• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian bertema transmigrasi sebagai pembentuk formasi sosial kapitalis di daerah tujuan menggunakan metode kualitatif untuk menggali data yang bersifat subyektif dan historis serta sebagai panduan mencari responden (petani pemilik modal, petani pemilik-penggarap, penyuluh, dan petugas teknis yang terlibat dalam proyek transmigrasi dan pemerintah daerah). Penggunaan metode kualitatif ini berguna untuk melihat secara detail dan mendalam pembentukan formasi sosial komunitas transmigran. Sementara itu, strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu proses pengkajian dan pengumpulan data secara mendalam dan detail seputar kejadian khusus sebagai “kasus” yang dipilih (Neuman 1994; Nisbet dan Watt 1994). Strategi studi kasus diterapkan pada komunitas transmigran sesuai keterwakilannya dalam permasalahan teoritis, yaitu infrastruktur Wanaraya (alam, teknologi, dan modal/ekonomi) menyebabkan perubahan moda produksi dari berlangsungnya usaha produksi dan selanjutnya menentukan formasi sosial komunitas transmigran.

Pemilihan strategi studi kasus yang diterapkan pada komunitas transmigran untuk menelaah secara mendalam ciri khas komunitas transmigran, kekuatan produksi, hubungan produksi yang mencerminkan relasi sosial, dan perubahan organisasi produksi dan orientasi nilai, kemudian menganalisisnya sebagai kesatuan komunitas transmigran (Arensberg dan Kimball 1972). Sedangkan untuk menelaah pembentukan formasi sosial komunitas transmigran di Wanaraya, peneliti melihat empat hal, yaitu: (1) moda produksi yang berlangsung dengan menggali informasi dari petani pemilik modal, petani pemilik-penggarap, penyuluh, petugas teknis, keluarga petani, dan pejabat setempat di Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala; (2) tahap atau proses produksi dengan menggali informasi dari petani pemilik modal, dan petani pemilik-penggarap; (3) komunitas transmigran dengan melihat perubahan yang terjadi di tingkat rumah tangga atau keluarga komunitas transmigran; dan (4) perubahan desa dengan menggali informasi dari tokoh-tokoh masyarakat. Sementara itu, studi historis

dimaksudkan untuk memahami kejadian-kejadian yang terjadi sesuai dengan urutan sejarahnya (Eggan 1952 dan Anskersnit 1987).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian formasi sosial komunitas transmigran dilaksanakan dalam dua tahap penelitian, yaitu: (1) pra-penelitian, dengan melakukan kunjungan lapangan dimana penelitian dilaksanakan, yaitu masing-masing pada tanggal 28–30 Agustus 2004 dan 17–18 September 2004. Tahap ini bertujuan untuk melihat berlangsungnya berbagai usaha produksi sebagai cerminan moda produksi yang dilakukan oleh komunitas transmigran Wanaraya; dan (2) penelitian lapangan yang dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2005 berlokasi di Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan.

Berkaitan dengan lokasi penelitian tersebut dan definisi komunitas yang digunakan dalam penelitian ini, maka dari 13 desa yang berada di Wanaraya ditetapkan 5 desa yang menjadi fokus penelitian, yaitu: Sidomulyo, Kolam Makmur, Kolam Kanan, Babat Raya, dan Roham Raya (Gambar 4).

Penetapan lima desa di Wanaraya sebagai lokasi penelitian yang telah dilaksanakan didasarkan atas kepentingan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga tercapainya tujuan penelitian. Adapun pertanyaan umum sebagai permasalahan penelitian yang diajukan dan fokus desa yang diamati dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Fokus Desa yang Diamati Sehubungan dengan Pertanyaan Penelitian.

No. Pertanyaan Penelitian Fokus Desa yang Diamati

1. Bagaimana proses berlangsungnya kontradiksi antara alam (kondisi fisik) dengan teknologi dan modal sehingga mempengaruhi sistem sosial komunitas transmigran?

Sidomulyo, Kolam Kanan, dan Babat Raya.

2. Bagaimana proses teralienasinya kelas sosial terendah dalam penguasaan faktor-faktor produksi di komunitas

transmigran?

Sidomulyo dan Kolam Kanan.

3. Bagaimana berlangsungnya moda produksi komunitas transmigran di Wanaraya?

Sidomulyo, Kolam Kanan, Kolam Makmur, dan Babat Raya.

4. Bagaimana terjadinya perubahan organisasi produksi yang kemudian mampu menggerakkan suprastruktur (nilai atau norma/aturan)?

Sidomulyo, Kolam Kanan, Kolam Makmur, Babat Raya, dan Roham Raya.

Selain itu, pemilihan lokasi (desa) penelitian sebagai kasus didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu: (1) kedekatan jarak desa komunitas lokal dengan komunitas transmigran untuk kepentingan menjawab dimensi sejarah komunitas; (2) empat desa yang didominasi oleh komunitas transmigran (Kolam Kanan, Kolam Makmur, Sidomulyo, dan Babat Raya) merupakan desa sasaran masuknya berbagai teknologi sehingga memunginkan peneliti untuk menelusuri sejauhmana pengaruh teknologi terhadap pembentukan formasi sosial; dan (3) pengalaman peneliti melakukan beberapa kegiatan di komunitas tersebut yang mengakibatkan peneliti mengenal responden dan informan secara dekat, sehingga dimungkinkan tingkat kedalaman, validitas dan reliabitas data dapat tinggi (Sitorus 1998).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam, penelusuran dokumen, dan studi riwayat hidup yang merupakan pengalaman kehidupan individu tertentu sebagai warga masyarakat yang diteliti (Denzin 1989).

Dari teknik pengumpulan data tersebut, penulis mengharapkan terkumpulnya dua jenis kelompok data, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa data statistik dan survei, meliputi: karakteristik kependudukan, pertanian, peternakan, industri dan jasa di Wanaraya yang diperoleh dari Sensus Penduduk, Sensus Pertanian, dokumen Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Kuala, dan dokumen pemerintah Kecamatan Wanaraya. Sedangkan data primer berupa wawancara mendalam yang diperoleh dari responden sebagai pemberi keterangan tentang dirinya sendiri dan informan sebagai pemberi keterangan tentang orang lain (lihat Tabel 4) dengan menggunakan teknik bola salju (Agusta 1997).

Wawancara mendalam yang diperoleh dari responden dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman tentang hipotesa pengarah penelitian dan riwayat hidup lengkap dari subyek penelitian. Riwayat hidup yang akan dilihat mencakup: (1) riwayat hidup rumah tangga, meliputi: kekuatan produksi, hubungan produksi, dan suprastruktur (agama dan norma/aturan); dan (2) sejarah komunitas transmigran menyangkut organisasi produksi, sistem sosial-budaya, struktur kerja dalam moda produksi, dan pembentukan formasi sosial komunitas transmigran di Wanaraya. Riwayat hidup juga digunakan untuk menelusuri latar belakang sosial keluarga komunitas transmigran terhadap pilihan usaha produksi serta berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Selain itu, peneliti juga berpartisipasi dan mengamati kegiatan produksi sehari-hari responden dan informan (Castley dan Kumar 1988; Mulder 1984), serta menanyakan arti kegiatan yang dilakukan menurut responden dan informan tersebut.

Tabel 4. Fokus Pengamatan dan Teknik Pengumpulan Data. Fokus Pengamatan (Unit)

Nama Status Sist.

Produksi

Proses Produksi

Komunitas

Transmigran*) Sejarah Desa

Teknik**)

Suyud S. Responden Camat

Wanaraya

WM

Muhni Informan Mantan

Pamong desa

WM, PB

Sa’ad Responden Tokoh

masyarakat

RH, WM

Sumadi Responden Pembekal desa WM

Arjo K. Responden RT WM Marsinah Responden RT RH, WM Jumari Responden RT WM Anwar H. Responden RT WM Sunarno Responden RT WM

Rakimin Responden Petani

pemilik-penggarap

RH, PB,

WM

Nono Responden Petani

pemilik modal

RH, WM

Supyiah Responden Petani

pemilik-penggarap

RH, PB,

WM

Suharto Responden Petani

pemilik-penggarap

RH, WM

Panji S. Informan Petugas

teknis pet.

WM, PB

Haryono Responden Pegawai

BPP

WM

Harnadir Responden Mantan

petugas proy. Pet.

WM

Keterangan: *) RT = Rumat Tangga; **) WM = Wawancara Mendalam; RH = Riwayat Hidup; dan PB = Pengamatan Berpartisipasi.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, yaitu metode analisis data kualitatif. Dari data primer dan data sekunder yang terkumpul26, selanjutnya dilakukan pengkodean ke dalam beberapa topik terdiri dari: (1) perubahan moda produksi; (2) moda produksi di komunitas transmigran Wanaraya, meliputi: kekuatan produksi (penguasaan tanah, teknologi, distribusi tenaga kerja, dan pengalaman bertani), dan hubungan produksi (batas sosial produksi, struktur hubungan produksi, dan sifat hubungan produksi); (3) perubahan organisasi produksi komunitas transmigran; (4) perubahan orientasi ajaran dan norma atau aturan; dan (5) dampak sosial yang terjadi akibat penetrasi faktor-faktor produksi.

Selain itu pula, data primer dan data sekunder dianalisis dengan menelaah keseluruhan data yang tersedia. Untuk kejadian sosial disusun menurut urutan sejarahnya untuk menentukan hubungan antar faktor dalam pembentukan formasi sosial komunitas transmigran (Marshall dan Rossman 1989; Miles dan Huberman 1992) sebagai bagian penting yang membangun hipotesis di lapangan. Selanjutnya, urutan sejarah kejadian dimanfaatkan untuk membuat matriks perbandingan (mencari persamaan dan perbedaan) munculnya kejadian tertentu sebagai akibat dan kejadian lainnya sebagai sebab (Agusta 1997).

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis, masuknya berbagai teknologi sebagai akibat terjadinya perubahan pola produksi, hubungan produksi, dan suprastruktur komunitas transmigran di Wanaraya yang secara keseluruhan dikatakan sebagai faktor-faktor pembentuk formasi sosial komunitas transmigran. Setelah didapatkan akibat-sebab dari suatu kejadian kemudian dibandingkan dengan dugaan hubungan antar topik menurut hipotesis atau kerangka teori yang kemudian ditarik kesimpulan tentang hubungan kejadian-kejadian sosial tersebut (Schwandt 1996).

Penarikan kesimpulan awalnya bersifat sementara yang selanjutnya didiskusikan dengan responden, informan dan pembimbing tesis (Creswell 1994). Kesimpulan sementara tersebut, kemudian didiskusikan kembali kepada

26

Data yang terkumpul tetap mengacu pada topik penelitian, yaitu transmigrasi sebagai pembentuk formasi sosial kapitalis di daerah tujuan.

responden, informan dan pembimbing tesis untuk melihat sejauhmana interprestasi mereka terhadap kesimpulan sementara peneliti. Jika interprestasi yang diungkapkan oleh responden, peneliti dan pembimbing tesis menunjukkan kesesuaian dengan temuan peneliti, maka menjadi kesimpulan tetap.