• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian dan Analisis

BAB I – PENDAHULUAN

E. Metode Penelitian dan Analisis

Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian ini saya kerjakan di kampung Orang Suku Laut di Pulau Bertam, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau dalam sekitar tiga bulan, yaitu antara bulan Mei – Juli. Kendati awalnya mengalami beberapa kendala, saya menemukan pulau ini dengan mengacu pada peta persebaran OSL yang dibuat peneliti sebelumnya (Chou 2010:12, 26, lihat Bab II, Peta 2.1.). Selain itu, saya juga memperoleh informasi dari beberapa kawan di Kota Batam yang mengarahkan saya ke Pulau Bertam. Pemilihan lokasi ini bukan hanya karena pertimbangan letaknya yang relatif dekat dengan Kota Batam, melainkan saya menganggap situs riset ini cukup mewakili isu state governmentality yang saya ajukan. (1) Bahwa Pulau Bertam

merupakan salah satu pulau tempat komunitas OSL bermukim tersebab program pemukiman semasa Orde Baru (Bettarini 1991; Lenhart 1997, 2002). (2) Orang Laut di Bertam sejak dimukimkan sampai hari ini masih menjadi tanggung jawab salah satu yayasan pemerintah Otorita Batam pada masa Orde Baru. (3) Dari pengamatan awal saya, bahwa terdapat beberapa bangunan hasil proyek pembinaan masyarakat terasing yang masih dipakai, yaitu sekolah dasar, lapangan bola volley yang dulunya dibuat memfasilitasi aktivitas olah raga bagi OSL, masjid, sumur, serta beberapa bangunan yang rusak dan tidak lagi digunakan, yaitu rumah bekas Puskesmas, rumah singgah guru SD dan tenaga kesehatan, balai pertemuan, dan monumen sampan.

Teknik Penelitian. Dengan memusatkan perhatian pada program pemerintah,

konsekuensi, dan seperti apa OSL merespon hal itu, data dalam penelitian ini saya himpun melalui tiga tahap riset: penelitian pustaka, pengamatan-terlibat (participant

observation), dan wawancara mendalam. (1) Penelitian pustaka dikerjakan untuk,

pertama, mempelajari sekaligus mencari celah penelitian-penelitian mengenai Orang

Laut dalam buku maupun artikel di jurnal ilmiah sehingga saya bisa menempatkan etnografi saya atas berbagai studi sebelumnya. Kedua, penelitian pustaka memung-kinkan saya mendapatkan informasi etnografis dan historis mengenai kebudayaan OSL. Selain buku dan artikel, saya juga berupaya mendapatkan berbagai dokumen dan arsip berkenaan dengan program pemukiman masyarakat terasing dan inter-vensi pemerintah dan yayasan tertentu sebagai mitra pemerintah terkait dengan pembinaan OSL di Batam. Untuk keperluan ini, maka penelitian atas arsip-arsip saya kerjakan di dua kota: Batam dan Tanjung Pinang. Di Batam, saya mengunjungi Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (YPAB, sekantor dengan Forum Konsultasi & Kesejahteraan Sosial [FKKS]) Sekupang dan di Pusat Informasi dan Perpustakaan

BP (Badan Pengusahaan [Otorita Batam]) Batam. Sedangkan di Tanjung Pinang, saya dapati dokumen intervensi pemerintah terbaru maupun awal tahun 1980an di kantor Dinas Sosial Provinsi Kepri dan Perpustakaan Provinsi Kepri. Saya juga menelusuri artikel dan berita di surat kabar, terutama di harian Kompas melalui Pusat Informasi Kompas (PIK) (arsip akhir tahun 1970an sampai 1990an). Dari riset arsip

Kompas, saya memperoleh berita tentang kebijakan negara dalam kaitannya dengan

proses bermukimnya OSL beserta beberapa opini mengenai hal itu.

Selanjutnya, (2) saya melakukan pengamatan-terlibat untuk memperoleh data kualitatif. Di sini, saya memerhatikan bangunan, kampung, dan aktivitas Orang Bertam di lokasi penelitian sebagai awal memahami implikasi praktik governmentality negara. Saya mencatat informasi dari pengamatan-terlibat ini berkenaan dengan rumah bantuan pemerintah, pola kampung, sekolah, masjid, dan sumur atau sumber air minum sekaligus aktivitas keseharian (pekerjaan dan interaksi sosial) dan reaksi-reaksi mereka atas peristiwa-peristiwa penting: seperti distribusi bantuan pemerintah dan pihak lainnya. Selain itu, saya memperoleh data seperti bagaimana teknik-teknik mereka dalam kerja laut dan kerja darat dan mengapa mereka mengerjakan dua tipe pekerjaan berbeda, siapa saja orang berpengaruh dalam pengambilan keputusan tertentu dan memungkinkan ‘mengatur’ Orang Bertam, dan kelompok sosial dengan tingkat kekayaan tertentu dan kekuasaan atas akses produksi.

Selain pencatatan (field notes) dari pengamatan-terlibat sebagai elemen penting dalam penulisan etnografi, saya mendokumentasikan “visualitas” lingkungan kam-pung Suku Laut di Pulau Bertam. Dokumentasi visual melalui foto dan video seperti ini dapat membantu mengingat detail ruang-ruang sosial dan kultural tertentu di Pulau Bertam, seperti rumah, dapur, makanan, perahu, penampungan ikan, serta

peristiwa dan suasana beberapa aktivitas sehari-hari mereka yang saya ikuti agar membantu saya dalam proses menulis etnografi. Saya juga merekam jarak tempuh ketika saya mengikuti mereka berlayar mencari ikan bilis dengan bantuan teknologi GPS yang terkoneksi internet dalam telepon seluler saya. Dengan bantuan teknologi ini saya dapat merekam jejak lokasi (titik-titik penting dalam pencarian ikan) dan total jarak mereka berlayar dalam satu malam.

Tidak hanya melakukan pengamatan-terlibat, saya juga melakukan (3) wawan-cara mendalam kepada beberapa individu untuk mengungkap berbagai pandangan dan reaksi-reaksi mereka atas praktik kepengaturan negara. Umumnya, wawancara mendalam kepada individu tertentu dan dilakukan dalam situasi tidak formal. Selain wawancara mendalam, saya melakukan wawancara sambil-lalu. Walaupun dalam wawancara seperti ini, bukan berarti topik wawancara keluar dari koridor penelitian yang saya rancang. Dalam kedua teknik wawancara tersebut, saya menyimak dan mencatat apa yang mereka bicarakan dan persoalkan di dalam kesehariannya, berkaitan dengan isu proses pemukiman di masa lalu, bantuan pemerintah hari ini, pekerjaan, perkawinan, dan kehidupan sehari-hari mereka secara umum.

Metode Analisis. Mengenai metode analisis dalam penulisan, segala informasi yang didapat selama penelitian saya klasifikasi ke dalam tema-tema tertentu yang relevan dengan persoalan penelitian. Data yang akan saya analisa merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif menurut Ahimsa-Putra (2009:18) berupa pernyataan-pernyataan mengenai isi, sifat, ciri, dan keadaan dari sesuatu atau gejala, atau bisa juga pernyataan-pernyataan mengenai hubungan-hubungan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sesuatu ini dapat berupa benda-benda fisik, pola-pola perilaku, atau gagasan-gagasan, nilai-nilai serta dapat pula mengenai

peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu masyarakat. Atas dasar itulah dalam penelitian ini saya menaruh perhatian pada berbagai data kualitatif hasil wawancara dan pengamatan-terlibat yang memuat: pernyataan tentang nilai-nilai, ceritera atas pengalaman masa lalu, pola perilaku, pola interaksi di antara Orang Bertam dan Orang Bertam dengan orang di luar komunitasnya, keterangan tentang organisasi sosial, dan pandangan mengenai lingkungan fisik (Ibid.).

Lebih lanjut, data kuantitatif juga saya perlukan. Data kuantitatif merupakan jenis data berupa pernyataan, angka, atau huruf yang dapat menunjukkan ukuran-ukuran tertentu atau besaran dari suatu gejala (Ahimsa-Putra 2008:17). Data semacam ini seperti keterangan mengenai jumlah penduduk, jumlah pendapatan, jumlah rumah, luas rumah, panjang pelabuhan, biaya yang diperlukan dalam kerja ikan bilis, harga sampan, kedalaman laut, jumlah penerima beras miskin, dan sebagainya. Data ini saya peroleh dari berbagai sumber dan teknik. Pertama, dari riset pustaka dalam sejumlah etnografi mengenai Orang Laut dan dokumen dan arsip di perpustakaan FKKS dan pemerintah. Kedua, saya melakukan survei skala kecil mengenai tingkat kesejahteraan Orang Bertam dan pencatatan di lokasi penelitian.

Pasca-penelitian di Bertam, kedua jenis data tersebut lantas saya analisis dengan jalan mendeskripsikan relasi Orang Bertam dan sesuatu dalam kerangka berpikir “governmentality” (Foucault 1991). Sesuatu ini dapat berupa pandangan-pandangan, reaksi, dan pola-pola perilaku faktual Orang Bertam yang mengemuka dalam hubungan-hubungan yang tercipta antara mereka dengan negara, lingkungan alam dan fisiknya, kondisi ekonomi dan mata pencahariannya, dan organisasi sosial-nya, yang dianggap sebagai implikasi dari praktik kekuasaan negara dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat. Terhadap data mengenai pandangan-pandangan

yang mengemuka dalam wawancara tersebut, saya mengelompokkan atas dasar hubungan-hubungan semacam itu dan disajikan melalui teknik penulisan etnografi yang “… provides the ‘thickest’ form of (cultural and) political information (or

discourse)” (Auyero dan Joseph 2007:1-2, dalam kurung penambahan saya).

Selain itu, data kuantitatif dari pustaka dan dokumen media massa, pemerintah, dan yayasan saya gunakan untuk menganalisis secara historis proses bermukimnya Orang Laut di Bertam. Dari studi kearsipan, sejarah kepengaturan negara saya batasi sejak awal 1980an sampai berakhirnya masa Orde Baru, karena dalam masa itu adalah periode kota Batam dirancang sebagai kawasan industri dan free trade zone. Data kuantitatif bermanfaat memberi gambaran umum mengenai populasi dan persebaran OSL di Kepri sebelum dan sesudah program pemukiman. Dengan demi-kian, etnografi ini diproyeksikan dapat menghasilkan tulisan yang tidak hanya men-jawab rumusan persoalan dengan mengacu pada kerangka teori di atas, namun juga menampilkan insight tertentu dari pengalaman Orang Bertam.

Organisasi Penulisan. Struktur argumentasi dalam tesis ini akan disusun dalam lima bagian. Bab I menjelaskan latar belakang mengapa persoalan Orang Laut dan negara menarik, bagaimana penelitian ini berjalan, dan dalam perspektif apa saya melihat fenomena tersebut. Bab II mendiskusikan asumsi-asumsi pembangunan nasional yang melahirkan skema pemukiman bagi suku-suku terasing di Indonesia, serta mengenai siapa agen yang bekerja di sana dan apa yang mereka lakukan kepada Orang Laut di Pulau Bertam, terutama dalam konteks penyebaran pengeta-huan mengenai kesejahteraan sosial.

Bila dua bab sebelumnya mendiskusikan konteks historis dan politik pembangun-an nasional, maka pada dua bab selpembangun-anjutnya saya mulai masuk pada diskusi tentpembangun-ang

konsekuensi program pemukiman pada kehidupan Orang Bertam. Dimulai dengan perbincangan pada bidang ekonomi dalam konteks isu perubahan orientasi ekonomi di Bab III. Selanjutnya, Bab IV akan mendiskusikan persoalan seperti apa dialektika dan transformasi pemaknaan Orang Bertam atas teritori (lingkungan fisik), budaya material, organisasi sosial, dan pola permukiman sebagai konsekuensi dari relasi mereka dengan negara. Bab V adalah kesimpulan dari seluruh uraian bab, dan akan diungkap bahwa identitas Orang Bertam sebagai komunitas miskin tidak lain merupakan konstruksi (rekaan) historis dan politis, bahwa pembangunan yang dirancang sedemikian rapi ternyata tidak selamanya ‘berhasil’. Menambahkan hal-hal ini, dalam pertimbangan bahwa isu yang saya angkat di sini tidak akan mengancam kehidupan para informan di kemudian hari, terutama setelah tulisan ini selesai dan dipublikasikan, maka nama mereka dalam tulisan ini akan saya tuliskan sebagaima-na adanya. Sama halnya dengan sebagaima-nama lokasi di masebagaima-na saya tinggal dan melakukan penelitian. []