• Tidak ada hasil yang ditemukan

MGCFA subtes series pada kelompok gender

Dalam dokumen FACTOR ANALYSIS (Halaman 87-106)

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 13-52

4.1 Multiple-group Confirmatory Factor Analysis Tingkat Subtes

4.1.1 MGCFA subtes series pada kelompok gender

69

Pada bagian ini akan dilakukan uji validitas konstruk menggunakan multiple-group confirmatory factor analysis untuk mengetahui. Uji validitas ini terdiri dari dua tahap, yaitu:

1. Menguji hipotesis tentang model teori yang mengatakan bahwa item pada masing-masing subtes hanya mengukur satu faktor di dua kelompok berbeda.

Pengujian ini dilakukan dengan melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara matriks korelasi yang didapatkan dari teori dengan matriks korelasi yang didapatkan dari data.

2. Menguji hipotesis apakah setiap item memberikan informasi yang sama di kelompok yang berbeda. Dalam hal ini apakah indeks koefisien muatan faktor, thresholds dan error variance pada setiap item memiliki nilai yang sama di dua kelompok berbeda.

4.1 Multiple-group Confirmatory Factor Analysis Tingkat Subtes

memiliki koefisien muatan faktor negatif dan item yang tidak signifikan. Setelah peneliti melakukan analisis didapatkan model dengan nilai chi-square = 142.730, df = 65, p-value = 0.0000, RMSEA = 0.037, 90 % C.I=0.029 – 0.045.

Jika dilihat melalui nilai square model ini belum fit karena nilai chi-square masih signifikan (p<0.05). Namun, karena indeks chi-chi-square sangat sensitif terhadap ukuran sampel maka peneliti mempertimbangkan indeks model fit yang lain seperti RMSEA dan 90 % C.I. Dapat dilihat jika berdasarkan nilai indeks RMSEA model sudah fit (RMSEA < 0.05). Kemudian nilai 90 % confident interval dari RMSEA yang didapatkan berkisar antara 0.029 – 0.045. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.029 dan paling besar sebesar 0.045. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit.

Setelah model fit, peneliti mengecek item pada subtes series dan menemukan item 13 memiliki koefisien muatan faktor negatif (-0.045). Tes CFIT merupakan tes kemampuan, sehingga tidak diperbolehkan ada item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif. Jika ada item memiliki koefisien muatan faktor negatif artinya semakin tinggi kemampuan individu, peluang individu tersebut untuk menjawab dengan benar pada item semakin rendah. Maka item tersebut harus didrop dari model dan tidak boleh ikut dianalisis.

Kemudian, peneliti kembali melakukan analisis faktor konfirmatorik setelah mengeluarkan item nomer 13 dari model. Model terdiri dari 12 item dengan satu faktor yang kemudian didapatkan nilai chi-square = 131.265, df = 54, p-value = 0.0000, RMSEA = 0.040, 90 % C.I = 0.032 – 0.049. Hasil tersebut

menunjukan bahwa model sudah fit karena nilai RMSEA sudah signifikan (RMSEA < 0.05). Kemudian nilai 90 % confident interval dari RMSEA yang didapatkan berkisar antara 0.032 – 0.049. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.032 dan paling besar sebesar 0.049. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit.

Ketika model fit telah tercapai, peneliti melakukan analisis pada tingkat item untuk mengecek apakah masih ada item dengan koefisien muatan faktor negatif atau item yang tidak signifikan. Ternyata, seluruh item yang berjumlah 12 item memiliki koefisien muatan faktor positif dan signifikan. Model dengan 12 item dengan satu faktor dapat diterima kebenarannya, meskipun nilai koefisien muatan faktor dari item masih bervariasi. Tes seperti ini dapat disebut sebagai congeneric test. Artinya, ketika sebuah tes memiliki item-item yang valid namun nilai koefisien muatan faktor dari masing-masing item masih bervariasi.

Kemudian, peneliti meningkatkan konstrain teori dengan menjadikan seluruh nilai koefisien muatan faktor pada item setara (equal lambda). Dari hasil analisis didapatkan nilai chi-square = 233.607, p-value = 0.0000, df = 66, RMSEA = 0.055, 90 % C.I = 0.047 – 0.062. Dapat dilihat bahwa nilai RMSEA signifikan (RMSEA < 0.05). Hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.047 – 0.062. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.047 dan paling besar sebesar 0.062. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit. Gambar 4.1 berikut merupakan path diagram dari subtes series.

Gambar 4.1 Path diagram subtes series (RMSEA=0.055, 90 % C.I=0.047 -0.062)

Tabel 4.1

Tabel koefisien muatan faktor subtes series

Item Standardized Coefficient Standard Error P-value Keterangan

1 0.490 0.020 0.000 V

2 0.490 0.020 0.000 V

3 0.490 0.020 0.000 V

4 0.490 0.020 0.000 V

5 0.490 0.020 0.000 V

6 0.490 0.020 0.000 V

7 0.490 0.020 0.000 V

8 0.490 0.020 0.000 V

9 0.490 0.020 0.000 V

10 0.490 0.020 0.000 V

11 0.490 0.020 0.000 V

12 0.490 0.020 0.000 V

Keterangan: V=Valid, X=Tidak Valid

Setelah peneliti mendapatkan 12 item valid, kemudian peneliti melakukan analisis faktor konfirmatorik pada masing-masing kelompok gender secara terpisah, yaitu kelompok perempuan dan kelompok laki-laki. Hal ini dilakukan untuk mengecek

apakah ada perbedaan struktur teori yang ada pada kelompok perempuan dan kelompok laki-laki. Dengan kata lain, peneliti ingin mengecek apakah ada item yang hanya valid di kelompok perempuan atau di kelompok laki-laki.

Pada kelompok perempuan peneliti melakukan analisis faktor konfirmatorik 12 item dengan satu faktor dengan hasil nilai chi-square = 67.442, p-value = 0.1034, df = 54, RMSEA = 0.022, 90% C.I = 0.000 – 0.038. Dapat dilihat model sudah fit karena nilai chi-square sudah tidak signifikan (p > 0.05) dan didukung dengan nilai RMSEA yang sudah kurang dari 0.05 (RMSEA <

0.05). Kemudian nilai 90% C.I yang berkisar antara 0.000 – 0.038 yang artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.000 dan paling besar sebesar 0.038.

Setelah model fit, peneliti mengecek item pada subtes series di kelompok perempuan dan menemukan item 10 memiliki koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dengan nilai t-value hanya sebesar 1.125 (t < 1.96). Item yang tidak signifikan tersebut item tersebut harus didrop dari model dan tidak boleh ikut dianalisis. Kemudian peneliti melakukan analisis faktor konfirmatorik kembali setelah mendrop item 10 untuk mengecek masih adakah item yang harus di drop.

Model 11 item dengan satu faktor pada subtes series di kelompok perempuan menunjukan hasil chi-square = 54.434, p-value = 0.1347, df = 44, RMSEA = 0.022, 90% C.I = 0.000 – 0.039. Dapat dilihat model sudah fit karena nilai chi-square sudah tidak signifikan (p > 0.05) dan didukung dengan nilai RMSEA yang sudah kurang dari 0.05 (RMSEA < 0.05). Kemudian nilai 90% C.I yang berkisar antara 0.000 – 0.039 yang artinya, jika penelitian diulang ribuan

kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.000 dan paling besar sebesar 0.039. Setelah model fit, peneliti melakukan analisis pada tingkat item untuk mengecek apakah masih ada item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif atau item yang tidak signifikan. Dan ternyata seluruh item subtes series di kelompok perempuan sudah valid.

Setelah didapatkan 11 item valid, peneliti meningkatkan konstrain teori dengan menjadikan seluruh nilai koefisien muatan faktor pada item setara (equal lambda). Dari hasil analisis didapatkan nilai chi-square = 100.999, p-value = 0.0001, df = 54, RMSEA = 0.042, 90 % C.I = 0.029 – 0.054. Dapat dilihat bahwa nilai RMSEA sudah lebih kecil dari 0.05 (RMSEA < 0.05). Hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.029 – 0.054.

Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.029 dan paling besar sebesar 0.054. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit. Gambar 4.2 berikut merupakan path diagram dari subtes series di kelompok perempuan yang terbukti equal lambda.

Gambar 4.2 Path diagram subtes series di kelompok perempuan equal lambda (RMSEA = 0.042 dan 90% C.I = 0.029 – 0.059)

Tabel 4.2

Tabel koefisien muatan faktor subtes series di kelompok perempuan equal lambda

Item Standardized Coefficient Standard Error P-value Keterangan

1 0.526 0.027 0.000 V

2 0.526 0.027 0.000 V

3 0.526 0.027 0.000 V

4 0.526 0.027 0.000 V

5 0.526 0.027 0.000 V

6 0.526 0.027 0.000 V

7 0.526 0.027 0.000 V

8 0.526 0.027 0.000 V

9 0.526 0.027 0.000 V

11 0.526 0.027 0.000 V

12 0.526 0.027 0.000 V

Keterangan: V=Valid, X=Tidak Valid

Setelah analisis dilakukan pada kelompok perempuan, peneliti kembali melakukan analisis faktor konfirmatorik pada kelompok laki-laki yang berjumlah 372 responden. Hasil analisis menunjukan nilai chi-square = 90.958, p-value = 0.0012, df = 54, RMSEA = 0.043, 90% C.I = 0.027 – 0.058. . Dapat dilihat bahwa nilai RMSEA sudah lebih kecil dari 0.05 (RMSEA < 0.05). Hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.027 – 0.058.

Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.027 dan paling besar sebesar 0.058. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit.

Setelah model fit, peneliti mengecek item pada subtes series di kelompok laki-laki dan menemukan item 12 memiliki koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dengan nilai t-value hanya sebesar 0.151 (t < 1.96). Item yang tidak signifikan tersebut item tersebut harus didrop dari model dan tidak boleh ikut

dianalisis. Kemudian peneliti melakukan analisis faktor konfirmatorik kembali setelah mendrop item 12 untuk mengecek masih adakah item yang harus di drop.

Model 11 item dengan satu faktor pada subtes series di kelompok laki-laki menunjukan hasil chi-square = 72.768, p-value = 0.0041, df = 44, RMSEA = 0.042, 90% C.I = 0.024 – 0.059. Dapat dilihat model sudah fit karena nilai RMSEA yang sudah kurang dari 0.05 (RMSEA < 0.05). Kemudian nilai 90% C.I yang berkisar antara 0.024 – 0.059 yang artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.024 dan paling besar sebesar 0.059. Setelah model fit, peneliti melakukan analisis pada tingkat item untuk mengecek apakah masih ada item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif atau item yang tidak signifikan. Dan ternyata seluruh item subtes series di kelompok laki-laki sudah valid.

Setelah didapatkan 11 item valid, peneliti meningkatkan konstrain teori dengan menjadikan seluruh nilai koefisien muatan faktor pada item setara (equal lambda). Dari hasil analisis didapatkan nilai chi-square = 112.703, p-value = 0.0000, df = 54, RMSEA = 0.054, 90 % C.I = 0.040 – 0.068. Dapat dilihat bahwa nilai RMSEA sudah hampir mendekati signifikan (RMSEA < 0.05). Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.040 – 0.068. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.040 dan paling besar sebesar 0.068.

Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit. Gambar 4.3 berikut merupakan path diagram dari subtes series di kelompok laki-laki yang terbukti equal lambda.

Gambar 4.3 Path diagram subtes series di kelompok laki-laki equal lambda (RMSEA = 0.054 dan 90% C.I = 0.040 – 0.068)

Tabel 4.3

Tabel koefisien muatan faktor subtes series di kelompok laki-laki equal lambda

Item Standardized Coefficient Standard Error P-value Keterangan

1 0.493 0.031 0.000 V

2 0.493 0.031 0.000 V

3 0.493 0.031 0.000 V

4 0.493 0.031 0.000 V

5 0.493 0.031 0.000 V

6 0.493 0.031 0.000 V

7 0.493 0.031 0.000 V

8 0.493 0.031 0.000 V

9 0.493 0.031 0.000 V

10 0.493 0.031 0.000 V

11 0.493 0.031 0.000 V

Keterangan: V=Valid, X=Tidak Valid

Setelah data dianalisis pada masing-masing kelompok gender, ditemukan bahwa pada kelompok perempuan item nomor 10 tidak valid. Sedangkan, pada kelompok laki-laki item 12 yang tidak valid. Karena analisis berikutnya adalah analisis multi-group confirmatory factor analysis (MGCFA), peneliti hanya akan menggunakan item yang terbukti valid di kedua kelompok. Oleh karena itu,

peneliti mendrop item 10 dan item 12 karena kedua item tersebut hanya valid pada salah satu kelompok saja.

Setelah didapatkan 10 item yang terbukti valid pada dua kelompok gender, peneliti akan melakukan MGCFA pada kelompok laki-laki dan perempuan secara simultan. Pada model 10 item dengan satu faktor peneliti akan menguji tahapan scalar invariance, artinya apakah nilai threshold dan koefisien muatan faktor pada item subtes series memiliki nilai yang sama di kedua kelompok gender kemudian fit dengan data. Sebagai tambahan scalar invariance merupakan tahapan yang lebih tinggi dibandingkan configural invariance (pattern invariance) dan metric invariance (lambda invariance). Artinya jika model fit dicapai pada tahap scalar invariance, maka tahapan measurement invariance sebelumnya juga telah terpenuhi.

Model 10 item dengan satu faktor dianalisis dan diuji dengan data didapatkan model dengan nilai chi-square total = 106.384, nilai chi-square di kelompok perempuan = 47.292, nilai chi-square di kelompok laki-laki = 59.092, df = 79, p-value = 0.0217, RMSEA = 0.028, 90% C.I = 0.011 – 0.041. Dapat dilihat model belum fit jika dilihat dari nilai chi-square (p < 0.05). Namun, karena indeks chi-square sangat sensitif terhadap ukuran sampel, maka peneliti mempertimbangkan indeks model fit lain seperti RMSEA. Dapat dilihat berdasarkan nilai indeks RMSEA model sudah fit (p < 0.05). Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.011 – 0.041. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.011 dan paling besar sebesar 0.041. Berdasarkan

hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit. Gambar 4.4 berikut merupakan path diagram dari subtes series yang terbukti scalar invariance.

Gambar 4.4 Path diagram subtes series scalar invariance (RMSEA=0.028) Tabel 4.4

Koefisien muatan faktor dan threshold subtes series scalar invariance (unstandardized)

Item Unstandardized Coefficient

Unstandardized

Threshold T-value P-value Ket.

Item 1 0.591 -1.638 6.563 0.000 V

0.591 -1.638 6.563 0.000 V

Item 2 0.854 -1.947 9.340 0.000 V

0.854 -1.947 9.340 0.000 V

Item 3 0.818 -1.621 9.956 0.000 V

0.818 -1.621 9.956 0.000 V

Item 4 0.571 -1.278 7.412 0.000 V

0.571 -1.278 7.412 0.000 V

Item 5 0.579 -1.032 8.659 0.000 V

0.579 -1.032 8.659 0.000 V

Item 6 0.462 -0.435 7.211 0.000 V

0.462 -0.435 7.211 0.000 V

Item 7 0.554 -0.394 9.575 0.000 V

0.554 -0.394 9.575 0.000 V

Item 8 0.508 0.176 8.538 0.000 V

0.508 0.176 8.538 0.000 V

Item 9 0.421 0.865 9.003 0.000 V

0.421 0.865 9.003 0.000 V

Item 11 0.237 1.557 4.506 0.000 V

0.237 1.557 4.506 0.000 V

Keterangan: FEMALE MALE

Pada tabel di atas dapat dilihat semua item pada subtes series memiliki nilai indeks koefisien muatan faktor dan threshold yang sama baik di kelompok perempuan dan di kelompok laki-laki. Agar setiap indeks pada item subtes series dapat dibandingkan, maka peneliti melampirkan tabel 4.5 yang berisi indeks item yang sudah dalam skala baku (standardized).

Tabel 4.5

Koefisien muatan faktor dan threshold subtes series scalar invariance (standardized)

Item Standardized Coefficient

Standardized

Threshold T-value P-value Ket.

Item 1 0.591 -1.638 6.563 0.000 V

0.657 -1.822 6.391 0.000 V

Item 2 0.854 -1.947 9.340 0.000 V

0.775 -1.766 8.691 0.000 V

Item 3 0.818 -1.621 9.956 0.000 V

0.845 -1.674 12.092 0.000 V

Item 4 0.571 -1.278 7.412 0.000 V

0.587 -1.313 8.380 0.000 V

Item 5 0.579 -1.032 8.659 0.000 V

0.600 -1.069 8.807 0.000 V

Item 6 0.462 -0.435 7.211 0.000 V

0.449 -0.423 6.289 0.000 V

Item 7 0.554 -0.394 9.575 0.000 V

0.466 -0.331 6.078 0.000 V

Item 8 0.508 0.176 8.538 0.000 V

0.459 0.159 6.331 0.000 V

Item 9 0.421 0.865 9.003 0.000 V

0.427 0.876 6.951 0.000 V

Item 11 0.237 1.557 4.506 0.000 V

0.206 1.353 4.202 0.000 V

Keterangan:

Ketika subtes series telah mencapai tahapan scalar invariance, maka subtes series tersebut dapat juga dikatakan telah mencapai tahapan strong measurement invariance. Artinya, tidak ada perbedaan makna dan tingkat kesukaran antara item

FEMALE MALE

yang ditempuh kelompok perempuan dengan yang ditempuh kelompok laki-laki.

Dengan kata lain, item-item yang ada di subtes series berlaku sama di kelompok laki-laki maupun di kelompok perempuan.

Sebagai contoh, nilai koefisien muatan faktor pada item 8 di kelompok perempuan adalah 0.508 dan di kelompok laki-laki 0.508. Kemudian nilai threshold pada item 8 di kelompok laki-laki adalah 0.176 dan di kelompok wanita sebesar 0.176. Artinya, item 8 memiliki tingkat kesukaran yang sama jika ditempuh oleh kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Sehingga tidak ada kelompok yang dirugikan oleh item 8 tersebut. Dengan kata lain, item 8 memang mengukur apa yang hendak diukur secara adil baik di kelompok laki-laki dan di kelompok perempuan. Adapun perbedaan nilai pada indeks standardized terjadi bukan karena perbedaan sebenarnya, melainkan karena perbedaan distribusi sampling dan standar deviasi yang disebabkan perbedaan ukuran sampel di kedua kelompok.

Setelah subtes series terbukti scalar invariance, peneliti meningkatkan konstrain teori dengan mengkonstrain koefisien muatan faktor setara pada seluruh item di setiap kelompok. Model ini dianalisis kembali menggunakan MGCFA dan didapatkan nilai chi-square total = 164.372, nilai chi-square di kelompok perempuan = 81.979, nilai chi-square di kelompok laki-laki = 82.972, df = 88, p-value = 0.0000, RMSEA = 0.045, 90% C.I = 0.034 – 0.055. Dapat dilihat model belum fit jika dilihat dari nilai square (p < 0.05). Namun, karena indeks chi-square sangat sensitif terhadap ukuran sampel, maka peneliti mempertimbangkan indeks model fit lain seperti RMSEA. Dapat dilihat berdasarkan nilai indeks

RMSEA model sudah fit (p < 0.05). Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.034 – 0.055. Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.034 dan paling besar sebesar 0.055. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit. Gambar 4.5 berikut merupakan path diagram dari subtes series yang terbukti scalar invariance dan equal lambda.

Gambar 4.5 Path diagram subtes series scalar invariance equal lambda (RMSEA=0.045)

Tabel 4.6

Koefisien muatan faktor dan threshold subtes series scalar invariance equal lambda (unstandardized)

Item Unstandardized Coefficient

Unstandardized

Threshold T-value P-value Ket.

Item 1 0.548 -1.636 22.858 0.000 V

0.548 -1.636 22.858 0.000 V

Item 2 0.548 -1.857 22.858 0.000 V

0.548 -1.857 22.858 0.000 V

Item 3 0.548 -1.557 22.858 0.000 V

0.548 -1.557 22.858 0.000 V

Item 4 0.548 -1.273 22.858 0.000 V

0.548 -1.273 22.858 0.000 V

Item 5 0.548 -1.041 22.858 0.000 V

0.548 -1.041 22.858 0.000 V

Item 6 0.548 -0.475 22.858 0.000 V

0.548 -0.475 22.858 0.000 V

Item 7 0.548 -0.416 22.858 0.000 V

0.548 -0.416 22.858 0.000 V

Item 8 0.548 0.152 22.858 0.000 V

0.548 0.152 22.858 0.000 V

Item 9 0.548 0.884 22.858 0.000 V

0.548 0.884 22.858 0.000 V

Item 11 0.548 1.642 22.858 0.000 V

0.548 1.642 22.858 0.000 V

Keterangan:

Pada tabel di atas dapat dilihat semua item pada subtes series memiliki nilai indeks koefisien muatan faktor yang setara pada setiap item (equal lambda) dan threshold yang sama baik di kelompok perempuan dan di kelompok laki-laki.

Agar setiap indeks pada item subtes series dapat dibandingkan, maka peneliti melampirkan tabel 4.7 yang berisi indeks item yang sudah dalam skala baku (standardized).

FEMALE MALE

Tabel 4.7

Koefisien muatan faktor dan threshold subtes series scalar invariance equal lambda (Standardized)

Item Standardized Coefficient

Standardized

Threshold T-value P-value Ket.

Item 1 0.548 -1.636 22.858 0.000 V

0.649 -1.939 9.482 0.000 V

Item 2 0.548 -1.857 22.858 0.000 V

0.593 -2.010 10.216 0.000 V

Item 3 0.548 -1.557 22.858 0.000 V

0.666 -1.893 14.028 0.000 V

Item 4 0.548 -1.273 22.858 0.000 V

0.605 -1.408 11.125 0.000 V

Item 5 0.548 -1.041 22.858 0.000 V

0.606 -1.152 10.637 0.000 V

Item 6 0.548 -0.475 22.858 0.000 V

0.494 -0.428 6.852 0.000 V

Item 7 0.548 -0.416 22.858 0.000 V

0.493 -0.375 6.291 0.000 V

Item 8 0.548 0.152 22.858 0.000 V

0.439 0.122 6.258 0.000 V

Item 9 0.548 0.884 22.858 0.000 V

0.483 0.780 8.801 0.000 V

Item 11 0.548 1.642 22.858 0.000 V

0.400 1.198 9.834 0.000 V

Keterangan:

Setelah subtes series terbukti memenuhi tahapan scalar invariance, kemudian peneliti melakukan uji validitas pada tahap measurement invariance yang lebih tinggi, yaitu tahapan error variance invariance. Model 10 item dengan satu faktor diuji dengan data yang kemudian menghasilkan nilai chi-square total = 181.381, nilai chi-square di kelompok perempuan = 74.741, nilai chi-square di kelompok laki-laki = 106.640, df = 97, p-value = 0.0000, RMSEA = 0.045, 90% Confident interval = 0.034 – 0.055.

Dapat dilihat pada hasil analisis di atas bahwa model sudah fit karena nilai indeks RMSEA sudah signifikan (RMSEA < 0.05). Kemudian hal ini didukung dengan nilai confident interval RMSEA yang berkisar antara 0.034 – 0.055.

FEMALE MALE

Artinya, jika penelitian diulang ribuan kali, nilai indeks RMSEA terkecil yang akan didapatkan sebesar 0.034 dan paling besar sebesar 0.055. Berdasarkan hal tersebut model sudah dapat dikatakan fit. Gambar 4.6 berikut merupakan path diagram dari subtes series yang terbukti error variance invariance.

Gambar 4.6 Path diagram subtes series error variance invariance (RMSEA = 0.045)

Berikut pada tabel 4.8 dan 4.9 akan dilampirkan nilai koefisien muatan faktor, threshold dan varians residual pada subtes series yang terbukti error variance invariance.

Tabel 4.8

Coefficient, threshold dan error subtes series error variance invariance

Item Unstandardized Coefficient

Unstandardized Threshold

Unstandardized

Residual P-value Ket.

Item 1 0.644 -2.025 1.000 0.000 V

0.644 -2.025 1.098 0.000 V

Item 2 0.644 -2.270 1.000 0.000 V

0.644 -2.270 1.098 0.000 V

Item 3 0.644 -1.998 1.000 0.000 V

0.644 -1.998 1.098 0.000 V

Item 4 0.644 -1.555 1.000 0.000 V

0.644 -1.555 1.098 0.000 V

Item 5

0.644 -1.257 1.000 0.000 V

0.644 -1.257 1.098 0.000 V

Item 6 0.644 -0.499 1.000 0.000 V

0.644 -0.499 1.098 0.000 V

Item 7 0.644 -0.430 1.000 0.000 V

0.644 -0.430 1.098 0.000 V

Item 8 0.644 0.223 1.000 0.000 V

0.644 0.223 1.098 0.000 V

Item 9 0.644 1.072 1.000 0.000 V

0.644 1.072 1.098 0.000 V

Item 11

0.644 1.817 1.000 0.000 V

0.644 1.817 1.098 0.000 V

Keterangan:

Pada tabel 4.8 di atas dapat dilihat semua item pada subtes series memiliki nilai indeks muatan faktor, threshold dan error variance yang sama baik di kelompok perempuan dan di kelompok laki-laki. Agar setiap indeks pada item subtes series dapat dibandingkan, maka peneliti melampirkan tabel 4.9 yang berisi indeks item yang sudah dalam skala baku (standardized).

FEMALE MALE

Tabel 4.9

Koefisien muatan faktor, threshold dan residual variance subtes series error variance invariance (standardized)

Item Standardized Coefficient

Standardized Threshold

Std Residual

Variance P-value Ket.

Item 1 0.542 -1.702 0.707 0.000 V

0.524 -1.646 0.726 0.000 V

Item 2 0.542 -1.908 0.707 0.000 V

0.524 -1.845 0.726 0.000 V

Item 3 0.542 -1.680 0.707 0.000 V

0.524 -1.624 0.726 0.000 V

Item 4 0.542 -1.308 0.707 0.000 V

0.524 -1.264 0.726 0.000 V

Item 5 0.542 -1.057 0.707 0.000 V

0.524 -1.022 0.726 0.000 V

Item 6 0.542 -0.419 0.707 0.000 V

0.524 -0.405 0.726 0.000 V

Item 7 0.542 -0.361 0.707 0.000 V

0.524 -0.349 0.726 0.000 V

Item 8 0.542 0.187 0.707 0.000 V

0.524 0.181 0.726 0.000 V

Item 9 0.542 0.901 0.707 0.000 V

0.524 0.872 0.726 0.000 V

Item 11 0.542 1.528 0.707 0.000 V

0.524 1.477 0.726 0.000 V

Keterangan:

Ketika subtes series telah mencapai tahapan error variance invariance, maka subtes series tersebut dapat juga dikatakan telah mencapai tahapan strict measurement invariance. Tahapan strict measurement invariance merupakan tahapan yang lebih ideal dibandingkan tahapan strong measurement invariance.

Selain tidak ada perbedaan makna dan tingkat kesukaran pada item, tetapi juga tidak ada perbedaan varian error antara item yang ditempuh di kelompok perempuan dengan yang ditempuh di kelompok laki-laki. Dengan kata lain, item-item yang ada di subtes series berlaku sama dan adil di kelompok laki-laki maupun di kelompok perempuan.

FEMALE MALE

Sebagai contoh, nilai koefisien muatan faktor pada item 8 di kelompok laki-laki adalah sebesar 0.524 dan di kelompok perempuan 0.542. Kemudian, nilai threshold pada item 8 di kelompok laki-laki adalah 0.181 dan di kelompok wanita sebesar 0.187. Sedangkan nilai varian error item 8 di kelompok laki-laki 0.726 dan di kelompok perempuan 0.707. Artinya, item 8 memiliki kadar tingkat kesukaran dan varian error yang sama jika ditempuh oleh kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Sehingga tidak ada kelompok yang dirugikan oleh item 8 tersebut. Dengan kata lain, item 8 memang mengukur apa yang hendak diukur secara adil baik di kelompok laki-laki dan di kelompok perempuan. Adapun perbedaan nilai pada indeks standardized terjadi bukan karena perbedaan sebenarnya, melainkan karena perbedaan distribusi sampling dan standar deviasi yang disebabkan perbedaan ukuran sampel di kedua kelompok.

Dalam dokumen FACTOR ANALYSIS (Halaman 87-106)