• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS PERMAINAN TRADISIONAL DI PERKOTAAN

4.10. Pewarisan Permainan Tradisional

Pertama sekali penulis melakukan penelitian lapangan di kelurahan Padang Bulan dan kelurahan Titi Rantai, penulis melihat permainan layang-layang yang berlangsung, pada hari kedua terjun lapangan penulis mendapati seorang ayah seorang anak mengajaran dan membantu anaknya menaikkan layang-layang, beberapa hari kemudian penulis juga menemukan seorang ayah dan anak yang berbeda beramin layang-layang dimana ayahnya mmebantu anaknya memasng tali teraju pada layang-layang dan setelah itu terdapat ayah dan anak yang berbeda dari sebelumnya bermain sepak bola bersama di lapangan sepak bola yang terdapat di kelurahan Titi Rantai dan Padang Bulan

Beberapa minggu di lapangan bola penulis mendapati ada anak bernama Zadiken (12 tahun) yang bisa membuat layang-layang dengan sendirinya, pengetahuan ini diperoleh dari ayahnya, dirumah ayahnya mengajarkan dia untuk membuat layang-layang tanpa harus membeli layang-layang di kedai, jika orangtua tidak bisa senantiasa mendampingi dan mengajarkan anak bermain permainan tradisonal setidaknya orangtua bisa memberikan pengetahuan kepada anaknya menbuat peralatan permainan tradisional tanpa harus membelinya. Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang diamati oleh penulis ada beberapa keluarga yang melakukan

pewarisan permainan tradisional kepada anaknya walaupun pewarisan ini tidak dilakukan secara terus-menerus.

Beberapa keluarga lainnya, seperti keluarga pak Perdana (43 tahun) dalam konteks permainan tradisonal, ia tidak mengambil andil dalam jenis permainan tradisional yang akan dimainkan anaknya. Beliau hanya melarang anaknya memainkan permainan modern, seperti komentarnya :

“Yang penting kusarankan orang itu bermain permainan tradisional, kalau untuk mengajari mereka gak sempatlah dek, kapan lagi cari uang, bapak cari penumpang dari jam 7 pagi dan pulang mau jam 8, aku pulang udah jumpaku belajar.”

Kesibukan beberapa orangtua dengan mencari nafkah tidak memiliki waktu bermain bersama bahkan mengajarkan anak bermain permaianan tradisional, dalam bermain orangtua memberikan saran jenis permainan yang baik dimainkan oleh anak-anaknya. Pewarisan terhadap permainan tradisional bukan hanya dilakukan oleh orangtua anak-anak, orang-orang terdahulu seperti kakak- abang bisa memberikan pewarisan kepada generasi dibawahnya. Melalui pewarisan yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu terhadap orang-orang selanjutnya maka permainan tradisional ini bisa diketahui oleh generasi-generasi selanjutnya.

BAB V

PERMAINAN TRADISIONAL ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN 5.1. Anak Laki-laki dan Anak Perempuan dalam Bermain

Berdasarkan jenis kelamin anak-anak dibagi menjadi dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Anak perempuan dan laki-laki-laki-laki secara lahiriah diciptakan berbeda satu sama lain, selain itu kontruksi budaya juga membentuk perbedaan sifat dan tingkah laku antara perempuan dan laki-laki. Pada umumnya perempuan digambarkan memiliki perilaku dan jiwa yang halus/lembut, sebaliknya laki-laki memiliki jiwa dan perilaku yang cenderung kasar.

Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan akan bermain, baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan. Hari-hari mereka selalu diisi dengan bermain, tetapi ada saat-saat tertentu mereka tidak bermain yaitu ketika mereka sedang sakit dan disuruh oleh kedua orangtua untuk bekerja. Di lingkungan desa perbedaan permainan anak perempuan dengan anak laki-laki tidak tergambar begitu jelas, di desa anak perempuan dan anak laki-laki dapat bermain dalam satu permainan dalam jangka waktu yang lama. Perbedaan ini akan tergambar jelas pada lingkungan perkotaan, anak perempuan dan anak laki-laki di perkotaan memiliki perbedaan, di perkotaan khususnya di daerah Kecamatan Medan Baru kelurahan Padang Bulan dan Titi Rantai, anak perempuan dan anak laki-laki jarang ditemukan dalam satu permainan, jika mereka (anak perempuan dan anak laki-laki) ditemukan dalam satu perempuan biasanya lamanya permainan yang dilakukan cukup singkat.

Perbedaan anak laki-laki dan perempuan dalam bermain menggunakan permainan tradisional di Kecamatan Medan Baru adalah sebagai berikut : Pertama, Tempat Permainan. Anak laki-laki di Kecamatan Medan Baru biasanya bermain di lapangan terbuka seperti di lapangan bola sedangkan anak perempuan di depan rumah. Anak perempuan yang bermain di lapangan bola jarang ditemukan, jika mereka bermain jumlah mereka sedikit dan tidak sebanding dengan jumlah laki-laki. Kedua, Jenis permainan. Anak perempuan cenderung lebih suka permainan yang tidak membutuhkan tenaga yang besar dan permainan yang kasar, seperti permainan boneka-bonekan/anak-anakan, masak-masakan, sedangkan anak laki-laki kurang menyukai permainan yang hanya bisa bergerak bebas seperti permainan sepak bola, permainan memanjat kelapa, permainan layang-layang.

Ketiga, Respon terhadap kecelakaan saat bermain. Biasanya jika anak perempuan mengalami kecelakaan saat bermain mereka akan mudah menetesan air mata sedangkan anak laki-laki ketika mengalami kecelakaan saat bermain mereka menanggapinya dengan biasanya (jika anak laki-laki menangis saat mengalami kecelakaan biasanya mereka akan diejek teman laki-laki yang lainnya dan mengatakan “seperti perempuan tukang nangis”) seperti yang diungkapkan oleh Fikri (12 tahun) :

“Kalau jatuh paling kebawah kak, rasanya sakit kemudian diobati dan gak pernah sampai nangislah kak, macam perempuan aja kalau nangis”. Berbeda dengan ungkapan Anyea (13 tahun) :

Keempat, Peralatan bermain. Anak perempuan biasanya memiliki peralatan bermain yang lebih terawat dibanding denan peralatan bermain laki-laki (ketika bermain sepeda di lapangan, penulis mengamati bahwasanya sepeda anak perempuan lebih bersih dibanding sepeda anak laki-laki) serta anak perempuan cenderung lebih pelit untuk meminjamkan peralatan bermainnya dibandingkan dengan laki-laki. Kelima, Waktu bermain. Anak perempuan bermain membutuhkan waktu yang singkat atau tidak selama dengan anak laki-laki. Di lapangan bola anak laki-laki memiliki waktu bermain yang digunakan lebih lama, terkadang jika mereka bosan bermain sepak bola di lapangan mereka melanjutkan bermain memanjat kelapa.

Keenam, Cara dan perilaku bermain. Anak perempuan bermain dengan temannya dengan perilaku yang sewajarnya dan mereka tidak pernah mau mengganggu ketenangan teman perempuan lainnya. Berbeda dengan laki-laki, perilaku bermain laki-laki tarlihat kasar kadangkala mereka mau mencelakakan teman-temannya (mencelakakan dalam konteks bermain seperti menjatuhkan teman saat menaiki pohon kelapa, melempar bola kepada teman dan sebagainya). Ketujuh, Pakaian bermain. Setelah selesai bermain pakaian anak laki-laki biasanya lebih kotor dan tidak terlihat rapi karena mereka bermain dengan sembarangan dan mereka kurang memperhatikan dan merawat kebersihan ketika permainan berlangsung berbeda dengan anak perempuan, selama proses berlangsungnya permainan dan sampai habisnya permainan, pakaian mereka tetap terjaga/tetap bersih. Kedelapan, Pertengkaran. Dalam bermain anak-anak tidak pernah lepas dari pertengakaran, jika

jarang menggunakan kekerasan fisik, hal ini seperti diungkapkan oleh Anyea (13 tahun) :

“Terus bertengkar kak, tapi hanya sekedar celoteh mulut aja kok”.

berbeda dengan anak laki-laki, saat mereka bertengkar mereka langsung menggunakan kekerasan fisik.

Perbedaan-perbedaan yang telah diuraikan diatas dapat dimuat dalam bentuk matrik atau tabel :

Tabel 3 : Perbedaan Anak Laki-laki dan Anak Perempuan NO Hal Pembeda Anak Laki-laki Anak Perempuan 1. Tempat Bermain Di lapangan terbuka

(lapangan bola) Di dalam, halaman rumah 2. Jenis Permainan Permainan yang membutuhkan gerakan yang bebas seperti memanjat pohon kelapa, permainan layang-layang dsb

Permainan yang membutuhkan gerakan yang sedikit seperti bonekaan, masak-masakan dsb 3. Respon Kecelakaan Merasa sakit dengan

ekspresi wajah sakit.

Merasa sakit dengan ekspresi wajah menangis 4. Peralatan Bermain Kurang terawat dan

jumlah sedikit

Lebih terawat dan bersih dengan jumlah banyak 5. Waktu Bermain Rentang waktu yang

digunakan lebih lama

Rentang waktu yang digunakan lebih singkat 6. Cara dan Perilaku

Bermain

Bermain kasar dan sedikit jail

Bermain sewajarnya dan menjaga ketenangan masing-masing pemain. 7. Pakaian dalam

Bermain

Kurang rapi dan lebih kotor

Pakaian lebih bersih dan rapi

8. Pertengkaran Cakap kotor dan adu

Masih banyak lagi perbedaan-perebedaan anak perempuan dan anak laki-laki dalam bermain permainan tradisional, namun penulis menemukan sembilan perbedaan yang mencolok. Perbedaan-perbedaan yang ada diantara anak laki-laki dan perempuan tidak membuat mereka menjauh satu sama lain, mereka memiliki jarak hanya dalam konteks permainan, namun jika dalam konteks lainnya seperti di sekolah mereka tetap berkomunikasi seperti biasanya.