• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1.7. Pengalaman Lapangan

“Permainan Tradisional Anak-anak di Perkotaan” merupakan tulisan yang diangkat oleh penulis. Penaikan judul pertama ke hadapan ketua Departemen (Bapak Fikarwin Zuska) mendapat jawaban “tolakan”, alasan penolakan karena penulis tidak bisa menyakinkan ketua dapartemen mengenai alasan pemilihan judul tersebut. Penolakan pertama sekali yang didapatkan oleh penulis tidak menimbulkan rasa kecewa (berdasarkan pengalaman-pengalaman teman dan senior terdahulu bahwa untuk mengajukan judul kepada ketua departemen jarang bisa disetujui jika masih sekali tatap muka, adapun yang mahasiswa/i acc pada pertemuan pertama dengan beliau bisa dihitung jumlahnya), penolakan pertama yang diterima oleh penulis tidak membuat penulis menyerah, penulis selalu berusaha mempelajari judul tersebut dan mencari literatur tambahan. Pertemuan kedua, penulis tetap mendapat jawaban ponalakan, penolakan terjadi karena beliau kurang puas dengan literatur atau referensi yang dipersiapkan oleh penulis. Penolakan kedua yang diterima penulis menimbulkan rasa kecewa, kekecewaan yang menyelimuti hati penulis tidak menghentikan semangat penulis untuk belajar dan mencari literatur yang banyak. Pada penolakan kedua, selama seminggu penulis fokus mencari literatur di perpustakaan UNIMED dan perpustakaan daerah Sumut. Diluar dari mahasiswa/i UNIMED harus mengurus daftar izin berupa kartu anggota sehingga penulis mengurus kartu anggota perpustakaan UNIMED yang dikenakan biaya sekitar Rp 10.500, namun

perpustakaan UNIMED tidak mengizinkan orang dari luar meminjam buku yang berada di perpustakaan. Berbeda dengan Perpustakaan Daerah SUMUT, perpustakaan ini mengizinkan masyarakat umum meminjam buku yang ada di dalam perpustakaan dengan mengurus formulir pendaftaran anggota perpustakaan daerah SUMUT, pengurusan formulir pendaftaran tidak dikenakan biaya sama sekali (gratis). Selama beberapa hari penulis mengunjungi perpustakaan daerah Sumut karena didalam perpustakaan ini memiliki sejumlah koleksi buku yang berhubungan dengan judul tulisan yang diangkat oleh penulis. Sementara Perpustakaan UNIMED tidak menyediakan literatur buku-buku yang dibutuhkan penulis, sehingga penulis mengunjungi perpustakaan ini hanya sebanyak dua kali.

Seminggu kemudian, penulis membentuk pertemuan ketiga, penulis memaparkan sejumlah teori dan konsep kepada ketua departemen. Pemaparan yang diberikan penulis mungkin dikategorikan “cukup” bagi pemula, sehingga tanpa disadari penulis mendapatkan jawaban “terima”, ditambah lagi dosen pembimbing penulis yang disarankan oleh penulis di acc oleh ketua departeman, kesenangan yang diterima penulis berlipat ganda.

Secara kronologi biasanya setelah judul disetujui oleh pihak departemen maka mahasiswa/i akan mengurus surat lapangan. Dengan demikian penulis mempersiapkan berkas-berkas yang berhubungan dengan pengurusan surat lapangan, persiapan membuat berkas-berkas tidak memakan waktu yang banyak, namun berdasarkan bincang-bincang penulis dengan teman lainnya bahwa surat lapangan

dengan pihak/instansi tertentu oleh karena itu penulis memutuskan tidak mengurus surat izin lapangan, sebab lokasi penelitian penulis tidak membutuhkannya dan semua orang bisa memasuki lokasi penelitian tersebut dan yang dibutuhkan ketika berada di lokasi penelitian bukanlah surat izin lapangan melainkan keahlian dan kepiawaian penulis menjalin rapport dengan anak-anak yang bermain disekitar lokasi penelitian.

Lokasi penelitian penulis tidak jauh dari tempat tinggal, hanya memakan waktu sekitar lima menit dengan berjalan kaki dan memakan waktu sekitar dua menit dengan menggunakan kendaraan. Lokasi penelitian ini sudah dikenal oleh penulis kurang lebih empat tahun sehingga penulis mudah mengenali lingkungannya, namun untuk mengenali aktor belum pernah dilakukan oleh penulis sebelumnya dan penulis akan memulainya dalam penulisan skripsi ini.

Penelitian lapangan yang pertama sekali dilakukan penulis pada hari Senin tanggal 18 April 2016, penulis melakukan penelitian lapangan pada sore hari karena disore hari anak-anak biasanya bermain. Kesan pertama yang dirasakan penulis ketika memasuki lapangan adalah “perasaan kecewa”. Penulis menemui anak-anak bermain layang-layang sebanyak empat orang dan yang lainnya merokok serta memanjat pohon kelapa. Sebelum mendekati dan mengajak anak-anak mengobrol, penulis terlebih dahulu mengamati lingkungan sekitar dan gerak-gerik anak dalam bermain-main. Sesaat penulis menghampiri anak-anak bermain layang-layang, mereka menjauh dari penulis, mereka menduga penulis adalah “seorang penuculik anak”, ketika penulis mendekat kepada mereka maka mereka akan menjauh, situasi ini

terjadi selama beberapa jam. Keadaan ini membuat penulis kesusahan untuk menjalin hubungan yang baik dengan mereka.

Sebenarnya ketika itu penulis ingin pulang, namun penulis lebih memilih diam dan kembali mengamati mereka. Penulis kembali duduk ditempat semula yang berada didekat pohon kelapa dengan memperhatikan anak-anak memanjat kelapa dan bermain layang-layang. Ketika penulis mengalami kesulitan mendekati anak-anak yang bermain layang-layang maka penulis beralih mendekati anak-anak yang memanjat pohon kelapa. Pertama sekali penulis mengobrol dengan anak-anak yang memanjat pohon kelapa, permulaan wawancara yang dilakukan penulis belum terlalu mendalam. Diawali dengan pertanyaan-pertanyaan kecil namun karena sejumlah pertanyaan yang dilontarkan oleh penulis bagi mereka tergolong cukup banyak, maka mereka (anak-anak) menanyakan maksud dan tujuan dari sejumlah pertanyaan tersebut.

Awalnya penulis tidak ingin memberitahu maksud sebenarnya, namun setelah penuh pertimbangan jika penulis tidak membertitahu maksud dari pertanyaan tersebut maka penulis akan mengalami kesulitan menjalin hubungan dengan mereka sehingga data yang diharapkan penulis tidak bisa rampung. Secara spontan penulis memberikan alasan bahwa sejumlah pertanyaan ini hanya sebatas tugas kuliah, penulis menjelaskan kepada mereka bagaimana tugas tersebut. Dengan penjelasan yang diberikan penulis, mereka menerima penulis sebagai bagian dari permainan mereka.

Awal wawancara penulis belum membawa alat rekam atau alat dokumentasi tetapi penulis hanya membawa kertas dan pensil. Selama wawancara penulis belum melakukan penulisan, penulis lebih baik mengobrol dan berbincang biasa dengan mereka. Perlahan penulis meminta izin dari anak-anak untuk melakukan wawancara dua hari kemudian dengan membawa alat dokumentasi dan catatan kecil, hal ini disetujui oleh anak-anak. Selesainya penulis mengobrol dengan anak-anak yang memanjat pohon kelapa, penulis menghampiri kembali anak-anak yang bermain layang-layang, sama seperti kesan pertama mereka selalu menjauh. Ketika penulis mengajak mengobrol mereka hanya diam dan tertawa, jawaban inilah yang diperoleh oleh penulis ketika mengobrol dengan mereka. Namun penulis tidak menyerah, penulis selalu menghampirinya dan mendekatinya kembali, ketepatan saat itu layang-layang mereka sangkut diatas pohon, penulis dengan cepat mengambil kesempatan ini, dengan membantu mereka mengambil layang-layang yang menyangkut di atas pohon. Selama proses pengambilan layang-layang yang sangkut diatas pohon, penulis mencoba berkomunikasi dengan mereka namun penulis tetap mendapat jawaban “diam dan senyum”, kalau penulis mengajukan pertanyaan mereka hanya diam dan jika penulis mengungkapkan kalimat-kalimat humoris mereka hanya tersenyum. Keadaan ini membuat penulis merasa kurang berhasil pada penelitian lapangan pertama.

Hari sudah mulai gelap, jumlah anak-anak yang bermain menjadi lebih sedikit, untuk mengakhiri penelitian lapangan hari itu, penulis menjanjikan akan memberikan layang-layang yang baru kepada anak tersebut, namun tampaknya ekspresi wajahnya

biasa, tampak ketidakyakinan terhadap janji penulis. Hal ini dilakukan penulis, agar dapat menjalin hubungan yang baik dengan mereka, hubungan yang baik akan menciptakan proses komunikasi yang baik, penulis harus rela mengorbankan beberapa materi untuk menjalin komunikasi yang baik.

Keesokan harinya, sebelum pergi untuk melakukan penelitian lapangan yang kedua kalinya, penulis mulai mempersiapkan alat-alat penelitian seperti alat dokumentasi berupa handphone, camera digital, kertas, pulpen dan tidak lupa penulis memenuhi janji yang sebelumnya diberikan kepada anak-anak yaitu membawakan layang-layang, layang-layang yang dipersiapkan penulis sebanyak dua buah, harga layang-layang masing-masing Rp 1.000,-. Penulis perlahan-lahan menuju lokasi penelitian yaitu lapangan sepak bola, di lapangan penulis menemukan sejumlah anak-anak yang bermain layang-layang. Penulis tidak menemukan anak-anak yang mengalami “layang-layang yang sangkut kemarin” sehingga penulis memberikan layang-layang kepada anak lainnya, pemberian layang-layang kepada seorang anak, menimbulkan kecemburuan sosial kepada anak lain sehingga mereka meminta penulis untuk membelikannya kepada mereka.

Mereka ingin mendapatkan layang-layang secara gratis dari penulis, karena jumlah layang-layang yang tersisa tinggal satu buah maka saya mengumpulkan mereka dengan membentuk FGD (Focus Group Discussion), mereka terdiri dari beberapa orang (mereka duduk dilapangan dengan membentuk setengah lingkaran dan penulis duduk dikursi lapangan, sehingga setiap anak bisa melihat penulis),

cukup membantu tulisan penulis. Selama proses komunikasi yang terjadi berlangsung, penulis tidak lupa menyediakan alat rekam, FGD yang terbentuk terjadi selama sepuluh menit, mereka tampak bosan dengan sejumlah pertanyaan yang diberikan, keadaan ini membuat penulis mengalami kesulitan akhirnya penulis mengakhiri FGD dan memberikan layang-layang kepada anak yang memberikan jawaban yang memuaskan. Penulis tidak lupa memberikan saran, agar mereka bisa datang esok hari kembali, penulis kembali berjanji membawa layang-layang dan permen kepada mereka.

Pembentukan FGD selama proses pengambilan data dikategorikan kurang berhasil, sehingga penulis kembali memikirkan kembali cara yang baik untuk berkomunikasi dengan mereka. Selesainya FGD saya membujuk salah seorang anak untuk berkomunikasi, awalnya dia tidak ingin namun setelah menjelaskan mengapa penulis melakukan ini maka hatinya tergerak untuk melakukan komunikasi dengan penulis. Beberapa anak yang ingin diwawancarai oleh penulis, sebelum memulai wawancara dengan mereka, penulis terlebih dahulu menjelaskan kepada mereka maksud dan tujuan penulis melakukan hal tersebut. Beberapa anak yang diwawancarai oleh penulis pada hari kedua, sudah memiliki hubungan dengan penulis.

Beberapa hari penulis melakukan proses wawancara dengan mereka, selama proses berlangsungnya wawanancara kesulitan yang dialami oleh penulis yaitu pertama harus menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak-anak, satu pertanyaan kadang pengucapannya dua hingga empat kali. Kedua jika anak yang

diajak bicara merasakan badmood maka penulis harus bersabar membujuk mereka. Ketiga mereka bermain tidak hanya di tempat tersebut, kadang mereka bergerak kesana-kemari sehingga penulis mengikuti mereka, akhirnya selama mengobrol penulis bergerak kesana-kemari hal ini membuat penulis mengalami kesulitan untuk mencatatnya dan tidak lupa penulis selalu menyediakan alat rekam. Keempat diawal hubungan, penulis selalu menyediakan hadiah bagi beberapa anak-anak sehingga selesai proses mengobrol anak tersebut mengharapkan beberapa hadiah berupa permen, layang-layang bagi mereka, jika ini berlangsung terus-menerus maka akan merogoh kantong penulis. Kelima lapangan dipenuhi dengan lalang/rumput yang tajam sehingga terluka dan gatal-gatal pada kulit menjadi lebih rentan. Selama melakukan wawancara, penulis mengalami beberapa kecelakaan kecil berupa goresan dikulit kaki dan gatal-gatal.

Setiap kali penulis melakukan wawancara, malam harinya penulis melakukan pemindahan data ke bentuk atau format yang lebih bagus dengan kalimat yang rampung dan mudah dimengerti. Jika penulis melakukan wawancara pada sore hari maka malam harinya penulis memindahkan hasil catatan dan hasil rekaman kedalam bentuk narasi yang mudah dimengerti dan pemindahan dilakukan dengan cepat oleh penulis untuk menghindari beberapa data yang mungkin akan terlupakan. Sehingga dalam penyususan tulisan ini penulis bisa melihat bentuk narasi yang lebih dengan demikian proses penyusunan tulisan ini bisa lebih mudah dilakukan.

menyebarkan kuisoner”, sebelum penulis kelapangan maka penulis menyebarkan kuisoner kepada pihak-pihak yang dikenal oleh penulis seperti teman kuliah, temam kos dan sebagainya, penulis menyebarkan kuisoner sebanyak 30 buah, dan kuisoner yang kembali sekitar 25 buah. Kuisoner yang berjumlah 25 buah yang dikumpulkan penulis, berisi jawaban-jawaban dari responden. Jawaban dari kuisoner tersebut tidak sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat penulis, penulis merasakan bahwa jawaban dari responden kurang memuaskan, ditambah lagi dengan responden memberikan jawaban dengan sembarangan sehingga penulis memutuskan untuk tidak menggunakan kuisoner. Kuisoner yang tersisa di kos-kosan dibuang, akhirnya penulis memutuskan untuk terjun kelapangan dan melakukan wawancara dengan anak-anak. Kejadian ini memberikan pelajaran dan pemahaman kepada penulis, bahwa terdapat perbedaan dalam pengumpulan data dengan menyebarkan kuisoner dan wawancara mendalam. Sehingga matakuliah Metode Penelitan Antropologi yang didapatkan di bangku kuliah, dapat dimengerti oleh penulis serta materi yang dimuat dalam buku Spradley dapat dirasakan penulis ketika melakukan proses wawancara dilapangan secara langsung.

Anak-anak yang diajak mengobrol berasal dari kategori usia, agama suku bangsa yang berbeda-beda. Perbedaan yang terjadi antara penulis dengan anak-anak tidak membuat penulis mengalamai kegagalan dalam pengumpulan data tulisan. Satu hal yang diperlukan penulis ketika menghadapi anak-anak adalah “kesabaran”. Kesabaran adalah modal utama yang harus dimiliki seseorang ketika berhadapan

dengan anak-anak, jika penulis tidak sabar dengan perlakukan dengan anak-anak maka mereka tidak akan menjalin komunikasi yang baik dengan penulis.

Penulis tidak hanya mewawancarai anak-anak dilapangan bola, melainkan di dalam rumah mereka. Anak-anak yang sering diwawancarai oleh penulis di rumah mayoritas adalah anak perempuan. Biasanya anak-anak perempuan hanya bermain di dalam, depan, halaman rumah, untuk wawancara yang dilakukan dirumah penulis harus mendapatkan izin dari orangtua mereka, sehingga diawal penulis harus menjelaskan kepada orangtua mereka mengenai maksud dan tujuan penulis ikut bermain dengan mereka dan berkomunikasi dengan mereka. Sebagian besar orangtua mereka mengizinkan penulis untuk bermain dengan anak mereka. Orangtua mereka berharap selama proses bermain dengan anak-anaknya, penulis bisa menjaga mereka dan menghindarkan mereka dari kecelakaan-kecelakaan yang kecil, seperti terjatuh ketika bermain, bertengkar dengan teman lain saat bermain dan sebagainya.

Jika dibandingkan dengan melakukan wawancara di lapangan bola dengan di depan rumah, penulis lebih banyak mengalam rintangan di depan rumah, karena penulis harus menjaga perilaku dan perkataan pernulis di depan orangtua mereka, sifat kaku yang dirasakan penulis seringkali terjadi jika penulis ikut serta bermain dengan anak-anak perempuan. Proses pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis kurang maksimal, namun keadaan ini tidak membuat sikap penulis canggung dalam bermain dengan anak-anak. Penulis setiap minggunya menghampiri mereka (anak perempuan) di rumah mereka.

Selama dua bulan lebih penulis melakukan wawancara dengan anak-anak, ketika penulis mendapatkan jawaban yang sama dari sejumlah pertanyaan yang diajukan maka hal itu menandakan penulis berhenti melakukan proses wawancara dengan anak-anak. Tidak terasa sudah dua bualn penulis bersama mereka, penulis memiliki kenangan yang mungkin tidak bisa didapatkan kembali oleh penulis, sehingga untuk mengakhiri proses wawancara, penulis memberitahu kepada anak-anak bahwa pada hari itulah, hari terakhir penulis bertemu dengan mereka.

Ungkapan kata hari terakhir membuat ekspresi wajah mereka berubah dan menunjukkan ekpsresi sedih yang seolah-olah tidak rela berpisah dengan penulis, penulis juga merasakan hal yang sama dengan mereka, kebersamaan dan canda-tawa yang telah terukir selama dua bulan bersama akan berakhir. Kedekatan penulis dengan informan bukan hanya sebatas hubungan dalam pencarian data, rapport yang sudah terhubung dan terjalin dalam sudah merubah posisi dan status kami, anak-anak menganggap penulis sebagai kakak dan penulis memiliki sifat mengayomi seperti kakak bagi mereka. Kehidupan sehari-hari penulis dengan informan (anak-anak) selalu terjalin dengan baik, ketika berpapasan dijalan penulis menyempatkan diri untuk mengobrol dengan mereka dan kadangkala mereka datang bermain ke kosan penulis.

Hubungan berawal dari mata kuliah skripsi yang mengharuskan membuat tulisan, tulisan permainan tradisional di perkotaan. Hubungan anak-anak dengan penulis berawal dari tulisan skripsi, sebelum penulis melakukan penulis ini, penulis hanya sebatas yang berasal dari pandangan penulis melalui penelitian lapangan yang

dilakukan penulis bisa mengerti dan mengetahui kegiatan anak. Selain anak-anak, terdapat juga orangtua sebanyak dua orang bersama dua orangtua yang sebagai informan penulis memiliki hubungan baik sehingga ketik bertemu dijalan penulis dengan informan bisa berbagi senyum untuk menyapa satu sama lainnya.

ABSTRAK

Herlina Sarulina Simanjuntak, 2016, Permainan Tradisional Anak-anak di Perkotaan (Studi Etnografi pada Masyarakat Kota Medan, Kecamatan Medan Baru). Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 121 Halaman, 2 Tabel, 17 Foto, Daftar Pustaka, Lampiran: Daftar Informan, Foto Penelitian.

Penelitian ini mengkaji tentang Permainan Tradisional Anak-anak di Perkotaan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh lingkungan perkotaan seperti kota Medan Baru yang memberi kesan bahwasanya anak-anak diperkotaan sudah banyak meninggalkan permainan tradisional dan memilih bermain dengan permainan modern, namun kenyataannya masih ditemukan beberapa anak yang masih menggandrungi permainan tradisional. Dalam ruang lingkup bermain, banyak ditemukan interaksi sosial antara anak-anak baik anak laki-laki dan anak perempuan, dengan pengamatan yang dilakukan maka ditemukan perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi dengan teknik observasi partisipatif dan wawancara mendalam, dimana penulis terjun langsung kelapangan dan ikut terlibat dalam bermain permainan tradisional anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai ketertarikan anak-anak Kecamatan Medan Baru bermain menggunakan permainan tradisional dan melihat bagaimana proses sosial yang timbul diantara mereka ketika bermain bersama di arena permainan.

Tujuan dari hasil penelitian ini memperlihatkanbagaimana ketertarikan anak-anak Kecamatan Medan Baru dalam bermain permainan tradisional dan proses sosial yang terjalin diantara mereka ketika mereka bermain di arena permainan. Di arena permainan banyak terlihat aktifitas-aktifitas anak dalam bermain dan bagaimana mereka memperlakukan teman nya. Mereka tidak memilih jeni permainan tradisional yang akan dimainkan, bagi anak-anak di Kecamatan Medan Baru sebagian besar permainan tradisional memberikan segudang manfaat.

PERMAINAN TRADISIONAL ANAK-ANAK DI PERKOTAAN