• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS PERMAINAN TRADISIONAL DI PERKOTAAN

4.3 Permainan Memanjat Pohon Kelapa

Permainan memanjat kelapa merupakan permainan yang di dominasi oleh anak laki-laki, karena seperti yang diketahui keahlian “memanjat” lebih cenderung dimiliki oleh laki-laki. Permainan ini sangat tergantung pada alam, sebab permainan ini akan dilakukan oleh anak-anak jika pohon kelapa memiliki buah, jika pohon kelapa tidak memiliki buah (belum berbuah) maka anak-anak tidak bisa melakukan permainan ini. Oleh karena itu anak-anak tidak bisa setiap hari melakukan dan mengadakan permainan ini. Permainan memanjat pohon kelapa ini termasuk kategori permainan Les de jeux de force et d’adrese (permainan kekuatan dan ketangkasan) dan permainan untuk bertanding (game) yang dikemukakan oleh Robert dkk.

Di sekitar lapangan banyak ditemukan pohon kelapa atau bisa dikatakan lapangan dikelilingi sejumlah pohon dan didominasi oleh pohon kelapa. Pohon kelapa yang berada di sekitar lapangan memiliki tinggi yang beragam, pohon kelapa yang memiliki ukuran yang cukup tinggi (kira-kira tidak bisa dijangkau oleh anak-anak) maka anak-anak tidak menggunakan pohon kelapa ini sebagai alat permainan.

Mereka hanya menggunakan pohon kelapa yang memungkinkan untuk dipanjat oleh mereka, tinggi pohon kelapa yang dipanjat mereka sekitar dua sampai empat meter.

Pohon kelapa yang tumbuh mengitari lapangan bola, beberapa dari pohon dimiliki oleh masyarakat setempat dan sebagiannya lagi tidak memiliki hak milik masyarakat sehingga siapapun bisa memanjat dan memetik buah kelapa ini. Mereka biasa memanjat dan menggunakan pohon kelapa yang tidak dimiliki oleh masyarakat setempat, ada beberapa anak yang berani memanjat dan menggunakan pohon kelapa yang memiliki hak milik, sebelum mereka memanjat pohon tersebut terlebih dahulu mereka harus memastikan apakah pemiliknya berada di rumah atau tidak. Mereka memiliki cara untuk memastikan pemiliknya dirumah atau tidak dengan yaitu dengan cara membeli sesuatu (secara kebetulan pemilik pohon kelapa membuka warung di depan rumahnya) jika anaknya yang melayani transaksi di kedai maka pemilik tidak ada dirumah (biasanya yang melarang pohon kelapa dipanjat oleh orang lain adalah orangtuanya bukan anaknya) jika orangtua yang melayani transaksi maka dipastikan pemilik pohon kelapa berada di rumah dan mereka memutuskan untuk tidak memanjat dan menggunakan pohon kelapa tersebut.

Pada gambar (14) tampak anak-anak bahu membahu untuk mendapatkan buah kelapa

Sumber : Dokumentasi Penulis

Adapun gambaran dalam permainan memanjat pohon kelapa ini sebagai berikut : - Permainan ini terdiri dari dua kelompok anak atau lebih (namun biasanya yang

bermain hanya dua kelompok anak).

-Kedua kelompok memilih pohon kelapa yang memiliki tinggi yang sama, kalaupun tingginya berbeda maka perbedaannya tidak terlalu jauh.

- Setiap kelompok terdiri dari tiga sampai empat orang anak (anak-anak menyesuaikan dengan tinggi pohon kelapa yang akan dipanjat, jika pohon kelapa cukup tinggi maka anggota yang dibutuhkan banyak, jika pohon kelapa rendah maka anggota yang dibutuhkan tidak banyak).

- Adanya wasit yang ditentukan oleh kelompok (wasit berfungsi untuk melihat waktu yang digunakan oleh setiap kelompok).

- Kondisi bermain tergantung kesepakatan dua kelompok, berdasarkan waktu atau jumlah kelapa.

• Permainan berdasarkan jumlah kelapa. Kedua kelompok menyepakati jumlah kelapa yang akan dipetik dari pohon. Misalnya kesepakatan dua kelompok memetik tiga buah kelapa, kelompok yang lebih singkat

menggunakan waktu memetik tiga buah kelapa dari pohonnya maka bisa dinyatakan menang.

• Permainan berdasarkan waktu. Kedua kelompok menyepakati jumlah waktu misalnya dua menit, kelompok yang bisa mengumpulkan jumlah kelapa yang lebih banyak dalam rentang waktu dua menit maka kelompok tersebut dinyatakan menang.

Sehingga sebelum mereka bermain, mereka terlebih dahulu menyepakati permainan memanjat kelapa berdasarkan waktu atau berdasarkan jumlah kelapa.

- Alat untuk mengukur waktu seperti jam tangan atau handphone, jika mereka tidak memiliki kedua barang ini maka mereka menggunakan cara manual yaitu dengan menggunakan hitungan mulut.

Dalam permainan memanjat pohon kelapa, biasanya kelompok memilih anggota yang bermain memiliki ukuran tubuh yang tinggi dan kuat. Kondisi tubuh yang kuat sangat dibutuhkan dalam permainan ini, karena pemain yang satu akan menopang pemain lainnya agar dapat memetik buah kelapa dari pohonnya. Buah kelapa yang dipetik tidak memiliki kriteria khusus, sehingga buah kelapa yang dipetik tergantung pada pemain. Dalam proses memetik buah kelapa dari pohonnya, kategori yang dialami oleh anak-anak adalah Cooperative play yang dikemukakan oleh Parten.

Pemenang yang bermain dalam permainan memanjat kelapa ini biasanya akan diadiahkan kelapa yang diambil pihak lawan yang kalah, memijit angggota kelompok

yang menang dan sebagainya. Hadiah yang akan diberikan bagi pemenang tergantung kepada kesepakatan dua kelompok anak-anak yang melakukan permainan tersebut. Hadiah yang telah disepakati kedua kelompok sebelum permainan dimulai tidak boleh ditukar lagi setelah permainan selesai.

Permainan akan terasa tegang dan serius jika tidak ada hal atau tindakan lain yang dilakukan oleh pemain, sehingga untuk menambah kegembiraan mereka dalam bermaima maka mereka seringkali mengganggu pihak lawan atau menjatuhkan temannya sendiri. Keadaan ini menimbulkan kegembiraan bersama-sama yang dimunculkan dalam tawa mereka. Pemain yang terjatuh saat bermain, seringkali mengalami sakit di tubuhnya, sehingga setelah permainan selesai, maka teman-teman yang lain akan memberi kusutan. Pemain yang mengalami kecelakaan kecil seperti jatuh saat memanjat atau memetik kelapa dari pohonnya tidak menyalahkan pemain lainnya, justru jatuhnya pemain saat memanjat kelapa menjadi bahan tertawaan dan bahan candaan bagi teman-teman yang lain. Seperti yang diungkapkan Fikri (Sebagai korban yang terjatuh dalam permainan dalam memanjat pohon kelapa) :

“Sakit sikit kak, tapi gak boleh disalahkan kawan yang lain walaupun dia yang menjatuhkan, namanya main-main. Apalagi sampai nangis, kayak anak perempuan”.

Pohon kelapa ini terletak di pinggir pasar, sehingga banyak masyarakat yang berlalu-lalang. Orangtua kadangkala melarang permainan anak-anak tersebut, hal ini dilakukan agar anak tidak terjatuh. Jika mereka mendapat larangan dari orang lain khususnya dari orangtua, mereka tidak membalasnya dengan memberikan lawan, tetapi mereka hanya berlari jauh dan terpaksa berhenti dari permainan.

Gambar 15 : Memberi kusustan kepada teman

Pada gambar (14) tampak anak memberi kusutan kepaa temannya karena jatuh dalam memetik buah kelapa dari pohonnya. Kondisi ini tidak menjadi hal yang

serius bagi mereka

Sumber : Dokumentasi Penulis Kelapa yang dipetik dari pohonnya bervariasi, ada yang kecil, besar, sedang, tua, muda. Buah kelapa yang usianya muda biasanya dihabiskan dan diminum mereka, dan buah kelapa yang usianya muda biasanya dibuang dan jika pemulung lewat mencari barang rongsokan di sekeliling lapangan maka ia akan mengambil kelapa yang terbuang tersebut (disekitar tempat penelitian penulis, hampir setiap hari pemulung lewat untuk mengumpulkan barang-barang bekas). Permainan memanjat kelapa memberikan manfaat bagi mereka dan bagi orang lain (pemulung).

Jika mereka tidak ingin bertanding dalam bermain memanjat kelapa, maka mereka hanya memanjatnya saja untuk keperluan menghilangkan haus pada musim kemarau di siang hari. Buah kkelapa biasanya dinikmati oleh anak-anak yang lelah atau capek setelah bermain sepak bola dan bermain sepeda. Mereka tidak pernah membawa buah kelapa pulang kerumah, mereka menikmatinya di tempat permainan.

dihabiskan, mereka biasanya membuangnya begitu saja di pinggir jalan. Sehingga sangat disayangkan jika anak-anak memetik buah kelapa secara berlebihan.Pengambilan buah kelapa dilakukan bersama-sama dan menikmati buah kelapapun mereka menikmatinya bersama-sama. Mereka membuka buah kelapa yang akan dimakan dan diminum dengan cara melempar kelapa ke bahan yang keras seperti batu atau memukul buah kelapa tersebut dengan batu, ada dari mereka yang bisa membuka kelapa dengna menggunakan mulut. Mereka lebih tertarik dengan buah kelapa yang muda karena buah kelapa yang muda menghasilkan air kelapa yang segar dan daging yang nikmat.

Gambar 16 : Anak membuka buah kelapa

Pada gambar (16) terlihat seorang anak laki-laki membuka buah kelapa dengan menggunakan giginya.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Permainan tradisional membentuk anak-anak berpikir dan bertindak secara kreatif, anak-anak mampu menghasilkan sesuatu dengan hanya melihat alam dan keadaan yang berada disekitarnya. Seperti seorang anak yang bernama Zadiken Ginting, salah satu anak ini bisa menciptakan sebuah layang-layang, keahlian ia menciptakan layang-layang sehingga ia jarang membeli layang-layang dikedai. Kekompakan dan kebersaamaan mereka dalam bermain begitu luar biasa, mereka menolong dan menopang satu sama lainnya, bahkan untuk orang yang dikenal.

Permainan tradisional memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengeskpresikan apa yang didalam pikiran mereka. Di dalam permainan tradisional, anak-anak bebas berekspresi tanpa harus dikungkung oleh aturan yang ada, mereka dapat menggunakan segala cara untuk membuat diri sendiri dan orang lain bahagia

walaupun itu harus mengorbankan dan mencelakakan temannya sendiri, keadaan seperti ini tidak membuat mereka bertengkar atau berselisih paham satu sama lain.

Anak-anak yang memiliki kegemaran bermain dengan menggunakan permainan tradisional biasanya anak-anak yang memiliki jiwa kebersamaan yang tinggi. Keadaan ini disebabkan karena pola permainan yang digunakan mereka, menuntut mereka untuk bersama dan bersatu. Seperti di dalam permainan memanjat pohon kelapa, setiap anggota kelompok harus memiliki kekompakan yang satu untuk memenangkan perminan oleh karena itu mereka harus saling menopang satu dengan yang lainnya.