• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Kooperatif

OLAH RASA DAN KARSA

C. Pendidikan karakter melalui Pembelajaran Kooperatif ( cooperative learning).learning)

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam kamus besar bahasa Indonesia di ungkapkan bahwa setidaknya ada empat makna atau arti dari model, antara lain sebagai berikut :

a. Model merupakan pola yang menjadi contoh, acuan, dan ragam. b. Model adalah orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis.

c. Model adalah orang yang pekerjaannya memperagakan contoh pakaian yang akan dipasarkan.

d. Model merupakan barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru, misalnya model pesawat terbang.155

Dari pengertian model di atas, tampaknya pengertian model yang relevan dalam konteks desain pembelajaran adalah model sebagai pola yang menjadi contoh dan acuan dan model tersebut bukan hanya satu, melainkan lebih dari satu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model desain pembelajaran yang dijadikan adalah

154Ibid, h. 269

155Novan Ardi Wiyani, Desain Pembelajaran pendidikan : Tata rancang Pendidikan

pola pembelajaran yang dijadikan sebagai contoh dan acuan oleh guru sebagai pendidik profesional dalam merancang pembelajaran yang hendak difasilitasi. Sebagai pola pembelajaran, model tersebut memiliki berbagai tahapan-tahapan kegiatan dalam merancang pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif yang kadang-kadang disebut kelompok pembelajaran (group learning), adalah istilah generik bagi bermacam produser instruksional yang melibatkan kelompok kecil yang interaktif. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka serta kelompok pasangan yang lain. Pada umumnya dalam implementasi metode pembelajaran kooperatif para siswa saling berbagi (sharing) tentang hal-hal sebagai berikut: 1) Siswa bekerja sama tentang suatu tugas bersama, atau kegiatan pembelajaran

yang akan tertangani dengan baik melalui karya suatu kelompok kerja.

2) Siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang terdiri dari 2-6 orang, tetapi yang paling disukai adalah dalam satu kelompok siswa yang terdiri dari 4 orang.

3) Siswa bekerja sama, berperilaku pro-sosial untuk menyelesaikan tugas bersama atau kegiatan pembelajaran.

4) Siswa saling bergantung secara positif, aktivitas pembelajaran distrukturkan sedemikian rupa sehingga setiap siswa saling membutuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas bersama.

5) Setiap siswa bertanggung jawab secara individu terhadap tugas yang menjadi bagiannya.156

Pada umumnya para ahli, seperti yang disampaikan oleh George Jacobs bersepakat ada delapan prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Pembentukan kelompok harus heterogen, maksudnya dalam pembentukan kelompok para siswa yang melaksanakan pembelajaran kooperatif harus diatur terdiri dari satu atau lebih sejumlah variable seperti seks, etnik, kelas

sosial, agama, kepribadian, usia, kecakapan bahasa, kerajinan, kecakapan, dan lain-lain.

2) Perlu keterampilan kolaboratif, misalnya para siswa mampu memberikan alasan, berargumentasi, menjaga perasaan siswa lain, bertoleransi, tidak mau menang sendiri.

3) Otonomi kelompok. Siswa didorong untuk mencari jawaban sendiri, membuat projek sendiri daripada selalu bergantung pada guru. Disini peranan guru sebagai fasilitator amat penting, guru tidak lagi bertindak selaku orang bijak diatas panggung (sage on stage), tetapi membantu siswa dari arah samping (maknanya saat memberi bantuan guru dalam posisi sejajar dengan siswa).

4) Interaksi simultan. Masing-masing beraktivitas menuju tujuan bersama. Pada proses pembelajaran salah satu siswa pada setiap kelompok harus menjadi juru bicara. Jadi jika kelasnya terdiri dari 32 orang, maka dalam kelompok empat-empat ada 8 orang yang berbicara mewakili kelompoknya.

5) Partisipasi yang adil dan setara. Tidak boleh ada peserta yang mendominasi. Hal ini jelas terkait dengan pendidikan karakter.

6) Tanggung jawab individu. Setiap siswa harus mencoba untuk belajar dan kemudian saling berbagi pengetahuannya. Jadi ada karakter mandiri sekaligus kerja sama.

7) Ketergantungan positif. Ini adalah jantung pembelajaran kooperatif. Setiap harus berpedoman “satu untuk semua dan semua untuk satu dalam mencapai pengembangan potensi akademis. Karakter kebersamaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajar.

8) Kerja sama sebagai nilai karakter. Prinsip ini maknanya adalah kerja sama tidak hanya sebagai cara untuk belajar, tetapi kerjasama juga menjadi bagian dari isi pembelajaran. Kerja sama sebagai nilai menegaskan perlunya ketergantungan positip, yakni mewujudkan slogan: “Satu untuk semua, semua untuk satu”. Seperti tersebut di atas.157

Pembelajaran kooperatif terbukti merupakan pembelajaran yang efektif bagi berbagai macam karakter dan latar belakang sosial karakter siswa. Strategi ini meningkatkan hasil belajar, mendorong untuk saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. Makin berbeda-beda karakter siswa, maka akan semakin tinggi manfaat yang di dapat oleh siswa.

Ada tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lundgren (1994) yaitu :

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal.

Meliputi : (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagi tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati perbedaan individu.

2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah

Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; (b) mengungkapakan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h) menerima,tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan. 3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetapkan tujuan; dan (e) berkompromi.158

Proses pembelajaran kooperatif jelas memiliki potensi membuat ruang kelas menjadi tempat yang menyenangkan dan menjadi produktif ketika siswa belajar untuk bekerja sama. Untuk itu sebagai guru harus dapat memaksimalkan peluang untuk berhasil dalam proses belajar kooperatif.

Sembilan cara memaksimalkan keberhasilan proses belajar kooperatif. 1. Jelaskan bahwa kerja sama merupakan tujuan yang penting bagi kelas

Membangun komunitas.

2. Ajarkan keterampilan spesifik untuk dapat bekerja sama. 3. Buat aturan-aturan untuk bekerja sama.

158Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi

4. Asuh akuntabilitas setiap anggota kelompok untuk bekerjasama dan berkontribusi.

5. Ikutsertakan semua siswa untuk merefleksikan semua kerja sama. 6. Menugaskan peran pada anggota kelompok.

7. Cocokkan proses belajar kooperatif dengan tugas yang di berikan. 8. Gunakan berbagai strategi proses belajar kooperatif.159

Belajar kooperatif sering disalah artikan sebagai belajar kelompok. Belajar kooperatif tidak hanya mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi beberapa kelompok belajar. Belajar koopertif adalah upaya membangun sifat bekerja sama dan melatih siswa untuk tenggang rasa dengan mempertimbangkan dinamika karakter antar peserta didik.