• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1.5 Metode Penelitian

1.5.1Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif. Menurut Bungin (2007 : 5). Penelitian kualitatif adalah peneliti yang memiliki tingkat kritisme yang lebih dalam semua proses penelitian. Kekuatan kritisme peneliti menjadi senjata utama menjalankan semua proses penelitian. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat studi etnografi, tidak hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu

etnografi berarti belajar dari masyarakat (Spradley 1997 : 3). Melalui penelitian jenis etnografi, peneliti mampu melihat makna dibalik sesuatu yang tidak tampak.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

- Data primer adalah salah satu data yang diperoleh dari observasi (pengamatan) dan wawancara lapangan

a. Observasi (pengamatan)

Observasi (pengamatan) adalah suatu tindakan untuk melihat gejolak (tindakan atau peristiwa atau peninjauan dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian dengan cara mengamati). Dalam hal ini, peneliti mencoba mengamati dan ikut terlibat juga secara langsung dengan objek yang diteliti. Teknik observasi yang dilakukan penulis guna melihat, mendengarkan dan mencatat kejadian serta aktifitas di lokasi penelitian. Seperti melihat bagaimana anak-anak bermain dengan permainan yang digunakanan secara seksama.

Penulis bukan hanya sekedar mengamati anak-anak yang bermain, penulis ikut-serta dalam bermain bersama mereka, hal ini dikenal dengan istilah observasi partisipasi. Observasi partisipasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan ikut-serta berpartisipasi di dalamnya, dalam tulisan ini penulis mengumpulkan data mengenai permainan tradisional anak-anak, agar data yang dikumpulkan lebih mendalam maka penulis ikut bermain dengan informan (anak-anak), hampir setiap sorenya penulis ikut bermaind dengan informan seperti bermain layang-layang dalam bermain layang-layang penulis membantu anak-anak menaikkan layang-layang ke udara, bermain ABC Lima Dasar sejumlah hukuman yang

didaptkan oleh penulis dalam bermain permainan ABC Lima Dasar dan permainan yang tidak pernah dimainkan oleh penulis adalah permainan memanjat kelapa hal ini dikarenakan karena penulis takut dengan ketinggian dan jika anak-anak bermain permainan ini maka penulis hanya menikmati buah kelapa yang dipetik

Melalui observasi partisipasi yang dilakukan penulis, penulis dapat merasakan apa yang terjadi di lapangan sehingga penulis lebih mudah untuk mendapatkan yang dibutuhkan selain itu penulis lebih muda mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh anak-anak dalam bermain. Dalam proses observasi partisipasi penulis banyak menemukan banyak hal seperti jenis permainan yang dimainkan, perilaku bermain, interaksi anak-anak ketika sedang bermain, kerjasama untuk memenangkan permainan, mengatasi perkelahian yang terjadi dan masih banyak lagi yang akan diuraikan penulis didalam bab selanjutnya.

Sebelum penulis melakukan penelitian lapangan, penulis tidak bisa menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis, penulis hanya bisa melakukan dugaan sementara sehingga untuk memastikan jawaban dari rumusan masalah maka penulis harus melakukan penelitan lapangan. Dalam menjelaskan topik mengenai proses sosial dalam tulisan ini, penulis tidak bisa menuangkannya dalam tulisan sebelum melakukan peneltian lapangan, karena topik ini tidak bisa digambarkan oleh pemikiran penulis, interksi dalam proses sosial merupakan perilaku yang konkrit dan untuk mengetahuinya harus dilakukannya pengamatan. Sebelum melakukan penelitian lapangan, data yang diperoleh kurang bervariasi dan kurang menarik, data

lapangan merupakan jembatan bagi penulis untuk menghubungkan penulis dengan keadaan yang sebenarnya yang terjadi.

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu proses penelitian melalui tanyajawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dari para informan, pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama sehingga menggunakan wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara dianggap lebih efisien untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai hal yang terjadi di lapangan terkait dengan permainan tradisional anak-anak dan kehidupan kota. Metode wawancara memberikan keleluasaan kepada penulis untuk bertanya tentang apa yang belum dipahami terkait penelitian yang dilakukan. Adapun jenis-jenis wawancara sebagai berikut13

- Wawancara berstruktur : hal-hal yang ditanyakan telah terstruktur, telah ditetapkan sebelumnya secara terinci.

:

- Wawancara tidak berstruktur : hal-hal yang ditanyakan belum diretapkan secara rinci, rincian topik pertanyaan pada wawancara ini disesuaikan dengan pelaksanaan wawancara di lapangan. Didalam wawancara tidak berstruktur terdapat wawancara mendalam (indepth interview), wawancara mendalam adalah

wawancara yang berusaha menggali sedalam-dalamnya dan mendapat pengertian seluas-luasnya dari jawaban yang diberikan informan.

- Wawancara bebas/informal : wawancara yang dilakukan dengan topik bebas dan bisa diakukan dimana saja dan kapan saja, serta dapat pula secara sambil lalu.

Dalam menggali informasi dari informan untuk keperluan penelitian maka penulis melakukan wawancara mendalam, dalam wawancara mendalam peneliti berusaha memperoeh informasi yang dalam dan luas dari suatu topik tertentu dengan pertolongan beberapa pertanyaan utama sebagai penunjuk. Pertanyaan utama sebagai penunjuk ini digunakan sebagai arah, agar informasi yang di inginkan tentang topik tertentu dapat diperoleh.

Peneliti berusaha menjalin rapport14

Penulis hanya mewawancarai anak yang berumur 5-16 tahun, anak-anak ini berasal dari kalangan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMP). Adapun anak-anak yang diwawancarai oleh penulis untuk mendapatkan data peneltian antara lain Anyea berumur 13 tahun, Elsa berumur 13 tahun, Jesika berumur 12 tahun, Farida berumur 12 tahun, Senior berumur 7 tahum, Wahyu berumur 11 tahun, Rafael berumur 11 tahun, Fahmi berumur 14 tahun,

dengan informan agar informasi yang diperlukan peneliti dapat tergali secara maksimal. Pengembangan rapport dilakukan dengan cara hidup beradaptasi sehingga ketika melakukan wawancara, data yang diperoleh benar-benar atau mendekati fakta yang sesungguhnya.

Teofani berumur 9 tahun, Yoga bermur 16 tahun, Zadiken berumur 12 tahun, James berumur 5 tahun dan Fikri berumur 12 tahun. Selain anak-anak yang diwawncarai oleh penulis terdapat dua orangtua yang diwawancarai penulis antara lain Pak Perdana berumur 43 tahun dan bu Netty berumur 35 tahun, penulis mewawancari kedua orangtua ini hanya sekilas dengan wawancara yang singkat, karena yang menjadi fokus penelitian saya adalah anak-anak dan data yang dihasilkan ketika wawancara dengan orangtua sebagai bahan pelengkap dalam tulisan.

c. Pemilihan Informan

Dalam memperoleh data dilapangan, peneliti sangat membutuhkan informan, jenis usia informan beranekaragam. Adapun kategori umur yang ditentukan oleh Depkes RI tahun 2009, yaitu15

• Masa balita : 0 – 5 tahun

:

• Masa kanak-kanak : 5 – 11 tahun

• Masa remaja awal tahun : 12 – 16 tahun • Masa remaja akhir : 17 – 25 tahun • Masa dewasa awal : 26 – 35 tahun • Masa dewasa akhir : 36 – 45 tahun • Masa lansia awal tahun : 46 – 55 tahun • Masa lansia akhir tahun : 56 – 65 tahun • Masa manula atas : > 65 tahun

Dari sejumlah kategori umur yang telah diungkapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, maka sebelum kelapangan peneliti menetapkan informan dengan kategori usia masa kanak-kanak dengan usia 5 – 11 tahun, masa remaja awal tahun dengan usia 12 -16 tahun. Jumlah informan yang digunakan oleh penulis sebanyak 13 orang anak diantaranya empat orang anak perempuan dan sembilan orang anak laki-laki. Informan yang berasal dari kalangan orang dewasa yaitu masa dewasa akhir dengan usia masa dewasa akhir dengan usia 36 – 45 tahun.

* Data sekunder

Data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi sebagai salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian. Data sekunder berupa sumber-sumber atau referensi tertulis berupa studi kepustakaan seperti buku dan sumber-sumber tetulis yang ada di dalam internet. Selama proses pengumpulan data peneliti akan mengggunakan instrumen atau alat penelitian seperti alat perekam baik suara maupun video dan catatan lapangan (fieldnote) untuk membantu mendokumentasikan hal-hal yang diteliti dan memperkecil kemungkinan ada bagian dari pengumpulan data yang terlewatkan.