• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mendapat Manfaat dari Pengaturan Allah

Dalam dokumen DIORGANISASI UNTUK MELAKUKAN KEHENDAK YEHUWA (Halaman 161-166)

tentang Kekepalaan

lebih bebas. Sebaliknya, mereka dikuasai makhluk roh yang jahat, Setan si Iblis. Pemberontakan pertama itu membuat manusia jauh dari Allah. (Kol. 1:21) Akibatnya, sebagian besar manusia sekarang terus dikuasai oleh si jahat.—1 Yoh. 5:19.

4Dengan mempelajari kebenaran dalam Firman Allah dan menjalankannya, kita tidak lagi berada di bawah pe-ngaruh Setan. Sebagai Saksi yang terbaptis, kita mene-rima Yehuwa sebagai Penguasa kita. Kita setuju dengan Raja Daud, yang mengakui Yehuwa sebagai ”kepala atas semua”. (1 Taw. 29:11) Dengan rendah hati kita berkata,

”Ketahuilah bahwa Yehuwa itu Allah. Dialah yang mem-buat kita, dan kita ini milik-Nya. Kita adalah umat-Nya dan domba yang Dia gembalakan.” (Mz. 100:3) Kare-na Yehuwa menciptakan segalanya, kita mengakui bah-wa Dia mulia, dan sudah sepantasnya kita tunduk ke-pada-Nya. (Why. 4:11) Sebagai pelayan dari Allah yang benar, kita meniru Yesus Kristus, yang memberikan tela-dan sempurna tentang ketundukan kepada Allah.

5Apa yang Yesus pelajari dari hal-hal yang dia derita di bumi? Ibrani 5:8 menjawab, ”Meskipun dia adalah put-ra, dia belajar ketaatan dari hal-hal yang dia derita.” Ye-sus tetap tunduk kepada Bapaknya di surga, bahkan se-waktu mengalami kesulitan. Yesus juga tidak bertindak menurut keinginannya sendiri. Dia tidak berbicara dari pikirannya sendiri dan tidak berupaya memuliakan diri-nya sendiri. (Yoh. 5:19, 30; 6:38; 7:16-18) Selama pela-yanannya, Yesus senang melakukan kehendak Bapak-nya, meski hal ini membuat dia ditentang dan dianiaya.

(Yoh. 15:20) Yesus tunduk kepada Allah dan

”merendah-kan dirinya” bah”merendah-kan sampai

”mati di tiang siksaan”. Kare-na Yesus tunduk sepenuhnya kepada Yehuwa, ada banyak hal baik yang dihasilkan, yaitu keselamatan abadi bagi

ma-nusia, kedudukan yang lebih tinggi bagi dirinya, dan ke-muliaan bagi Bapaknya.—Flp. 2:5-11; Ibr. 5:9.

KEPADA SIAPA SAJA KITA HARUS TUNDUK?

6Kalau kita tunduk kepada Allah dengan melakukan ke-hendak-Nya, kita akan terhindar dari banyak kekhawatir-an dkekhawatir-an kekecewakekhawatir-an ykekhawatir-ang dialami orkekhawatir-ang ykekhawatir-ang tidak mau tunduk kepada Yehuwa. Musuh kita, Setan si Iblis, terus berupaya melahap kita. Kita akan dibebaskan dari si ja-hat jika kita melawannya dan merendahkan diri di hadap-an Yehuwa denghadap-an tunduk kepada-Nya.—Mat. 6:10, 13;

1 Ptr. 5:6-9.

7Dalam sidang Kristen, kita mengakui kekepalaan Kris-tus dan wewenang yang dia berikan kepada ”budak yang setia dan bijaksana”. Ini memengaruhi sikap dan ting-kah laku kita terhadap satu sama lain. Kalau kita tunduk pada pengaturan Allah di sidang, kita akan taat pada Fir-man Allah dalam seluruh ibadah kita. Ini mencakup pela-yanan kita, kehadiran dan peranan kita di perhimpunan, hubungan kita dengan para penatua, dan dukungan kita terhadap pengaturan lain dalam organisasi.—Mat. 24:45-47; 28:19, 20; Ibr. 10:24, 25; 13:7, 17.

8Kalau kita tunduk kepada Allah, sidang akan damai, aman, dan tertib. Sifat-sifat Yehuwa terlihat melalui umat-Nya yang setia. (1 Kor. 14:33, 40) Pengalaman kita

Prinsip kekepalaan memengaruhi seluruh kehidupan kita

bersama organisasi Yehuwa membuat kita punya pera-saan yang sama seperti Raja Daud. Setelah melihat per-bedaan hamba Yehuwa dengan orang jahat, Daud ber-seru dengan sukacita, ”Bahagialah umat yang Allahnya Yehuwa!”—Mz. 144:15.

9Dalam perkawinan dan keluarga, ”kepala setiap pe-rempuan adalah laki-laki”. Kepala dari laki-laki adalah Kristus, dan kepala dari Kristus adalah Allah. (1 Kor. 11:3) Istri harus tunduk kepada suami, dan anak-anak kepada orang tua. (Ef. 5:22-24; 6:1) Jika setiap anggota keluar-ga menaati prinsip kekepalaan, keluarkeluar-ga akan damai.

10Suami harus menjadi kepala yang pengasih, seperti Kristus. (Ef. 5:25-29) Kalau dia tidak menyalahgunakan wewenangnya atau melepaskan tanggung jawabnya, istri dan anaknya senang tunduk kepadanya. Istri adalah pe-nolong, atau pelengkap, suaminya. (Kej. 2:18) Kalau dia dengan sabar mendukung dan menghormati suaminya, dia akan disayang oleh suaminya, dan dia memuliakan Allah. (1 Ptr. 3:1-4) Kalau suami dan istri mengikuti nasi-hat Alkitab tentang kekepalaan, mereka memberikan te-ladan ketundukan kepada Allah bagi anak-anak mereka.

11Ketundukan kita kepada Allah juga memengaruhi pandangan kita terhadap ”pemerintah”, yang ”mendapat kedudukan mereka masing-masing dari Allah”. (Rm. 13:

1-7) Sebagai warga negara yang taat hukum, orang Kris-ten membayar pajak. Mereka memberikan ”milik Kaisar kepada Kaisar, tapi milik Allah kepada Allah”. (Mat. 22:21) Selain itu, pengaturan untuk mengerjakan daerah dinas harus sesuai dengan hukum yang berlaku tentang peng-gunaan data pribadi. Karena tunduk dan taat kepada

pe-merintah dalam segala hal yang tidak bertentangan de-ngan hukum Yehuwa yang benar, kita bisa berfokus pada pengabaran.—Mrk. 13:10; Kis. 5:29.

12Prinsip kekepalaan memengaruhi seluruh kehidupan kita. Kita beriman bahwa pada saatnya nanti, semua manusia akan tunduk kepada Allah Yehuwa. (1 Kor. 15:

27, 28) Sungguh bahagia orang yang dengan senang hati mengakui kekuasaan Yehuwa dan tetap tunduk kepada-Nya untuk selamanya!

SELAMA sekitar 1.500 tahun, bangsa Israel adalah umat yang menyandang nama Yehuwa. Belakangan, Yehuwa

”mengarahkan perhatian-Nya kepada bangsa lain, untuk mengambil dari antara mereka suatu umat bagi nama-Nya”. (Kis. 15:14) Umat bagi nama Yehuwa akan menja-di saksi-saksi-Nya, yang menja-dipersatukan dalam pikiran dan tindakan tidak soal di mana mereka tinggal di bumi.

Umat yang menyandang nama Allah itu bisa terkumpul karena perintah Yesus kepada para pengikutnya, ”Pergi-lah dan buat”Pergi-lah orang-orang dari segala bangsa menja-di muridku. Baptislah mereka dengan nama Bapak dan Putra dan kuasa kudus. Ajarlah mereka untuk menjalan-kan semua yang kuperintahmenjalan-kan kepada kalian.”—Mat. 28:

19, 20.

2Ketika berbakti kepada Yehuwa dan dibaptis, Sauda-ra menjadi murid Yesus Kristus. SaudaSauda-ra menjadi bagian dari persaudaraan Kristen sedunia yang bersatu, yang ti-dak terpecah belah oleh perbedaan bangsa, suku, atau ekonomi. (Mz. 133:1) Hasilnya, Saudara mengasihi dan menghormati rekan-rekan Kristen di sidang. Ada yang suku atau bangsa atau pendidikannya berbeda dengan Saudara. Dulu, Saudara mungkin menjauhi orang seperti itu. Sekarang, Saudara punya ikatan kasih persaudaraan yang lebih kuat daripada hubungan lain mana pun, baik hubungan sosial, agama, atau keluarga.—Mrk. 10:29, 30;

Kol. 3:14; 1 Ptr. 1:22.

BAB 16

Dalam dokumen DIORGANISASI UNTUK MELAKUKAN KEHENDAK YEHUWA (Halaman 161-166)