• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM TEATER KOMA DAN PROFIL N.RIANTIARNO

A. Sejarah Teater Koma

Pada tanggal 1 Maret 1977, selasa, di Jakarta dua belas seniman yang mempunyai itikad yan sama, mendirikan kelompok Teater Koma. Tekad mendirikan kelompok teater antara lain didorong oleh keinginan menghadirkan tontonan teater yang diharapkan memliki warna berbeda dengan kelompok teater yang pernah ada. Teater Koma belajar dari kelompok-kelompok teater terdahulu. Mingkin bentuk pementasannya gabungan dari bentuk teater yang sudah pernah ada. Tapi bisa saja bentuknya malah berbeda sama sekali. Titik tolak pembentukan kelompok, didorong oleh kegelisahan pencarian berbagai kemungkinan lain dan upaya mewujudkannya di atas pentas. Teater Koma menganggap, karya pentas teater yang ada selama ini, belum seluruhnya selesai.1

Teater Koma bisa juga disebut teater tanpa selesai. Pencarian wujud dan isi teater yang lebih karya warna, akan menjadi prioritas utama. Dalam menjalani karirnya Teater Koma mempunyai dua tujuan pokok yang menjadi landasan dalam bekerja yaitu pertama, membentuk kelompok menjadi wadah, yang berupaya mencari berbagai kemungkinan lain untuk perkembangannya. Naskah drama yang digali kandungan idenya, lebih diutamakan karya penulis Indonesa. Kemudian akan diarahkan menuju perencanaan pementasan. Kedua, menciptakan calon seniman dan pekerja seni yang tangguh. Pembinaan

1

Sejarah Teater Koma http://teterkoma.org/index.php?option=com_content& view=article&id=44&Itemid=61 dikutip tgl. 5 Mei 2014

terhadap calon seniman dilakukan secara tidak resmi. Intim dan spontan, tapi intensif melalui diskusi. Kemudian juga diundang seniman dan budayawan di luar kelompok untuk memandu pembahasan sebuah topik yang punya keterkaitan dengan seni budaya. Akan diselenggarakan pula latihan dasar, olah tubuh, nafas, vokal dan berbagai pengetahuan teater.2

Pegangan yang menciptakan kegembiraan dalam bekerja adalah kerjasama yang saling menghargai. Tidak perlu berikrar yang terlalu muluk, misal “hidup dan matiku hanya untuk teater” atau omong kosong lain yang sloganitas. Para anggota diminta untuk tidak berharap banyak dari teater, terutama dari segi pemenuhan materi. Dengan kesungguhan hati, meski dalam keterbatasan, karya teater yang baik juga bisa dilahirkan. Anggota kelompok yang terlanjur memiliki pekerjaan di luar teater, kerjanya tidak boleh terganggu. Tapi begitu ikrar terlibat dalam kegiatan, dia harus menyediakan (mengelola) waktunya dengan sepenuh hati. Artinya, dia harus mencari akal agar semua jadwal tidak terganggu.

Untuk membuktikan hal itu, Teater Koma menggelar produksinya yang pertama berjudul Rumah Kertas, awal Agustus 1977, di Teater Tertutup TIM. Dalam buklet pementasan, Teguh Karya, pemimpin-guru-sutradara teater dan film yang sangat dihormati ini, menulis kata pengantar yang berjudul Prospek. Salah satu anjurannya yang kemudian menjadi pegangan adalah “bikin dan lahirkan pembaruan-pembaruan”.3

Hingga 2014, sudah menggelar 132 pementasan termasuk Demonstran yang dipentaskan pada 1-15 Maret 2014. Seiring melakukan kiprah

2

Sejarah Teater Koma http://teterkoma.org/index.php?option=com_content&view= article&id=44&Itemid=61 dikutip tgl. 5 Mei 2014

3

Sejarah Teater Koma http://teterkoma.org/index.php?option=com_content&view= article&id=44&Itemid=61 dikutip tgl. 5 Mei 2014

kreatifitasnya di pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, TVRI, dan Gedung Kesenian Jakarta. Perkumpulan kesenian yang bersifat non-provit ini, mengawali kegiatan dengan 12 seniman (kemudian disebut sebagai angkatan pendiri). Kini kelompok didukung oleh sekitar 30 anggota aktif dan 50 anggota yang langsung bergabung jika waktu dan kesempatanyya memungkinkan.4

Teater Koma banyak mementaskan karya N. Riantiarno, antara lain; Rumah Kertas, Maaf.maaf.maaf., J.J, Kontes 1980, Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini), Opera Primadona, Sampek Engtay, Banci Gugat, Konglomerat Buriswara, Pialang Segi Tiga Emas, Suksesi, RSJ atau Rumah Sakit Jiwa, Semar Gugat, Opera Ular Putih, Opera Sembelit, Samson Delila, Presiden Burung-Burung, Repulbik Bagong, Republik Togog, Tanda Cinta, dan Demonstran. Selain itu Teater Koma juga menggelar beberapa karya dramawan kelas dunia; The Comedy of Error dan Romeo Juliet karya William Shakespeare, Woyzeck/Georg Buchner, The Three Penny Opera dan The Good Person of Shechzwan/Berlot Brecht, Orang Kaya Baru Kena Tipu-Doea Dara-si Bakil-Tartuffe/Moliere, Woman in Parliament/Aristophanes, The Crucible/Arthur Miller, The Mariage of Figaro/Beaumarcahise, Animal Farm/George Owell, Ubu Roi/Alfred Jarre, The Robber/Friedrich Schiller, The Visit/Der Besuch der Alten Damme/Kunjungan Cinta/Friedrich Durrenmatt, What about Leonardo?/Kenapa Leonardo?/ Evald Flisar.5

4

Sejarah Teater Koma http://teterkoma.org/index.php?option=com_content&view =article&id=44&Itemid=61 dikutip tgl. 5 Mei 2014

5

Sejarah Teater Koma http://teterkoma.org/index.php?option=com_content&view =article&id=44&Itemid=61 dikutip tgl. 5 Mei 2014

Pentas-pentas Teater Koma agaknya kena di hati masayarakat. Mengikat kalbu sehingga mereka rela menjadi penonton setia. Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh Koma sendiri, penonton Teater Koma yang menonton hingga saat ini berjumblah sekitar 50% dari seluruh jumlah penonton. Ternyata telah terjadi regenerasi pula di kalangan penonton. Tiga generasi (kakek, anak, cucu) sering menonton bersama. Hal yang sangat mengharukan dan tentu sangat menggembirakan. Dalam perjalanan memang banyak terjadi hal-hal yang memperihatinkan. Antara lain interograsi aparat terhadap N. Riantiarno, kecurigaan, pencekalan dan pelarangan, juga ancaman bom. Apa boleh buat, semua itu diikhlaskan sebagai sebuah dinamika perjalanan kreatifitas ber-teater dan sejauh ini masih bisa dilakoni dengan tenang dan damai.

Teater Koma, kelompok teater independen yang bersifat non-profit (nir laba). Anggotanya tidak hidup dari penghasilan kelompok, tak mengandalkan perolehan dari pagelaran. Sebagian besar memiliki pekerjaan lain diluar kelompok. Bagi sebagian anggota yang memilih teater sebagai “jalan hidup” akibat kegiatanya (yang nyaris tidak menghasilkan uang) diyakini sebagai resiko dari sebuah pilihan. Bukan jaminan Teater Koma didatangi banyak penonton, ataupun keberhasilan dalam meraih sponsor. Seluruh biaya produksi, jika dihitung secara benar dan terperinci, selalu tidak akan bisa ditutup dari hasil perolehan karcis dan penonton sekalipun.

Teater Koma adalah paguyuban kesenian, bukan perusahaan. Kegiatannya tetap bersifat amatir, dalam pengertian ‘anggotanya tidak memperoleh hasil dari pekerjaannya sebagai penopang biaya hidup

sehari-hari’. Mereka mensubsidi sendiri kegiatnya, sebuah ‘hobi serius’ yang dilakoni secara dedikatif, ikhlas dan gembira. Pada kenyataanya, setiap kali merancang produksi, modal awal kadang dirogoh dari kantong pribadi, atau ‘bantingan’ (ditanggung bersama). Dan itulah yang masih tetap terjaga hingga saat ini.

Meski banyak yang menganggap menajemen Teater Koma patut diacungi jempol, kondisi keuangan kelompok, serupa dengan grup teater yang ada di tanah air. Selalu pusing kepala setiap kali merencanakan produksi baru. Keikhlasan hati para anggota dalam menyikapi kondisi tersebut, juga kesetiaan para penonton hadir dalam pentas dengan memebeli karcis, merupakan modal utama. Barangkali, hal ini pula yang membuat Teater Koma mampu bertahan. Dalam kondisi dan situasi sesulit apapun, para anggota berikrar terus merancang kegiatan dan senantiasa berupaya kreatif.

Teater Koma, kelompok teater yang independen dan bekerja lewat berbagai pentas yang mengkritisi situasi atau kondisi sosial dan politik di tanah air. Sebagai akibatnya, harus menghadapi larangan pentas serta pencekalan dari pihak yang berwenang. Berbagai upaya juga dilakukan lewat ‘program apresiasi’ (PASTOJAK, Pasar Tontonan Jakarta, yang digelar selama sebulan penuh di PKJ-TIM, Agustus 1997, diikuti oleh 24 kelompok kesenian dari dalam dan luar negeri). Kelompok senantiasa berupaya bersikap optimis. Berharap teater berkembang dengan sehat, bebas dari interest-politik praktis dan menjadi tontonan yang dibutuhkan berbagai kalangan masyarakat.6

6

Sejarah Teater Koma http://teterkoma.org/index.php?option=com_content&view= article&id=44&Itemid=61 dikutip tgl. 5 Mei 2014

Teater Koma yakin, teater bisa menjadi slah satu jembatan menuju suatu keseimbangan batin dan jalan bagi terciptanya kebahagiaan yang manusiawi. Jujur, bercermin lewat teater, diyakini pula sebagai salah satu cara untuk mengasah daya akal sehat, daya budi dan hati nurani. Teater Koma adalah kelompok kesenian yang konsisten dan produktif. Pentas-pentasnya sering digelar lebih dari dua minggu oleh karna itu dengan minat dari masyarakat yang banyak menjadikan Teater Koma sebagai salah satu grup teater yang mempunyai pengaruh besar dalam dunia teater.