• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS PERMAINAN TRADISIONAL DI PERKOTAAN

5.4. Peranan Orangtua dalam Permainan Anak-anak

Keluarga sederhana terdiri dari tiga inividu ayah, ibu dan anak, ketiga individu ini memiliki hak dan kewajiban yang berbed-beda dalam keluarga. Ayah dan ibu yang bisa disebut dengan orangtua mimiliki peran penting mengontrol dan

mangawasi tumbuh kembang anak. Anak adalah buah hati kedua orangtua yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian orangtua.

Setiap perkembangan yang terjadi pada anak, orangtua harus memperhatikannya agar anak terbentuk jadi pribadi yang sesuai dengan keinginan keluarga. Termasuk dalam kegiatan bermain, orangtua pada dasarnya mengambil peranan untuk mengontorol dan mengetahui jenis permainan yang digunakan, tempat anak bermain, waktu bermain.

Orangtua tidak pernah melarang buah hatinya untuk bermain, seperti yang ungkapan pak Perdana yang berkata (43 tahun) :

“Gak pernah melarang, justru kalau mereka hanya nonton setiap itu yang saya larang, karna kalau mereka dirumah terus teman mereka sedikit.”

mereka menyadari bahwa permainan dan bermain sangat penting dan dibutuhkan oleh anak-anak.

Permainan anak-anak memiliki jenis yang beragam dan jumlah yang begitu banyak, orangtua tidak pernah menentukan jenis permainan tradisional yang akan digunakan anaknya, mereka menyarankan agar tidak menggunakan permainan yang tidak menguntungkan atau berbahaya bagi mereka. Pak Perdana memiliki dua orang anak laki-laki, Pak Perdana sangat melarang keras anak-anaknya bermain game diwarnet hal ini disebabkan karena kekhawatiran Pak Perdana (43 tahun), anak-anaknya akan membuka hal-hal yang tidak baik bagi tumbuh kembang-anakya, seperti yang diungkapkannya :

kita tahu di internet semua sudah ada, kecuali kalau anak saya mau cari tugas yah... saya kasih izin pergi kewarnet.”

Perkataan Pak Perdana sungguh jelas, bahwasanya internet menyediakan dan memuat segala sesuatu, mulai dari hal-hal yang mendidik hingga hal-hal yang tidak layak ditiru oleh masyarakat. Orangtua anak-anak khususnya Pak Pardana khawatir jika anaknya di warnet membuka situs-situs yang belum layak bagi usianya, jika anak menerima hal-hal baru tanpa ada dukungan dan filterisasi dari orangtua maka anak akan melakukan tindakan penyimpangan, bahkan anak bisa menjadi pribadi yang tumbuh dengan sifat pembangkang. Dalam permainan tradisional Pak Perdana membiarkan anaknya memilih dan menggunakan jenis permainan yang digunakan, bagi Pak Perdana mayoritas jenis permainan tradisional tidak memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak-anak dan bahkan baginya permainan tradisional sangat berguna bagi anak-anaknya, beliau hanya menayarankan agar memilih permainan yang tidak berbahaya bagi diri anak-anaknya. Pak Perdana (43 tahun) menambahkan ucapannya :

“Kalau main-main kayak gitu, kuzinkan semuanya karena gak pala ada kutengok kerugiannya, paling kerugiannya lecet sedikit tetapi kusarankan aja jangan main yang berbahaya”.

Didalam permainan tradisional anak berasal dari latarbelakang sukubangsa, agama dan ras yang berebeda-beda, Bagi pak Perdana, beliau tidak pernah membatasi anaknya bergaul dengan anak yang memiliki latarbelakang dengan anak-anaknya, tetapi membatasi anaknya jika bergaul dengan anak-anak nakal, seperti yang diungkapkannya :

“Kalau itu gak pernah kubatasi, terserah anak saya mau berkawan dengan agama apa, dengan suku apa aja yang penting bagiku mereka jangan berkawan dengan anak-anak nakal, kalau mereka sempat berkawan sama anak-anak nakal maka otomatis mereka tertular jadi anak yang nakal.”

Mengenai lamanya bermain permainan, Pak Perdana tidak mempermasalahkannya, anaknya diizinkan bermain ketika sudah selesai menyelesaikan tugas rumah dan pulang jika sudah larut malam., karena di malam hari anak-anak harus mengerjakan tugas sekolah. Pak Perdana merupakan tipikal orangtua yang memberikan kebebasan kepada anaknya, tetapi masih dalam koridornya.

Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Netty, ibu Netty memiliki dua orang anak, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Kebetulan ibu Netty adalah seorang yang berpendidikan dan berpropesi sebagai guru sehingga beliau paham betul bagaimana pola asuh yang baik untuk anak-anaknya. Selama wawancara, komunikasi berjalan dengan lancar, bu Netty (35 tahun) berkomentar :

“Seperti yang saya katakan tadi, bahwa anak tidak bisa dilarang untuk tidak bermain karena bermain itu kebutuhan bagi mereka, tetapi untuk jenis permainan yang dimainkan saya ikut ambil andil. Saya tidak pernah mengizinkan anak bermain diwarnet, sekalipun itu alasan itu untuk mengerjakan tugas, karena saya sudah sediakan komputer dan wifi dirumah”.

Bagi bu Netty warung internet adalah tempat yang tidak baik untuk kesehatan dan perkembangan perilaku anak, beliau menambahkan :

“Diwarnet banyak asap rokok, semua pemain-pemain game disitu setiap saat saya perhatikan merokok, kebetulankan anak saya masih kecil-kecil. Saya tidak mau mereka menghisap rokok belum pada usianya”.

Mengenai permainan tradisional bapak Perdana dan Ibu Netty sependapat, bahwa bu Netty membiarkan anaknya memilih jenis permainan yang akan digunakan, tetapi untuk anak perempuannya bu Netty melarang untuk tidak bermain karet, karena permainan karet adalah permainan bagi anak perempuan yang memiliki cara bermain dengan melompat. Jika anak perempuan bermain perminan ini maka tidak baik bagi kesehatan tubuhnya, jika anak kebanyak bermain karet maka peranakan atau rahim anak perempuan akan turun, hal ini akan mengakibatkan anak perempuan jika dewasa kelak susah bahkan tidak bisa hamil.

Dari kedua informan orangtua Pak Perdana dan Bu Netty, pendapat mereka tentang permainan tradisional itu sama. Mereka menganggap permainan tradisional baik untuk dimainkan anak karena permainan tradisonal memberikan manfaat untuk anak-anak. Orangtua tidak pernah melarang anak-anaknya bergaul dan berteman dengan anak-anak lain yang memiliki latarbelakang yang berbeda, mereka hanya menyarankan anak-anaknya untuk pintar memilih teman (teman yang memiliki sifat dan tabiat nakal harus dilakukan pembatasan, jika anak bergaul dan berteman dengan tipe anak yang memiliki sifat/tabiat nakal dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan besar anak tersebut akan memiliki sifat dan tabiat yang seperti itu juga)

Orangtua memberikan batasan terhadap waktu yang digunakan untuk bermain, biasanya anak-anak bermain jika memiliki waktu senggang yaitu pada sore hari. Orangtua menyarankan anaknya apabila sudah petang sebaiknya kembali kerumah, karena di malam hari anak-anak harus belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Jenis permainan tradisional yang digunakan oleh anak-anak, orangtua tidak turut

mengambil andil, mereka hanya memberi saran.Sehingga dapat diketahui bahwa hadirnya permainan tradisional dilingkungan anak-anak, mendapat dukungan dari orangtua. Orangtua menganggap permainan tradisional perlu ditumbuhkan dan dikembangkan lagi dikalangan anak-anak. Orangtua selalu mendukung dan memfasilitasi anak-anaknya bermain permainan tradisional.

Anak laki-laki dan anak perempuan memiliki ketertarikan yang sama untuk bermain khususnya bermain dengan menggunakan permainan tradisional. Selama dua kelompok ini diperhatikan ketika bermain maka bisa diketahui bahwasanya terdapat beberapa perbedaan-perbedaan yang mencolok diantara mereka. Perbedaan yang ada tidak menjadi jurang pemisah bagi mereka, mereka dapat berinteraksi dengan biasanya jika berada di luar arena permainan.Kadangkala penulis mendapat keluhan dari anak perempuan ketika bermain bersama dengan anak laki-laki dalam arena permainan yang sama. Keluhan-keluhan mereka tidak membenci anak laki-laki, biasanya keluhan yang didengar oleh penulis dari anak perempuan seperti adanya bahwa perilaku anak laki-laki begitu kasar sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi anak perempuan.

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis selama berbulan-bulan maka terjawablah pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebelumnya

1.Anak-anak mengatakan bahwa permainan tradisional itu adalah permainan yang berasal dari daerah dari dulu dan sekarang masih ada. Mereka berpendapat bahwasanya permainan tradisional memberikan kesan yang bagus dan menghibur. Melalui permainan tradisional anak-anak bisa mengenal individu lain yang belum dikenal, sehingga interaksi anak-anak menjadi lebih luas 2. Di lingkungan perkotaan masih terdapat jenis permainan tradisional yang

dimainkan antaralainnya permainan layang-layang, permainan memanjat pohon kelapa, permainan sepak bola, permainan ABC Lima Dasar. Permainan ini selalu dimainkan oleh anak-anak di Kelurahan Titi Rantai dan Kelurahan Padang Bulan.

3. Didalam bermain antara anak perempuan dan anak laki-laki memiliki perbedaan, perbedaan yang mencolok diantaranya yaitu tempat permainan, jenis permainan, respon terhadap kecelakaan, peralatan bermain, waktu bermain, cara dan perilaku bermain, pakaian bermain, pertengkaran.

6.2. Saran

Permainan tradisional sudah memiliki umur puluhan tahun, permainan ini disosialisasikan dari para pendahulu secara lisan kepada keturunannya. Jika diperhatikan permainan tradisional semakin kesini semakin kehilangan pamor (semakin bertambahnya usia bumi, permainan tradisional sudah jarang dimainkan oleh anak-anak bahkan semakin susah ditemukan). Keadaan dan kondisi ini terjadi kadangkala tidak disadari oleh beberapa masyarakat di kota maupun di desa. Sering perkembangan zaman, pemikiran dan kehidupan manusia semakin maju sehingga segala kepentingannya menjadi lebih banyak dan kompleks.

Seperti yang telah dibahas diatas, permainan tradisional memiliki manfaat dan kegunaan bagi anak-anak dan bagi orangtua juga. Jika diperhatikan permainan keunggulan permainan tradisional lebih mendominasi dibanding dengan kelemahannya. Penulis sangat menyayangkan jika permainan tradisional ini perlahan-lahan kehilangan pamor dari kehidupan anak-anak. Penulis berharap agar jumlah anak-anak yang menggandrungi permainan tradisional ini semakin banyak dihari kedepannya. Jika anak-anak semakin bertambah menggandrungi dan menggunakan permainan tradisional ini maka manusia tidak tetap melestarikan permainan tersebut (karena permainan tersebut berasal dari pendahulu, sehingga manusia tetap memakainya dan merawatnya).

Keluarga merupakan agen sosialisasi yang pertama sekali yang dijumpai oleh inidividu baru/anak. Dalam hal ini, keluarga sebaiknya mengontrol anak dalam hal

Orangtua sebaiknya meluangkan waktunya untuk anak-anaknya untuk bermain permainan tradisional di ruangan terbuka dan apalagi pada sekarang ini jika orangtua memiliki waktu luang, mereka lebih banyak membawa anaknya ke mall untuk belanja, makan dan sebagainya.

Sekolah merupakan agen sosialisasi ketiga setelah teman/lingkungan permainan anak. Sekolah-sekolah sebaiknya membuat matapelajaran SBK (Seni Budaya dan Keterampilan) dan dalam matapelajaran olahraga anak-anak lebih didekatakan lagi pada permainan tradisional. Sehingga anak-anak semakin mengenal dan tertarik dalam bermain permainan tradisional.

Harapan penulis pada skripsi ini agar masyarakat tetap melestarikan permainan tradisional dengan cara mensosialisasikan kepada keturunannya. Agar permainan tradisional yang memiliki usia puluhan tahun ini tidak musnah ditelan masa. Permainan tradisional tidak akan kalah pamor dibanding permainan tradisional di kalangan anak-anak.

BAB II