• Tidak ada hasil yang ditemukan

MGCFA subtes classification pada kelompok gender

Dalam dokumen FACTOR ANALYSIS (Halaman 106-122)

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 13-52

4.1 Multiple-group Confirmatory Factor Analysis Tingkat Subtes

4.1.2 MGCFA subtes classification pada kelompok gender

Sebagai contoh, nilai koefisien muatan faktor pada item 8 di kelompok laki-laki adalah sebesar 0.524 dan di kelompok perempuan 0.542. Kemudian, nilai threshold pada item 8 di kelompok laki-laki adalah 0.181 dan di kelompok wanita sebesar 0.187. Sedangkan nilai varian error item 8 di kelompok laki-laki 0.726 dan di kelompok perempuan 0.707. Artinya, item 8 memiliki kadar tingkat kesukaran dan varian error yang sama jika ditempuh oleh kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Sehingga tidak ada kelompok yang dirugikan oleh item 8 tersebut. Dengan kata lain, item 8 memang mengukur apa yang hendak diukur secara adil baik di kelompok laki-laki dan di kelompok perempuan. Adapun perbedaan nilai pada indeks standardized terjadi bukan karena perbedaan sebenarnya, melainkan karena perbedaan distribusi sampling dan standar deviasi yang disebabkan perbedaan ukuran sampel di kedua kelompok.

muatan faktor negatif dan dua item dengan koefisien muatan faktor positif tetapi tidak signifikan. Item-item tersebut adalah item 7 (-0.411), item 8 (-0.058), item 10 (-0.544), item 12 (0.012), item 13 (0.100) dan item 14 (-0.218).

Peneliti mengeluarkan seluruh item bermuatan faktor negatif dan item yang tidak signifikan dari model sehingga tersisa 8 item. Lalu peneliti kembali menganalisis model 8 item dengan satu faktor yang kemudian menghasilkan nilai chi-square = 46.555, df = 20, p-value = 0.0007, RMSEA = 0.039, 90% confident interval = 0.024 – 0.054. Dapat dilihat model masih belum juga fit dengan melihat p-value yang masih 0.0007. Namun, indeks RMSEA mengalami penurunan dari semula 0.067 menjadi 0.039. Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.024 – 0.054. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.034 dan paling besar sebesar 0.055. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit (RMSEA < 0.05).

Setelah model fit tercapai, peneliti menambah konstrain pada model dengan membuat koefisien muatan faktor untuk semua item setara (equal lambda). Hasil yang didapatkan adalah nilai chi-square = 129.493, p-value = 0.0000, df = 27, RMSEA = 0.066, 90% confident interval = 0.055 – 0.078. Dapat dilihat model belum fit karena nilai chi-square yang masih signifikan (p < 0.05).

Nilai RMSEA yang didapat pun masih di atas 0.05 (RMSEA > 0.05). Oleh karena itu peneliti kembali melihat model teori dan mencari penyebab model tidak fit.

Setelah peneliti mengecek model teori, peneliti menemukan bahwa terdapat terdapat korelasi kesalahan pengukuran antara item 2 dengan item 1.

Setelah peneliti mengijinkan korelasi kesalahan pengukuran antara item 2 dengan item 1 didapatkan hasil chi-square = 103.360, p-value = 0.0000, df = 26, indeks RMSEA = 0.058, 90% confident interval = 0.047 – 0.070. Dapat dilihat hasil di atas menunjukan model sudah fit dengan melihat indeks RMSEA yang hampir mendekati 0.05. Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.047 – 0.070. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.047 dan paling besar sebesar 0.070. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit (RMSEA < 0.05). Gambar 4.7 berikut merupakan path diagram dari subtes classification yang terbukti fit.

Gambar 4.7 Path diagram subtes classification fit (RMSEA = 0.058 dan 90%

C.I = 0.047 – 0.070)

Tabel 4.10

Koefisien muatan faktor subtes classification Item Unstandardized

Coefficient

Standardized

Coefficient T-value P-value

Ket.

Item 1 0.643 0.643 39.935 0.000 V

Item 2 0.643 0.643 39.935 0.000 V

Item 3 0.643 0.643 39.935 0.000 V

Item 4 0.643 0.643 39.935 0.000 V

Item 5 0.643 0.643 39.935 0.000 V

Item 6 0.643 0.643 39.935 0.000 V

Item 9 0.643 0.643 39.935 0.000 V

Item 11 0.643 0.643 39.935 0.000 V

Keterangan: V=Valid, X=Tidak Valid

Kemudian, setelah peneliti mendapatkan 8 item valid di subtes classification, kemudian peneliti melakukan analisis faktor konfirmatorik pada masing-masing kelompok gender secara terpisah. Pada kelompok perempuan didapatkan nilai chi-square = 21.884, p-value = 0.3490, df = 20, RMSEA = 0.014, 90% confident interval = 0.000 – 0.042. Dapat dilihat hasil di atas menunjukan model sudah fit dengan melihat nilai chi-square yang sudah tidak signifikan (p > 0.05) dan indeks RMSEA yang sudah di bawah 0.05. Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.000 – 0.042. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.000 dan paling besar sebesar 0.042. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit.

Setelah subtes classification di kelompok perempuan terbukti fit dengan data, peneliti meningkatkan konstrain teori dengan membuat koefisien muatan faktor pada seluruh item setara (equal lambda). Hasil analisis model menunjukan nilai chi-square = 109.287, p-value = 0.0000, df = 27, RMSEA = 0.078, 90%

confident interval = 0.063 – 0.094. Dapat dilihat hasil di atas menunjukan model

belum fit dengan melihat chi-square yang masih signifikan (p < 0.05). Kemudian indeks RMSEA yang masih di atas 0.05. Oleh karena itu, peneliti kembali mengecek model teori dan mencari penyebab model tidak fit.

Setelah peneliti mengecek kembali model ditemukan bahwa terdapat korelasi kesalahan pengukuran antara item 1 dengan item 2 dan item 9 dengan item 4. Peneliti akhirnya mengijinkan agar kesalahan pengukuran antar item saling berkorelasi dan kemudian didapatkan model dengan nilai chi-square = 68.781, p-value = 0.0000, df = 25, RMSEA = 0.053, 90% C.I = 0.043 – 0.076.

Meskipun nilai chi-square belum menunjukan model fit, tetapi indeks RMSEA sudah mendekati 0.05. Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.043 – 0.076. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.043 dan paling besar sebesar 0.076. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit.

Gambar 4.8 Path diagram subtes classification kelompok perempuan (RMSEA = 0.053 dan 90% C.I = 0.043 – 0.076)

Tabel 4.11

Tabel koefisien muatan faktor subtes classification di kelompok perempuan equal lambda

Item Standardized Coefficient Standard Error P-value Keterangan

1 0.638 0.021 0.000 V

2 0.638 0.021 0.000 V

3 0.638 0.021 0.000 V

4 0.638 0.021 0.000 V

5 0.638 0.021 0.000 V

6 0.638 0.021 0.000 V

9 0.638 0.021 0.000 V

11 0.638 0.021 0.000 V

Keterangan: V=Valid, X=Tidak Valid

Setelah analisis dilakukan pada kelompok perempuan, peneliti kembali melakukan analisis faktor konfirmatorik pada subtes classification di kelompok laki-laki yang berjumlah 372 responden. Hasil analisis menunjukan nilai chi-square = 22.861, p-value = 0.2957, df = 20, RMSEA = 0.020, 90% C.I = 0.000 – 0.050. Dapat dilihat bahwa nilai chi-square sudah tidak signifikan (p > 0.05) dan nilai RMSEA sudah lebih kecil dari 0.05 (RMSEA < 0.05). Hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.000 – 0.050.

Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.027 dan paling besar sebesar 0.058. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit.

Setelah subtes classification di kelompok laki-laki terbukti fit dengan data, peneliti meningkatkan konstrain teori dengan membuat koefisien muatan faktor pada seluruh item setara (equal lambda). Hasil analisis model menunjukan nilai chi-square = 78.227, p-value = 0.0000, df = 27, RMSEA = 0.071, 90% confident interval = 0.053 – 0.090. Dapat dilihat hasil di atas menunjukan model belum fit

dengan melihat chi-square yang masih signifikan (p < 0.05). Kemudian indeks RMSEA yang masih di atas 0.05. Oleh karena itu, peneliti kembali mengecek model teori dan mencari penyebab model tidak fit.

Setelah peneliti mengecek kembali model ditemukan bahwa terdapat korelasi kesalahan pengukuran antara item 4 dengan item 3. Peneliti akhirnya mengijinkan agar kesalahan pengukuran antar item saling berkorelasi dan kemudian didapatkan model dengan nilai chi-square = 58.572, p-value = 0.0003, df = 26, RMSEA = 0.058, 90% C.I = 0.038 – 0.078. Meskipun nilai chi-square belum menunjukan model fit, tetapi indeks RMSEA sudah mendekati 0.05.

Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.038 – 0.078. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.048 dan paling besar sebesar 0.078. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit.

Gambar 4.9 Path diagram subtes classification kelompok laki-laki (RMSEA

= 0.058 dan 90% C.I = 0.038 – 0.078)

Tabel 4.12

Tabel koefisien muatan faktor subtes classification di kelompok laki-laki equal lambda

Item Standardized Coefficient

Standard

Error P-value Keterangan

1 0.503 0.039 0.000 V

2 0.503 0.039 0.000 V

3 0.503 0.039 0.000 V

4 0.503 0.039 0.000 V

5 0.503 0.039 0.000 V

6 0.503 0.039 0.000 V

9 0.503 0.039 0.000 V

11 0.503 0.039 0.000 V

Keterangan: V=Valid, X=Tidak Valid

Setelah data dianalisis pada masing-masing kelompok gender, peneliti akan melakukan MGCFA pada kelompok laki-laki dan perempuan secara simultan.

Pada model 8 item dengan satu faktor peneliti akan menguji tahapan scalar invariance, artinya apakah nilai threshold dan koefisien muatan faktor pada item subtes classification memiliki nilai yang sama di kedua kelompok gender kemudian fit dengan data. Sebagai tambahan scalar invariance merupakan tahapan yang lebih tinggi dibandingkan configural invariance (pattern invariance) dan metric invariance (lambda invariance). Artinya jika model fit dicapai pada tahap scalar invariance, maka tahapan measurement invariance sebelumnya juga telah terpenuhi.

Model 8 item dengan satu faktor dianalisis dan diuji dengan data didapatkan model dengan nilai chi-square total = 83.929, nilai chi-square di kelompok perempuan = 30.972, nilai chi-square di kelompok laki-laki = 52.957, df = 47, p-value = 0.0007, RMSEA = 0.042, 90% C.I = 0.027 – 0.057. Dapat

dilihat model belum fit jika dilihat dari nilai chi-square (p < 0.05). Namun, karena indeks chi-square sangat sensitif terhadap ukuran sampel, maka peneliti mempertimbangkan indeks model fit lain seperti RMSEA. Dapat dilihat berdasarkan nilai indeks RMSEA model sudah fit (RMSEA < 0.05). Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.027 – 0.057. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.027 dan paling besar sebesar 0.057.

Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit. Gambar 4.10 berikut merupakan path diagram dari subtes series yang terbukti scalar invariance.

Gambar 4.10 Path diagram subtes classification scalar invariance (RMSEA = 0.042)

Tabel 4.13

Koefisien muatan faktor dan threshold subtes classification scalar invariance (unstandardized)

Item Unstandardized Coefficient

Unstandardize

d Threshold T-value P-value Ket.

Item 1

0.737 -0.843 17.681 0.000 V

0.737 -0.843 17.681 0.000 V

Item 2

0.800 -1.297 17.282 0.000 V

0.800 -1.297 17.282 0.000 V

Item 3

0.679 -1.148 13.074 0.000 V

0.679 -1.148 13.074 0.000 V

Item 4

0.784 -0.513 17.604 0.000 V

0.784 -0.513 17.604 0.000 V

Item 5 0.460 -0.641 8.576 0.000 V

0.460 -0.641 8.576 0.000 V

Item 6 0.508 -0.675 9.266 0.000 V

0.508 -0.675 9.266 0.000 V

Item 9 0.765 0.184 15.211 0.000 V

0.765 0.184 15.211 0.000 V

Item 11

0.523 0.450 10.017 0.000 V

0.523 0.450 10.017 0.000 V

Keterangan:

Pada tabel di atas dapat dilihat semua item pada subtes classification memiliki nilai indeks koefisien muatan faktor dan threshold yang sama baik di kelompok perempuan dan di kelompok laki-laki. Agar setiap indeks pada item subtes classification dapat dibandingkan, maka peneliti melampirkan tabel 4.14 yang berisi indeks item yang sudah dalam skala baku (standardized).

FEMALE MALE

Tabel 4.14

Koefisien muatan faktor dan threshold subtes classification scalar invariance (Standardized)

Item Standardized Coefficient

Standardized

Threshold T-value P-value Ket.

Item 1 0.737 -0.843 17.681 0.000 V

0.792 -0.905 14.112 0.000 V

Item 2 0.800 -1.297 17.282 0.000 V

0.823 -1.334 14.797 0.000 V

Item 3 0.679 -1.148 13.074 0.000 V

0.767 -1.298 13.886 0.000 V

Item 4 0.784 -0.513 17.604 0.000 V

0.706 -0.462 12.579 0.000 V

Item 5 0.460 -0.641 8.576 0.000 V

0.557 -0.775 9.752 0.000 V

Item 6 0.508 -0.675 9.266 0.000 V

0.534 -0.709 9.228 0.000 V

Item 9 0.765 0.184 15.211 0.000 V

0.576 0.139 8.708 0.000 V

Item 11 0.523 0.450 10.017 0.000 V

0.462 0.397 8.771 0.000 V

Keterangan:

Ketika subtes classification telah mencapai tahapan scalar invariance, maka subtes classification tersebut dapat juga dikatakan telah mencapai tahapan strong measurement invariance. Artinya, tidak ada perbedaan makna dan tingkat kesukaran antara item yang ditempuh kelompok perempuan dengan yang ditempuh kelompok laki-laki. Dengan kata lain, item-item yang ada di subtes series berlaku sama di kelompok laki-laki maupun di kelompok perempuan.

Setelah subtes classification terbukti scalar invariance, peneliti meningkatkan konstrain teori dengan mengkonstrain koefisien muatan faktor setara pada seluruh item di setiap kelompok. Model ini dianalisis kembali menggunakan MGCFA dan didapatkan nilai square total = 160.752, nilai chi-square di kelompok perempuan = 122.645, nilai chi-chi-square di kelompok laki-laki

FEMALE MALE

= 38.107, df = 54, p-value = 0.0000, RMSEA = 0.067, 90% C.I = 0.055 – 0.079.

Dapat dilihat model belum fit jika dilihat dari nilai chi-square (p < 0.05).

Kemudian nilai indeks RMSEA model masih di atas 0.05 (RMSEA > 0.05). Oleh karena itu peneliti kembali mengecek model teori dan mencari penyebab model tidak fit.

Setelah peneliti mengecek kembali model ditemukan bahwa terdapat korelasi kesalahan pengukuran antara item 1 dengan item 2 dan item 4 dengan item 9. Peneliti akhirnya mengijinkan agar kesalahan pengukuran antar item saling berkorelasi dan kemudian didapatkan model dengan nilai chi-square = 115.571, p-value = 0.0000, df = 50, RMSEA = 0.055, 90% C.I = 0.042 – 0.068.

Meskipun nilai chi-square belum menunjukan model fit, tetapi indeks RMSEA sudah mendekati 0.05. Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.042 – 0.068. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.042 dan paling besar sebesar 0.068. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit. Gambar 4.11 berikut merupakan path diagram subtes classification scalar invariance dan equal lambda.

Gambar 4.11 Path diagram subtes classification scalar invariance equal lambda (RMSEA = 0.055 dan 90% C.I = 0.042 – 0.068)

Tabel 4.15

Koefisien muatan faktor dan threshold subtes classification scalar invariance equal lambda (Unstandardized)

Item Unstandardized Coefficient

Unstandardized

Threshold T-value P-value Ket.

Item 1

0.639 -0.822 32.635 0.000 V

0.639 -0.822 32.635 0.000 V

Item 2

0.639 -1.230 32.635 0.000 V

0.639 -1.230 32.635 0.000 V

Item 3

0.639 -1.133 32.635 0.000 V

0.639 -1.133 32.635 0.000 V

Item 4

0.639 -0.482 32.635 0.000 V

0.639 -0.482 32.635 0.000 V

Item 5

0.639 -0.733 32.635 0.000 V

0.639 -0.733 32.635 0.000 V

Item 6

0.639 -0.734 32.635 0.000 V

0.639 -0.734 32.635 0.000 V

Item 9

0.639 0.160 32.635 0.000 V

0.639 0.160 32.635 0.000 V

Item 11

0.639 0.466 32.635 0.000 V

0.639 0.466 32.635 0.000 V

Keterangan:

Pada tabel di atas dapat dilihat semua item pada subtes classification memiliki nilai indeks koefisien muatan faktor dan threshold yang sama baik di kelompok perempuan dan di kelompok laki-laki. Agar setiap indeks pada item subtes classification dapat dibandingkan, maka peneliti melampirkan tabel 4.16 yang berisi indeks item yang sudah dalam skala baku (standardized).

FEMALE MALE

Tabel 4.16

Koefisien muatan faktor dan threshold subtes classification scalar invariance equal lambda (standardized)

Item Standardized Coefficient

Standardized

Threshold T-value P-value Ket.

Item 1 0.639 -0.822 32.635 0.000 V

0.761 -0.980 13.183 0.000 V

Item 2 0.639 -1.230 32.635 0.000 V

0.752 -1.449 13.966 0.000 V

Item 3 0.639 -1.133 32.635 0.000 V

0.762 -1.352 15.084 0.000 V

Item 4 0.639 -0.482 32.635 0.000 V

0.708 -0.534 12.755 0.000 V

Item 5 0.639 -0.733 32.635 0.000 V

0.625 -0.718 11.397 0.000 V

Item 6 0.639 -0.734 32.635 0.000 V

0.581 -0.667 10.139 0.000 V

Item 9 0.639 0.160 32.635 0.000 V

0.581 0.146 8.372 0.000 V

Item 11 0.639 0.466 32.635 0.000 V

0.474 0.346 9.258 0.000 V

Keterangan:

Setelah subtes classification terbukti memenuhi tahapan scalar invariance, kemudian peneliti melakukan uji validitas pada tahap measurement invariance yang lebih tinggi, yaitu tahapan error variance invariance. Model 8 item dengan satu faktor diuji dengan data yang kemudian menghasilkan nilai chi-square total = 141.121, nilai chi-square di kelompok perempuan = 74.469, nilai chi-square di kelompok laki-laki = 66.652, df = 57, p-value = 0.0000, RMSEA = 0.058, 90%

Confident interval = 0.046 – 0.070.

Dapat dilihat pada hasil analisis di atas bahwa model sudah fit karena nilai indeks RMSEA mendekati 0.05. Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.046 – 0.070. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan

FEMALE MALE

sebesar 0.046 dan paling besar sebesar 0.070. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit. Gambar 4.12 berikut merupakan path diagram dari subtes classification yang terbukti error variance invariance.

Gambar 4.12 Path diagram subtes classification error variance invariance (RMSEA = 0.058 dan 90% C.I = 0.046 – 0.070)

Tabel 4.17

Koefisien muatan faktor, threshold, error variance subtes classification error variance invariance (Unstandardized)

Item Unstandardized Coefficient

Unstandardized Threshold

Unstdandardized

Residual P-value Ket .

Item 1 0.828 -1.092 1.000 0.000 V

0.828 -1.092 0.934 0.000 V

Item 2 0.828 -1.665 1.000 0.000 V

0.828 -1.665 0.934 0.000 V

Item 3 0.828 -1.538 1.000 0.000 V

0.828 -1.538 0.934 0.000 V

Item 4 0.828 -0.611 1.000 0.000 V

0.828 -0.611 0.934 0.000 V

Item 5 0.828 -0.899 1.000 0.000 V

0.828 -0.899 0.934 0.000 V

Item 6 0.828 -0.876 1.000 0.000 V

0.828 -0.876 0.934 0.000 V

Item 9 0.828 0.228 1.000 0.000 V

0.828 0.228 0.934 0.000 V

Item 11 0.828 0.558 1.000 0.000 V

0.828 0.558 0.934 0.000 V

FEMALE MALE

Keterangan:

Pada tabel 4.17 di atas dapat dilihat semua item pada subtes classification memiliki nilai indeks muatan faktor, threshold dan error variance yang sama baik di kelompok perempuan dan di kelompok laki-laki. Agar setiap indeks pada item subtes classification dapat dibandingkan, maka peneliti melampirkan tabel 4.18 yang berisi indeks item yang sudah dalam skala baku (standardized).

Tabel 4.18

Koefisien muatan faktor, threshold, error variance subtes classification error variance invariance (Standardized)

Item Standardized Coefficient

Standardized Threshold

Standardized

Residual P-value Ket.

Item 1 0.638 -0.841 0.593 0.000 V

0.651 -0.858 0.576 0.000 V

Item 2 0.638 -1.282 0.593 0.000 V

0.651 -1.308 0.576 0.000 V

Item 3 0.638 -1.184 0.593 0.000 V

0.651 -1.208 0.576 0.000 V

Item 4 0.638 -0.471 0.593 0.000 V

0.651 -0.480 0.576 0.000 V

Item 5 0.638 -0.693 0.593 0.000 V

0.651 -0.707 0.576 0.000 V

Item 6 0.638 -0.675 0.593 0.000 V

0.651 -0.688 0.576 0.000 V

Item 9 0.638 0.175 0.593 0.000 V

0.651 0.179 0.576 0.000 V

Item 11 0.638 0.430 0.593 0.000 V

0.651 0.438 0.576 0.000 V

Keterangan:

Ketika subtes classification telah mencapai tahapan error variance invariance, maka subtes classification tersebut dapat juga dikatakan telah mencapai tahapan strict measurement invariance. Tahapan strict measurement invariance merupakan tahapan yang lebih ideal dibandingkan tahapan strong measurement invariance. Selain tidak ada perbedaan makna dan tingkat kesukaran pada item, tetapi juga tidak ada perbedaan varian error antara item yang ditempuh di

FEMALE MALE

kelompok perempuan dengan yang ditempuh di kelompok laki-laki. Dengan kata lain, item-item yang ada di subtes classification berlaku sama dan adil di kelompok laki-laki maupun di kelompok perempuan.

Sebagai contoh, nilai koefisien muatan faktor pada item 11 di kelompok laki-laki adalah sebesar 0.651 dan di kelompok perempuan 0.638. Kemudian, nilai threshold pada item 11 di kelompok laki-laki adalah 0.438 dan di kelompok wanita sebesar 0.576. Sedangkan nilai varian error item 8 di kelompok laki-laki 0.726 dan di kelompok perempuan 0.593. Artinya, item 11 memiliki kadar tingkat kesukaran dan varian error yang sama jika ditempuh oleh kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Sehingga tidak ada kelompok yang dirugikan oleh item 11 tersebut. Dengan kata lain, item 11 memang mengukur apa yang hendak diukur secara adil baik di kelompok laki-laki dan di kelompok perempuan. Adapun perbedaan nilai pada indeks standardized terjadi bukan karena perbedaan sebenarnya, melainkan karena perbedaan distribusi sampling dan standar deviasi yang disebabkan perbedaan ukuran sampel di kedua kelompok.

Dalam dokumen FACTOR ANALYSIS (Halaman 106-122)