• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEORI

C. Analisis Wacana

1. Pengertian Analisis Wacana

Ada beberapa macam pengertian analisi wacana yang dipahami oleh masyarakat. Hal ini tergantung pada keilmuan yang dianut oleh seseorang. Wacana dipakai dalam berbagai macam jenis keilmuan. Diantaranya psikologi, sosiologi, politik, studi bahasa, sastra dan

23

Max Lener, Ideas are Weapon, New York, Viking Press. 1939 dikutip dari buku

Perspektif Perubahan Sosial.

24

komunikasi. Pemakaian istilah “wacana” seringkali diikuti oleh beragam

macam definisi. Dalam hal ini wacana yang digunakan adalah dilihat dari definisi keilmuan komunikasi.25

Secara etomologi istilah wacana berasal dari bahasa Sangsekerta wac/wak/uak yang memiliki arti kata ‘berkata’ atau ‘berucap’. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ‘ana’ yang berbentuk sufiks (akhiran) yang bermakna ‘membendakan’ (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat dikatakan sebagai perkataan atau tuturan.26 Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguistic (ahli bahasa) di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris, ‘discourse’. Kata discourse sendiri berasal dari bahasa latin, discursus (lari kesana lari kemari). Kata ini diturunkan dari kata ‘dis’ (dan/dalam arah yang berbeda-beda) dan kata ‘curere’ (lari).27

Analisis wacana adalah suatu pencarian prinsip-prinsip yang digunakan oleh komunikator dari persepektif mereka, ia tidak memperdulikan ciri atau sifat psikologis tersembunyi atau fungsi otak, namun terhadap problema percakapan sehari-hari yang kita kelola dan kita pecahkan.28

Analisis wacana adalah dua kata yang memiliki arti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa, penjelasan yang telah dikaji sebaik-baiknya,

25

Eriyanto, Analisis Wacana., h. 1-3

26

Dedy Mulyana, Kajian wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005), h. 3

27

Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana, (Yogyakarta: Kanisisus, 1993), h. 3

28

penguraian suatu pokok atas berbagai bagian, serta penguraian karya sastra atau unsur-unsurnya untuk memahami peretalia antar unsur tersebut.29

Dalam buku Eriyanto yang berjudul “Analisis Wacana Pengantar Analisis

Teks Media” menjelasakan wacana dari berbagai pendapat para tokoh.

Diantaranya bersumber dari (Roger Flower 1977) wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari sudut pandang kepercayaan dan nilai.

Secara lebih sederhana wacana berarti objek atau ide yang diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas.30 Sobur merangkum pengertian wacana dari berbagai pendapat ahli sebagai “rangkaian ujar atau rangkaian

tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa“. Lalu jika dirumuskan, analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi.

Marianne W. Jorgensen dan Louise J. Philips mendefinisikan cara tertentu untuk membicarakan dan memahami dunia ini.31 J.S Badudu dalam tulisan Eriyanto, menyebutkan definisi wacana yaitu: 1. Rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. 2. Kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan

29

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet.ke-1 1988), h. 32

30

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 11.

31

Marianne W. Jorgensen dan Louise J. Philips, Analisis Wacana Teori dan Praktik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet- 5, h. 2.

koherensi dan kohensi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaian secara lisan atau tertulis.32 Menurut Eriyanto, pada studi analisis tekstual. Analisis wacana termasuk ke dalam paradigma kritis yang melihat pesan/teks sebagai petarungan kekuasaan, sehingga teks dipandang sebagai suatu dominasi kelompok kepada kelompok yang lain.33

Ada beberapa tokoh yang mengenalkan model-model analisis wacana. Model Roger Fowler dkk., model Theo van Leeuwen, model Sara Mills, model Teun A. Van Dijk, dan model Norman Fairclough.

Dari model-model yang disebutkan diatas, terdapat persamaan dan perbedaannya. Secara singkat, persamaan dari masing-masing model adalah pada ideoligi sebagai posisi penting dari analalisis semua model. Kekuasaan (power) juga menjadi bagian sentral. Poin penting dari analisis semua model adalah kemungkinan besar bahwa wacana dapat dimanipulasi oleh kelompok dominan atau kelas yang berkuasa dalam masyarakat untuk memperbesar kekuasaannya. Selain persamaan tersebut, unit Bahasa juga persaman yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi ideologi dalam teks.

Perbedaan dari model-model tersebut terlihat pada tingkatan kerangka analisis. Tingkatan tersebut terdiri dari tingkatan Mikro yang menganalisis unsur bahasa pada teks. Kedua, Kognisi yang menganalisis pada diri individu sebagai penghasil atau pemroduksi teks. Dan tingkatan Ketiga, Konteks, yaitu analisis struktur sosial, ekonomi, politik, dan

32

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 2.

33

budaya masyarakat. Model Roger Flowerdkk., Theo van Leeuwen, dan Sara Mills memusatkan penelitianya ditingkatan mikro dan makro. Sementara pada model Van Dijk menggunakan ketiga tingkatan dalam kerangka analisisnya.34

Model Roger Flower, berfokus pada struktur dan fungsi bahasa, dimana tata bahasa itu menyediakan alat untuk dikomunikasikan kepada khalayak. Flower dan kawan-kawan meletakan tata bahasa dan praktik pemakaianya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi.

Theo van Leeuwen menganalisis bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Kelompok yang dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain yang possisinya lebih rendah cenderung terus menerus sebagai objek yang digambarkan berlawanan.

Sara Mills lebih fokus kepada pemberitaan yanag berkaitan dengan feminism, oleh karena itu, penelitian model Sara Mills disebut sebagai perspektif feminis. Titik dari analisis wacana ini adalah menunjukan bagaimana wanita digambarkan dan dimarjinalkan dalam teks berita, dan bagaimana bentuk pola pemarjinalan itu dilakukan.

Sedangkan Van Dijk dan Fairclough menghubungkan teks mikro dengan konteks masyarakat yang makro. Fairclough menitik beratkan perhatiannya melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Dari model-model yang disebutkan di atas, model Van Dijk yang paling banyak digunakan. Hal ini didasarkan pada Van Dijk yang menggabungkan elemen-elemen

34

wacana sehingga lebih praktis digunakan. Penelitian ini menggunakan model penelitian Van Dijk.

Aalisis wacana Van Dijk melihat penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata. Disini perlu dilihat pula bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga dapat diketahui bagaimana teks bisa menjadi seperti itu. Model Van Dijk ini sering disebut sebagai kognisi sosial.35

Analisis model Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari model ini adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.