliabilitas dalam penelitian merujuk pada masalah kualitas data dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan proyek penelitian. Kualitas dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian sangat penting khususnya dalam ilmu-ilmu sosial karena pendekatan filosofis dan metodologis yang berbeda terhadap studi aktivitas manusia. (Emzir, 2014:78)

Salah satu teknik untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian kualitatif yang perlu dibahas adalah penggunaan teknik triangulasi. Triangulasi berarti segitiga, tetapi tidak berarti informasi cukup dicari dari tiga sumber saja. Prinsipnya adalah, menurut teknik triangulasi, informasi mestilah dikumpulkan atau dicari dari sumber-sumber yang berbeda agar tidak bias sebuah kelompok. Dalam kaitan ini, triangulasi dapat berarti adanya informan – informan yang berbeda atau adanya sumber data yang berbeda mengenai sesuatu. Triangulasi dilakukan untuk memperkuat data, untuk membuat peneliti yakin terhadap kebenaran dan kelengkapan data. (Afrizal, 2014:168)

Menurut William Wiersma (Sugiyono, 2016:125-126), tringulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dair berbagi sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian, terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya, data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga

teknik pengujian kredibilitas daata tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mugkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang, sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

Dengan demikian, maka dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan ialah triangulasi sumber bertujuan untuk mengungkapkan gambaran yang lebih memadai (beragam perspektif) mengenai gejala yang diteliti. Hal ini berarti peneliti bermaksud menguji data yang diperoleh dari satu sumber (untuk dibandingkan) dengan data dari sumber lain. (Pawito, 2008:99)

Sehingga, peneliti akan melakukan wawancara dengan narasumber dan juga melakukan observasi terhadap tayangan di tiga

program Metro TV, yaitu Metro Pagi Primetime, Metro Siang dan Metro Hari Ini.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi – materi lain yang telah peneliti kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti sendiri mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa yang sudah peneliti temukan kepada orang lain. (Emzir, 2014:85)

Ada dua tahap analisis data dalam penelitian kualitatif yaitu : pertama, pada tahap pengumpulan data dan oleh sebab itu analisis data dilakukan di lapangan; kedua, dilakukan ketika penulisan laporan dilakukan. Jadi, dengan demikian, analisis data dilakukan mulai dari tahap pengumpulan data sampai tahap penulisan laporan. (Afrizal, 2014:19)

Afrizal dalam bukunya “Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu”

(2014:175) memberikan dua kesimpulan mengenai analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu :

1. Analisis data dalam penelitian kualitatif tidak suatu proses kuantifikasi data, melainkan suatu proses pengolahan data mentah berupa penuturan, perbuatan, catatan lapangan dan bahan-bahan tertulis yang lain yang memungkinkan peneliti untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan pokok persoalan yang diteliti.

2. Luaran analisis data bukan angka, bukan signifikansi hubungan yang dinyatakan dengan angka, bukan pula distribusi, melainkan kategori atau klasifikasi atau tipologi. Analisis data dalam

penelitian kualitatif oleh sebab itu adalah kegiatan yang menghasilkan kategori, klasifikasi atau tipologi data.

1. Analisis Data Kualitatif Model Miles dan Huberman

Menurut Miles dan Huberman (Emzir, 2014:129-135), ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu :

a. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah”

yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif. Faktanya, bahkan “sebelum” data secara aktual dikumpulkan, reduksi data antisipasi terjadi sebagaimana diputuskan oleh peneliti (sering tanpa kesadaran penuh) yang mana kerangka konseptual, situs, pertanyaan penelitian, pendekatan pengumpulan data untuk dipilih. Sehingga reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

b. Model Data (Data Display)

Langkah utama kedua dari kegiatan analisis data adalah mode data. Kita mendefinisikan “model” data sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Model (displays) dalam kehidupan sehari-hari berbeda-beda dari pengukur bensin, surat kabar, sampai layar komputer. Melihat sebuah tayangan membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu –analisis lanjutan atau tindakan– didasarkan pada pemahaman tersebut. Bentuk paling sering dari model data kualitatif selama ini adalah teks naratif.

Sebagaimana dengan reduksi data, menciptakan dan menggunakan model bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis, ia merupakan bagian dari analisis. Merancang kolom dan baris dari suatu matrik untuk data kualitatif dan menentukan data yang mana dalam bentuk yang mana, harus dimasukkan ke dalam sel yang mana adalah aktivitas analisis.

c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek 4.1.1 Sejarah Singkat

Metro TV (PT. Media Televisi Indonesia) merupakan salah satu anak perusahaan dari Media Group yang dimiliki oleh Surya Paloh, yang mulai mengudara pada 25 November 2000 sebagai televisi berita 24 jam pertama di Indonesia, setelah mendapatkan izin penyiaran pada 25 Oktober 1999. Pada awalnya, Surya Paloh merintis usahanya di bidang pers sejak mendirikan surat kabar harian Prioritas, yang dibredel oleh pemerintah pada 29 Juni 1987 karena dinilai terlalu berani.

Pada 1989, Surya Paloh mengambil alih Media Indonesia, yang tercatat sebagai surat kabar oplah terbesar setelah Kompas di Indonesia. Oleh karena, kemajuan teknologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun sebuah televisi berita mengikuti perkembangan teknologi dari media cetak ke media elektronik. Metro TV bertujuan untuk menyebarkan berita dan informasi ke seluruh pelosok Indonesia. Selain, bermuatan berita, Metro TV juga menayangkan beragam program informasi mengenai kemajuan teknologi, kesehatan, pengetahuan, seni dan budaya, dan lainnya guna mencerdaskan bangsa. Metro TV terdiri dari 70% berita atau news, yang ditayangkan dalam tiga bahasa, yaitu Indonesia, Inggris dan Mandarin,

ditambah dengan 30% program non berita yang edukatif.75% - 85% program di Metro TV adalah in house production.

Metro TV mulai mengudara pada 25 November 2000 dengan 12 jam tayang sebagai siaran uji coba di 7 kota. Namun, sejak 1 April 2001, Metro TV sudah mulai mengudara 24 jam dengan mengandalkan 280 orang pekerja.

Siaran Metro TV dapat ditangkap secara terestrial di 280 kota yang tersebar di Indonesia, yang dipancarkan dari 52 transmisi.

Selain, dapat ditangkap secara terestrial, siaran Metro TV juga dapat ditangkap melalui televisi kabel di seluruh dunia dengan menggunakan satelit palapa 2 yang menjangkau kawasan ASEAN (Hongkong, China Selatan, India, Taiwan, Macao, Papua New Guinea, dan sebagian Australia dan Jepang).

Dalam perkembangannya, Metro TV yang berawal dikelola sebagai perusahaan keluarga, memiliki konsep dalam news gathering atau sistem pencarian berita. Hal yang dilakukan adalah sama yaitu dengan meriset sebuah ide, dan mengembangkannya menjadi berita. News Gathering dalam praktisnya, setiap media melakukan adu cepat dalam memberitakan suatu informasi. Pusat dalam pemberitaan itu berada di tangan Koordinator Liputan atau Koordinator Lapangan atau Korlip. Korlip bertugas dan bertanggung jawab penuh dalam memposisikan reporter. Hingga pada tahun 2010, Metro TV yang memiliki lebih dari 1500 karyawan diseluruh Indonesia, memiliki sebuah konsep baru dalam mengemas beritanya, yaitu menjadi manage issue.

Metro TV meninggalkan news gathering karena dinilai yang terlalu mengejar pada perlombaan untuk menuju lokasi informasi. Metro TV mengakui, media dalam televisi saat ini juga berlomba dengan media online.

Manage issue dalam praktiknya tidak lagi mengandalkan Korlip, tapi membabakkan menjadi produksi, grafis, korlip dan yang terkait pembabakan suatu berita menjadi lebih baik secara konten dan visual. Kelebihan dari manage issue adalah pengaruh. Hampir semua pemberitaan di Metro TV mengarah dan perhatiannya ditujukan oleh orang-orang yang berpengaruh, baik itu dalam lingkar pemerintahan maupun yang tidak. Hal tersebut terjadi karena issue yang dipilih Metro TV adalah berdasarkan riset dan agenda setting yang mapan. Selain itu, Metro TV didukung oleh perangkat atau engine yang dapat mendukung aktivitas media nasional, media sosial, dan media online yang dinamakan dengan Newstensity.

Engine tersebut bekerja dengan melakukan mapping dan hanya Metro TV yang memiliki. Misalnya hari ini, semua orang Indonesia yang sedang online melihat dan perhatiannya tertuju pada tiga pemberitaan besar, yaitu banjir Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dan kenaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM). Dari ketiga berita tersebut, akan dicirikan oleh engine tersebut, berita mana yang lebih dipilih dan dilihat masyarakat. Berapa persen yang menyukai, yang tidak menyukai, dan yang netral. Dari semua itu, dilihat beberapa orang yang berpengaruh terhadap

issue tersebut. Orang yang berpengaruh tersebut terlihat dalam siapa saja yang memberikan respon. Untuk itu, Metro TV memilih narasumber berdasarkan kerja engine yang dimilikinya. cara tersebut dipilih Metro TVagar tetap menjadi TV pilihan untuk memberikan informasi. Target audience yang tidak harus banyak secara kuantitas, melainkan baik secara kualitas dan memiliki pengaruh terhadap orang banyak.

Metro TV juga menjalin kerjasama baik dalam pertukaran berita, maupun pengembangan tenaga kerja, dan sebagainya. Stasiun-stasiun televisi yang menjalin kerjasama dengan Metro TV ialah CCTV, Channel 7 Australia, dan Voice of America (VOA), serta memiliki kontributor internasional yang tersebar di Jepang, China, Amerika Serikat, dan Inggris. Metro TV juga memiliki 19 mobil satelit untuk dapat menayangkan secara live peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung, yang terdiri dari 12 buah mobil SNG (Satellite News Gathering) dan 7 buah mobil ENG (Electronic News Gathering).

4.1.2 Visi dan Misi 1. Visi :

Untuk menjadi stasiun televisi Indonesia yang berbeda dan menjadi nomor satu dalam program beritanya, menyajikan program hiburan dan gaya hidup yang berkualitas. Memberikan konsep unik dalam beriklan untuk mencapai loyalitas dari pemirsa maupun pemasang iklan.

2. Misi :

1) Untuk membangkitkan dan mempromosikan kemajuan Bangsa dan negara melalui suasana yang demokratis, agar unggul dalam kompetisi global, dengan menjunjung tinggi moral dan etika

2) Untuk memberikan nilai tambah di industri pertelevisian denga memberikan pandangan baru, mengembangkan penyajian informasi yang berbeda dan memberikan hiburan yang berkualitas

3) Dapat mencapai kemajuan yang signifikan dengan membangun dan menambah asset perusahaan, untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan para karyawannya dan menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi pemegang saham

4.1.3 Logo & Arti Metro TV

Logo Metro TV dirancang tampil dalam citraan tipografis sekaligus citraan gambar. Oleh karena itu, komposisi visualnya merupakan gabungan antara tekstual (diwakili huruf-huruf : M-E-T-R-T-V) dengan visual (diwakilisimbol bidang elips emas kepala burung elang). Elips emas dengan kepala burung elang pada tempat diposisi huru “O”, dengan pertimbangan kesamaan struktur huruf “O” dengan elips emas, dan menjadi pemisah bentuk – bentuk teks M-E-T-R dengan T-V. Hal itu mengingat, dirancang agar khalayak akan menangkap dan membaca sekaligus melafalkan METR – TV sebagai METROTV.

Logo Metro TV dalam kehadirannya secara visual tidak saja dimaksudkan sebagai simbol informasi atau komunikasi Metro TV secara institusi, tetapi berfungsi sebagai sarana pembangunan image yang cepat dan tepat dari masyarakat terhadap institusi Metro TV.

Melalui tampilan logo, masyarakat luas mendapatkan gerbang masuk, mengenal, memahami serta meyakini visi, misi, serta karakter Metro TV sebagai institusi. Logo Metro TV dalam rancang rupa bentuknya berlandaskan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Simpel, tidak rumit 2. Memberi kesan global

3. Menarik dilihar dan mudah diingat 4. Dinamis dan lugas

5. Berwibawa namun familiar

6. Memenuhi syarat – syarat teknis dan estetis untuk aplikasi print, elektronik dan filmis

7. Memenuhi syarat teknis dan estetis untuk metamorfosis dan animatif

Selain menampilkan unsur simbol teks/huruf, Metro TV menampilkan juga simbol gambar, yaitu :

1) Bidang Elips Emas

Sebagai latar dasar teraan kepala burung elang, merupakan proses metamorfosis atas beberapa bentuk, yaitu :

a. Bola dunia

Sebagai simbol cakupan yang global dari sifat informasi, komunikasi dan seluruh kiprah operasional institusi Metro TV.

b. Telur emas

Sebagai simbol bold yang tampil penuh kewajaran. Telur jugamerupakan simbol kesempurnaan dan merupakan image suatu bentuk (institusi) yang secara struktur kokoh, akurat dan artistik, sedangkan tampilan emas adalah sebagai simbol puncak prestasi dan puncak kualitas.

c. Elips

Sebagai simbol citraan lingkar (ring) benda planet, tampil miri ke kanan sebagai kesan bergerak, dinamis. Lingkar (ring) planet sendiri sebagai simbol dunia cakrawala angkasa, satelit sesuatu yang erat berkait dengan citraan dunia elektronik dan penyiaran.

2) Elang

Simbol kewibawaan, kemandirian, keluasan penjelajahan dan wawasan. Simbol kejelian, awas, tajam, tangkas, namun penuh keanggunan, gerak hidupnya anggun.

4.1.4 Target Audience

Target audience Metro TV adalah :

Stasiun TV Lain Metro TV

Me-too product : 90% entertainment 10 News

Sign on – sign off

15% - 25% in-house production Target audience : All segment

Berita / informasi : 70% news 30% non-news 24 hours

Majority in-house production Target audience : segmented M/F, Uppper I & II, 20+

Expenditure terbagi dalam kelas-kelas :

SES Score 2016 TV

Population 5+ Percentage

Upper I ≥20 6,401,000 12%

Upper II 17-19 10,607,000 20%

Middle I 14-16 20,020,000 38%

Middle II 11-13 11,251,000 21%

Lower ≤10 5,058,000 9%

4.1.5 Biro-Biro Metro TV

Untuk mempermudah koordinasi berbagai informasi antara kantor pusat dengan daerah, saat ini Metro TV ada 7 kantor cabang biro yang terletak di kota-kota besar, antara lain di daerah :

1. Biro Yogyakarta 2. Biro Medan 3. Biro Makassar 4. Biro Surabaya 5. Biro Bandung 6. Biro Palembang 7. Sub Biro Aceh

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian

Di dalam penelitian ini, terdapat tiga subyek yang diwawancarai sebagai informan yang telah ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Penelitian ini dimulai dengan mewawancarai Kabul Indrawan pada tanggal 10 Januari 2019 yang berlokasi di Metro TV. Kabul Indrawan merupakan lulusan IPB jurusan Mekanisasi Pertanian angkatan 94, yang kemudian melanjutkan kuliah pascasarjana di Universitas Indonesia dengan jurusan Ilmu Ekonomi. Sebelumnya, Kabul bekerja di bioteknologi selama 2 tahun, hingga akhirnya bergabung ke Metro TV pada tahun

2002 sebagai wartawan, karena kesukaannya pada dunia pemberitaan. Setelah 17 tahun bersama Metro TV, kini Kabul Indrawan menjabat sebagai kepala departemen untuk pemberitaan. Ia kini bertanggungjawab untuk mendesain isu yang akan ditayangkan dalam proses pemberitaan Metro TV setiap harinya bersama tim, serta melakukan proses mulai dari planning, controlling, coordinating, hingga evaluating.

Kegiatan wawancara kedua, terjadi pada tanggal 14 Januari 2019 bersama dengan Iswahyudi Rachmanto sebagai eksekutif produser yang berlokasi di Metro TV. Iswahyudi merupakan lulusan S1 jurusan broadcast dari Universitas Mercu Buana. Ia bergabung bersama Metro TV pada tahun 2002, setelah sebelumnya, ia mengawali karirnya di radio Gaya FM Bekasi (1997-2000), kemudian ditahun yang sama ia pindah ke TV Parlemen, Suara TV dan B Channel (kini menjadi RTV), hingga akhirnya menjadi bagian dari Metro TV. Berbeda dengan Kabul yang tertarik menjadi jurnalis, karena menyukai dunia pemberitaan. Iswahyudi justru lebih tertarik untuk menjadi seorang camera person, sebelum akhirnya menyukai dunia jurnalistiknya. Iswahyudi yang berperan sebagai eksekutif produser memiliki tanggungjawab untuk mengawasi semua berita di zona pagi sesuai dengan kaidah P3SPS, mengawasi kualitas visual dan editorial policy kantornya.

Wawancara ketiga, dilakukan pada tanggal 1 Februari 2019 yang berlokasi di Metro TV bersama dengan Yunanto Hardiandja. Ia merupakan lulusan dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) dengan jurusan Jurnalistik, dan melanjutkan jenjang S2-nya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan jurusan Komunikasi Pembangunan. Yunanto mengawali karirnya di TPI (1992 - 2000) sebagai reporter hingga menjadi redaktur pelaksana pemberitaan, kemudian pada tahun 2001, ia

bergabung bersama Metro TV dan menjadi seorang produser. Hingga akhirnya, dirinya kini menjabat sebagai seorang manager newsroom, yang bertanggungjawab dalam pemilihan isu-isu yang akan ditayangkan oleh Metro TV.

Terakhir, peneliti melakukan wawancara bersama tenaga ahli Dewan Pers, Herutjahjo Soewardojo sebagai sumber ahli melalui email pada tanggal 28 Februari 2019. Wawancara bersama Herutjahjo dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam mengenai permasalahan pers yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1 Ekonomi Politik Metro TV

A. Struktur Ekonomi dan Pendapatan Metro TV

Pada tahun 2017, Nielsen Indonesia mencatat bahwa pada tahun 2017, terjadi peningkatan belanja iklan sebesar 8 persen dengan jumlah mencapai Rp 145 Triliun, dan didominasi oleh media televisi sebesar 80 persen dari total belanja iklan.

Kemudian, Nielsen kembali merilis hasil temuannya sepanjang bulan Januari hingga September 2018 yang menghasilkan data bahwa total belanja iklan pada kuartal ketiga mencapai Rp 114,4 Triliun. Angka tersebut menunjukkan tren positif diangka 5 persen. Total belanja iklan tahun 2018 tersebut masih didominasi oleh media televisi yang berhasil menyentuh angka sebesar 93,8 Triliun.

Dikutip dalam website Indotelko, layanan sistem monitoring iklan televisi (TVC) Adstensity mencatat sepanjang tahun 2018, total belanja

iklan di TV sebesar Rp 110,46 Triliun. Jika dibandingkan dengan dana belanja iklan sepanjang tahun 2017 yang tercatat Rp 97,45 Triliun, dapat dilihat bahwa dana belanja iklan mengalami pertumbuhan, yaitu sebesar 13,35%.27

Adstensity juga memberikan hasil pemantauannya mengenai pendapatan yang diterima oleh 13 stasiun televisi nasional di Indonesia sepanjang tahun 2018, yang dikuasai oleh ANTV yang memperoleh pendapatan iklan mencapai Rp 15,66 Triliun atau sebesar 14,18% dari total belanja iklan di televisi. Global TV menempati posisi kedua dengan perolehan mencapai Rp 13,78 Triliun atau sebesar 12,47% dari total belanja iklan di televisi. Posisi ketiga, terdapat Indosiar dengan perolehan pendapatan sebesar Rp 12,9 Triliun (11,68%). Kemudian, posisi keempat dan kelima secara berturut-turut ditempati oleh Kompas TV dan Metro TV dengan perolehan pendapatan masing-masing sebesar Rp 12,78 Triliun (11,57%), dan Rp 12,3 Triliun (11,13%)

Jika melihat pada artikel yang dikeluarkan Kompas pada tahun 2015, mengenai penelitian yang dilakukan oleh Adstensity yang menghasilkan temuan, jika pada tahun tersebut RCTI mampu meraup pendapatan iklan sebesar Rp 9,9 Triliun. Posisi kedua, dimiliki oleh SCTV dengan total Rp 8,8 Triliun, dan posisi ketiga dengan MNC TV yang mampu mencapai angka sebesar Rp 7,9 Triliun. Selanjutnya secara berturut-turut, Indosiar (Rp 7 Triliun), ANTV (Rp 6,6 Triliun), Global TV

27 “Belanja Iklan TV Tembus Rp 110,46 Triliun di 2018” dalam

https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=belanja-iklan-tv-2018 dikutip pada 3 Februari 2019 pukul 23:02 WIB

(Rp 5, 4 Triliun), Trans 7 (Rp 5,1 Triliun), Trans TV (4,525 Triliun), TV One (4,522 Triliun), Metro TV (Rp 2,9 Triliun), Kompas TV (Rp 1,3 Triliun), Net TV (Rp 1 Triliun), dan terakhir adalah TVRI (44,4 Miliar).

Berdasarkan data-data tersebut, dapat dikatakan bahwa industri media televisi mengalami peningkatan pendapatan setiap tahunnya melalui belanja iklan. Dan secara khusus, Adstensity menjabarkan pendapatan yang didapatkan oleh Metro TV sepanjang tahun 2018 sebesar Rp 12,78 Triliun. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 silam, Metro TV hanya mencapai angka sebesar Rp 2,9 Triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan sekitar 3,4 persen dalam kurun waktu 3 tahun lamanya.

Di sisi lain, Metro TV merupakan bagian dari Media Group yang tidak hanya menaungi siaran televisi, tapi juga merambah dalam dunia digital melalui metrotvnews.com dan Lampungpost. Sebelum itu, Media Group telah terjun lebih dulu dalam industri media cetak melalui surat kabar Media Indonesia yang hingga kini masih bertahan ditengah pusaran media baru, bahkan Media Indonesia masuk ke dalam 10 besar media terpopuler oleh 4 International Media & Newspaper pada tahun 2016 lalu.

Berdasarkan penelitian Nielsen pada tahun 2018 tersebut, media cetak menjadi penyumbang terbesar kedua setelah media televisi.

Penilaian tersebut berdasarkan merek-merek yang beriklan melalui media cetak, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memberikan