• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

C. Mikro struktur

Pada bentuk ini akan diarahkan pada beberapa elemen antara lain : Semantik, (apa arti atau pendapat yang ingin disampaikan?, Sintaksis, (bagaimana pendapat disampaikan?), Stilistik, (pilihan kata yang dipakai?), Retoris, (bagaimana bagaimana dan dengan cara apa pendapat disampaikan?).

1. Semantik

Elemen ini merupakan instrument penting dalam analisis wacana sebuah teks karena menyangkut makna yang ditekankan. Dalam pengertian umum, semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah

makna suatu lingual, baik makna lesikal ataupun makna gramatikal.6 Dapat diartikan juga sebagai makna lokal, yaitu makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar posisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Dalam semantik terkandung beberapa unsur, yaitu :

a. Latar

Latar adalah merupakan bagian dari sebuah teks yang dapat mempengaruhi arti isi pesan yang akan disampaikan. latar juga dapat diartikan sebagai unsur wacana yang menjadi pondasi isi yang kuat untuk menjadi alasan pembenaran yang diajukan dalam suatu teks, ini merupakan bentuk edukatif seorang komunikator dalam menyajikan latar belakang. Latar belakang juga merupakan penjabaran singkat ideologis komunikator dalam kepentingan penulisannya.

Latar dari naskah Demonstran ini menggambarkan sebuah fenomena sosial yang terjadi pada atmosfer perpolitikan Indonesia dan juga sebuah kondisi sosial masarakat yang terjadi belakangan ini. Terdapat sebuah kontradiksi dasar yang terjadi saat munculnya kepentingan-kepentingan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Latar belakang dinamika sosial intelektual juga terdapat dalam naskah ini, dimana status mahasiswa saat menjalankan demonstrasi dilabel sebagai aksi onar dan arogansi. Beberapa faktor yang mempengaruhi sebuah latar yang akan disampaikan oleh penulis

6

Drs. Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006). Cet. Ke-4, h. 78

naskah Demonstran. Kontradiksi pokok yang dijadikan sebuah poros dari bagian latar ini.

b. Detail

Pada bagian ini sangat akan terlihat subjektifisme seorang pengarang naskah, seperti dikatakan Alex Sobur yaitu bahwa Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seorang komunikator. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau perlu tidak disampaikan) kalau itu mengganggu kedudukannya.7 Sebuah ekspresi yang diinterpretasikan sebagai pondasi dan denotasi hal yang sangat individual. Peneliti mencoba memahami kategori interpretasi dari kombinasi structural sehingga peneliti akan dapat memahami sebuah formula dari bahasa yang menjadi tujuan semantik ini.

Pada naskah ini secara umum penulis naskah banyak memberikan kritik yang meliputi tatanan pemerintah kepemimpinan dan dinamika sosial yang tidak disampaikan oleh satu tokoh saja. Meskipun Topan adalah tokoh utama dalam naskah ini ada juga beberapa pesan yang sangat baik yang juga disampaikan oleh tokoh lain. Pada naskah Demonstran, N. Riantiarno, dalam hal ini adalah komunikator, menampilkan sebuah pesan detail yang menyampaikan

7

Drs. Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006). Cet. Ke-4, h. 78

mengenai keprihatinannya terhadap para pekerja seni belakangan ini. Seperti yang dikatakan oleh Mantan-2 dalam dialognya :

“Oo. Bikin bingung orang saja. Kita ini aktivis, mas. Jangan pakai bahasa seniman ah, nanti jadi bingung sendiri. Bahasa kita bahasa kongkrit, bahasa tinju dan yel-yel, bukan bahasa simbolik. Pakai mengutip blaburd-blaburd

segala. Jangan ngaco, ah. “ (babak 9).

Menurut peneliti, pada bagian ini ditemukan pandangan yang berbeda yaitu seorang penulis naskah yang mencoba mengontrol sebuah informasi dari fenomena yang sama namun melalui penempatan tokoh yang berbeda seolah-olah ini bisa untuk diri sendirinya juga. Karena dalam hal ini tidak adanya paradigm, model dan sudut pandang yang diterima secara khusus, ini sifatnya universal. Semua interpretasi akan ber-aneka ragam. Disini letak kemampuan dan kegeniusan pengarang sehingga informasi memiliki makna yang kuat namun samar dalam penafsirannya.

“Rakyat adalah penonton yang selalu menonton peristiwa dengan diam. Rakyat, memang bukan pemain. Tapi mereka pemain!” (babak 12)

“Sabar. Sabar. Di mana kamu? Sabaaaaarrrr !!! Bagaimana? Umur sudah berabad-abad, kelakuan masih kayak anak ingusan. Selalu begini. Kalau sandiwara berkembang dan panas, dia hilang. Padahal kita pasti akan jadi saksi

mata. Itu peranan kita”(babak 20)

Kemudian pada bagian ini makna yang disampaikan adalah mengenai peran para seniman di polemik masyarakat. Kedua cuplikan dialog itu merupakan dialog Alun dan Sabar. Pada bagian ini secara detail seorang pengarang memposisikan dirinya dan memnyampaikan sebuah argumetasi melalui kedua tokoh tersebut.

c. Maksud

Maksud merupakan elemen yang melihat teks atau cerita yang dibuat oleh pengarang disampaikan secara eksplisit atau implisit. Elemen maksud dalam naskah Demonstran ini akan diuraikan informasi yang disampaikan secara eksplisit dan jelas. Dapat dilihat dari cuplikan dialog berikut :

“Seorang profesor, pakar ekonomi kita, menyatakan blak-blakan, bahwa 60% lebih Anggaran Belanja negara kita bocor di tengah jalan. Berapa itu? Berapa itu? Saudara-saudara pasti hanya bisa menggelengkan kepala dan prihatin

‘astagafiruullah alazim’, Puluhan kali. Karena hanya itu yang kita bisa. Geleng-geleng kepala! Saudara-saudara, sekian trilyun, yang seharusnya kita nikmati dalam wujud pembangunan sejahtera, lenyap seperti dimakan setan. Lenyap tak tentu rimba. Jadi ajang makanan para koruptor! (TERIAK) Dan sementara bagian terbesar rakyat kita, tetap lapar melarat, melata seperti kadal, mereka disana, senang, berpesta-pora dan aman-tentram-damai-sentosa sampai anak cucu mereka kelak. Genjot koruptor! Berantas korupsi sampai habis !! (babak 22)

Dari ungkapan diatas, dialog yang disampaikan oleh Bujok saat dia melakukan pergerakan dan berorasi di depan mahasiswa pengikutnya, mengungkapkan bahwa informasi tersebut diuraikan dengan sangat jelas sehingga tidak perlu lagi penafsiran atau mencari kesimpulan mengenai makna dari teks tersebut, sehingga akan nampak mudah untuk dimengerti oleh pembaca dan penonton.

2. Sintaksis

Sintaksis adalah pembicaraan mengenai unit bahasa kalimat.8 Dalam hal ini adalah bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun sehingga menjadi satu kesatuan arti. Strategi untuk menampilkan diri

8

sendiri secara positif dan lawan secara negatif, itu juga dilakukan dengan memanipulasi politik menggunakan sintaksis (kalimat). Kemudian unsur-unsur dari sintaksis adalah sebagai berikut :

a. Koherensi

Koherensi adalah pertalian antar kata atau kalimat dan koherensi, dapat secara mudah diamati diantaranya dari kata hubung yang dipakai untuk menghubungkan fakta atau proposisi. Kata hubung atau konjungsi yang dipakai (dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun).

Hal ini dapat terlihat pada kutipan :

“Kita akan terus mencarinya. Sampai ketemu. Karena pencarian kita belum

sampai ujung.” (babak 12)

“Rakyat sejati adalah mereka yang jadi sasaran dalam kita berjuang, dalam kita melakukan unjuk rasa, tetapi siapa mereka, Abang mengira aku tidak tahu, dan memang betul, aku tidak tahu. Jadi, selama ini, maaf saja, ternyata aku masih

belum tahu untuk apa ikut berjuang.”(babak 19)

Penempatan kata ‘karena’ merupakan kata penghubung yang bermakna menjelaskan. Penggunaan kata penghubung memberikan arti bahwa perjuangan untuk mencari siapa sebenarnya rakyat sejati belum selesai. Sedangkan kata ‘tetapi’ pada dialog berikutnya yang digunakan sebagai kata penghubung berfungsi sebagai penjelasan bahwa pencarianan yang dilakukan oleh Jiran, Wiluta dan Niken mengalami kebuntuan karena sangat sulit menafsirkan apa itu dan siapa rakyat sejati.

Lalu, penempatan kata ‘dan’ pada keterangan diatas mempunyai fungsi sebagai kata hubung yang menyatakan tambahan

atas kalimat sebelumnya. cuplikan dialog Niken dan Topan, bermakna penekanan, penjelasan sebelumnya bahwa mereka mengalami kebuntuan dalam pencarian rakyat sejati.

b. Bentuk kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kasualitas. Menjelaskan tentang porsi-porsi yang diatur dalam satu rangkaian kalimat. Logika kasualitas adalah menjelaskan susunan atau struktur kalimat yang terdiri dari subjek, predikat, dan objek. Kalimat berikut dapat menjelaskan dan membedakan sebuah bentuk kalimat :

“Dulu, Abang juga pernah mimpi sanggup mengubah dunia” (babak 5)

Dari kutipan di atas maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

Dulu, Abang juga pernah mimpi sanggup mengubah dunia.

Ket.wakt S P O

Dari keterangan di atas, dapat terlihat bahwa pengarang mencoba untuk mengikuti Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Sang pengarang juga mencoba untuk menempatkan proposisi mana yang lebih tepat digunakan di awal ataupun diakhir kalimat.

c. Kata ganti

Kata ganti merupakan alat yang digunakan oleh komunikator untuk menunjukan dimana poros seseorang di dalam sebuah wacana. Dalam menggunakan sikapnya seseorang dapat menggunakan kata ganti “Saya” atau “Kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata.

Kata ganti yang digunakan pada naskah Demonstran ini adalah kata “Kami”, berikut dapat dilihat dalam kutipan dialog :

“Lalu kemana lagi kami harus pergi? Kami tidak punya pemimpin, kami hanya

punya semangat. Kami bergerak kurang teratur. Kami ingin diatur oleh tokoh yang mampu menghadapi siapa saja. Tokoh yang selalu ada di barisan paling

depan, tokoh yang dikenal sebagai Sang Topan. Abang.” (babak 5)

Kata ganti “Kami” di atas, menggambarkan bahwa ini adalah pesan pengarang sebagai pemilik karakter, yang direpresentasikan oleh tokoh yang ada di dalam naskah tersebut. Disini juga terlihat bahwa penulis naskah ingi menyerukan bahwa “kami” disini adalah milik semua orang yang sedang berjuang.

3. Stilistik

Stilistik adalah cara yang digunakan pengarang untuk menyatakan maksud melalui pemilihan kata yang digunakan. Pusat perhatian stilistika adalah style. Gaya bahasa disini adalah mencakup struktur kalimat, majas, citraan, dan sebagainya. Seperti terdapat pada kutipan berikut :

“Emosi? Mengapa Abang rela buka kedok? Betul. Abang sudah jadi tumpul. Kemana perginya solidaritas Abang yang dulu terkenal sangat kental itu?

Hilang? Hilang? Hilang?” (babak 5)

“Siapa yang menentukan harga-harga? Siapa yang menipu dan menghisap darah? Pabrik-pabrik siapa yang seenaknya berak limbah tanpa ada sangsinya?” (babak 5)

Dengan kutipan gaya Bahasa seperti cuplikan diatas dengan menggunakan kata “kental” pada contoh dialog yang pertama, maka peneliti bisa sampaikan bahwa pengarang ingin menunjukan bahwa sifat dan sikap solidaritas yang dimiliki Topan dulu terhadap para

sesama aktifis dalam berjuang sangat erat meskipun sekarang dia dikenal sebagai pengusaha kaya yang sukses.

Kemudian gaya bahasa yang ada pada contoh dialog ke dua, yaitu penggunaan kata “penghisap darah” menggunakan majas hiperbola atau melebih-lebihkan kasus yang dilakukan oleh pemerintah pada saat itu agar lebih terkesan dramatis. Lalu kata “berak limbah” cukup bisa dipahami bahwa bagian ini adalah digunakan untuk menjelaskan sektor industri yang main kotor tanpa mementingkan ekosistem sekitar tempat pabrik-pabrik mendirikan dan membuang limbahnya. Dilanjutkan dengan kalimat yang menjelaskan bahwa kegiatan yang merugikan tersebut masih cukup marak terjadi dan pemerintah khususnya pemimpin kurang peka terhadap hal tersebut.

4. Retoris

Strategi dalam level retoris adalah gaya yang diungkapkan seorang pengarang ketika menyampaikan pesan melalui menulis dan berbicara. Miisalnya pemakaian kata yang berlebihan (hiperbolik), atau bertele-tele. Biasanya bagian retroris menyatakan sesuatu dengan sebuah intonasi dan penekanan. Contoh ekspresi lain adalah pada penampilan huruf tebal pada judul “DEMONSTRAN” yang sangat bermakna untuk mengajak dan memberontak.

Elemen hiperbola, kalimat yang mendukung kiasan, ungkapan yang dilebih-lebihkan. Semuanya digunakan memperjelas pesan utama, agar lebih mudah untuk memahami dan mengingat isi pesan tersebut. Berikut kutipannya :

“Kalau tidak sinting, mana berani kita bikin beginian? Mana berani di bawah todongan bedil kita bilang: “Mas, yang merdeka itu kok cuma sampeyan, kita

‘nggak?” Alla, sampeyan juga sama sintingnya, kok.” (babak 17)

Berdasarkan data-data yang peneliti temukan pada analisis teks di atas, maka peneliti dapat sampaikan secara keseluruhan mengenai kritik sosial kepemimpinan dan kaitannya dengan perubahan sosial yang ada di dalam naskah Demonstran karya N. Riantiarno ini. Banyak menyoroti tentang polemik kehidupan bangsa khususnya pemerintahan dan kepemimpinan. Perjuangan moral nampaknya sulit untuk segera memperoleh hasil. Karena di dalam naskah ini ukuran baik buruk masih sangat umum dan luas.

INTERPRETASI

Dalam makro sturktur, penjelasan bagian dari kategori struktur wacana telah dijelaskan secara umum. Secara khusus juga telah terlihat bahwa kondisi dan koherensi Bahasa diformulasikan sebagai topik dari pembahasan. Pada naskah ini terdapat beberapa dialog yang diungkapkan memiliki makna dan maksud secara implisit. Perihal kritik sosial yang diangkat peneliti menemukan bahwa penyampaian pesan yang dilakukan menggunakan Bahasa dan kalimat memiliki perannya masing-masing. Timing yang tepat saat penyampaian dialog juga sangat tepat.

Elemen elemen yang terkandung pada kategori semantik, menjelaskan bagaimana kemampuan retotis dari pemilihan kata dan

penggunaan kalimat sangat lugas disampaikan, terutama pada dialog-dialog panjang yang dialkukan Topan.

Dari semua yang telah dijelaskan diatas, perlu diklarifikasi atas status yang mana sebagai topik pembahasan dan topik wacana. Demikian juga naskah ini mencoba untuk menjawab pertanyaan “dalam posisi seperti apa kita mengatakan bahwa sebuah kalimat adalah ‘mengandung sesuatu’?” van Dijk menjelaskan dalam buku Text and context mengenai makro struktur bahwa, topik memerlukan sebuah rangkaian secara keseluruhan. Itu dapat dilihat dari penjabaran dan penjelasan elemen-elemen yang terkandung didalamnya.9