• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistik (utuh).

Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Sugiyono (2005: 15) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan pada kondisi untuk meneliti objek yang alamiah, peneliti adalah sebgai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Creswell (2010: 352) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah alat untuk memaparkan dan memahami makna yang berasal dari individu dan kelompok mengenai masalah sosial atau masalah individu. Proses penelitian melibatkan pertanyaan dan prosedur yang sudah muncul yakni dengan mengumpulkan data menurut setting partisipian,

menganalisis data secara induktif, mengelola data dari yang spesifik menjadi tema umum dan membuat penafsiran mengenai makna di balik data.

Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena pendekatan ini dianggap tepat untuk meneliti secara mendalam rangkaian peristiwa kehidupan seseorang dan juga berusaha mengungkapkan persepsi dan perasaan yang digunakan untuk kasus yang sedikit. Berkaitan dengan kasus yang akan diteliti, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang model komunikasi terapeutik dalam pendampingan anak korban kekerasan.

3.1.1. Metode Penelitian Studi Kasus

Menjawab permasalahan dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan penelitian kualitatif dengan penggunaan metode studi kasus. Stake dalam Creswell (2010:20) menyatakan bahwa studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Menurut Mulyana (2003:201) studi kasus merupakan uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek dari seorang individu, suatu kelompok, organisasi, program atau situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti, selain itu juga peneliti mempelajari semaksimal mungkin subjek penelitian dengan tujuan untuk

memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti.

Kriyantono (2012: 66) menjelaskan bahwa studi kasus mempunyai ciri-ciri antara lain: partikularistik, artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu; deskriptif, artinya hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti; heuristik, artinya metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti, interpretasi baru, perspektif baru, makna baru merupakan tujuan dari studi kasus; induktif, artinya studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori.

Yin (2009) membagi penelitian studi kasus secara umum menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penelitian studi kasus dengan menggunakan kasus tunggal dan jamak/

banyak. Disamping itu, ia juga mengelompokkannya berdasarkan jumlah unit analisisnya, yaitu penelitian studi kasus holistik (holistic) yang menggunakan satu unit analisis dan penelitian studi kasus terpancang (embedded) yang menggunakan beberapa atau banyak unit analisis. Penelitian studi kasus disebut terpancang (embedded), karena terikat (terpancang) pada unit-unit analisisnya yang telah ditentukan. Unit analisis itu sendiri dibutuhkan untuk lebih memfokuskan penelitian pada maksud dan tujuannya. Penentuan unit analisis ditentukan melalui kajian teori. Sementara itu, pada penelitian studi kasus holistik, penelitian dilakukan lebih bebas dan terfokus pada kasus yang diteliti dan tidak terikat pada unit analisis, karena unit analisisnya menyatu dalam kasusnya itu sendiri.

Gambar 4.1. Jenis-jenis Penelitian Studi Kasus Menurut Yin (2009)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat 4 (empat) jenis penelitian studi kasus, penelitian studi kasus tunggal holistik (holistic single-case study) adalah penelitian yang menempatkan sebuah kasus sebagai fokus dari penelitian.Sementara itu, perbedaan antara penelitian studi kasus holistik dan terpancang adalah pada jumlah unit analisis yang digunakan. Pada jenis yang pertama, jumlah unit analisis yang digunakan pada umumnya hanya satu atau bahkan sama sekali unit analisisnya tidak dapat dijelaskan, karena terintegrasi dengan kasusnya. Dalam penelitian studi kasus yang demikian, unit analisis tidak dapat ditentukan karena kasus tersebut juga sekaligus merupakan unit analisis dari penelitian.

Sedangkan jenis yang kedua, penelitian studi kasus terpancang memiliki unit analisis lebih dari satu. Hal ini dapat terjadi karena didasari oleh hasil kajian teori yang menuntut adanya lebih dari satu unit analisis. Tuntutan penggunaan lebih dari satu unit analisis biasanya disebabkan oleh tujuan penelitian yang ingin menjelaskan hubungan secara komprehensif dan detail setiap bagian dari kasus

Multiple-case

secara lebih mendalam. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa semakin banyak jenis unit analisis yang digunakan, sifat alamiah penelitian akan semakin kabur, karena cenderung menjadi penelitian yang terikat pada keberadaan unit analisisnya.

Selanjutnya penelitian kasus jamak. Pada dasarnya, penelitian studi kasus jamak adalah penelitian yang menggunakan lebih dari satu kasus. Penggunaan jumlah kasus lebih dari satu pada penelitian studi kasus pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih detail, sehingga diskripsi hasil penelitian menjadi semakin jelas dan terperinci. Hal ini juga didorong oleh keinginan untuk mengeneralisasi konsep atau teori yang dihasilkan. Dengan kata lain, penggunaan jumlah kasus yang banyak dimaksudkan untuk menutupi kelemahan yang terdapat pada penggunaan kasus tunggal, yang dianggap tidak dapat digeneralisasikan.

penelitian studi kasus terpancang sebenarnya menunjukkan bahwa penelitian studi kasus dapat diarahkan pada fokus tertentu, sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, yaitu dengan menggunakan unit analisis. Jadi, unit analisis sebenarnya merupakan bentuk upaya dari pengarahan penelitian studi kasus tersebut. Unit analisis itu ditentukan melalui kajian teori. Dengan demikian, penelitian studi kasus terpancang merupakan penelitian studi kasus yang menggunakan paradigma positivistik.

Jika melihat jenis penelitian di atas, penelitian ini merupakan penelitian studi kasus terpancang dengan single case design. Terpancang artinya memiliki unit analisis lebih dari satu. Hal ini dapat terjadi karena didasari oleh hasil kajian teori yang menuntut adanya lebih dari satu unit analisis. Dalam penelitian ini peneliti melihat tahapan, faktor pendukung dan penghambat serta model

komunikasi terapeutik yang lebih dari satu unit analisi namun dilaksanakan pada satu lokasi yaitu di P2TP2A Provinsi Aceh. Peneliti menggunakan metode studi kasus dengan alasan-alasan sebagaimana yang dikemukakan oleh Bungin (dalam Herdiyansyah, 2012: 79) yaitu:

1). Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antarvariabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas;

2). Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif, peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya;

3). Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.