• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Karakter dalam bentuk Pendidikan Nasional

OLAH RASA DAN KARSA

4. Pendidikan Karakter dalam bentuk Pendidikan Nasional

Hal penting yang harus disepakati dahulu secara nasional adalah apa dasar filosofi bagi implementasi pendidikan karakter di Indonesia? Mengakar pada kesepakatan para founding fathers kita saat mendidrikan Negara kesatuan Republik Indonesia yang lalu, maka dasar filosofinya tentu saja Pancasila. Dalam kaitan ini awal sekali seperti apa yang sempat diidentifikasi oleh Soedarsono Pancasila harus disepakati menjadi : (i) dasar Negara, (ii) pandangan hidup bangsa, (iii) kepribadian bangsa, (iv) jiwa bangsa, (v) tujuan yang akan dicapai,

(vi) perjanjian luhur bangsa, (vii) asas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (viii) pengamalan pembangunan bangsa, dan (ix) jati diri bangsa.66

Sebagai bangsa Indonesia tindakan kita harus dilandasi oleh Pancasila. Sudah menjadi fitrah bagi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang multi suku, ras, golongan, bahasa, adat, tradisi. Untuk tetap menegakkan negara Kesatuan maka harus menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika.

Karakter yang harus dimiliki peserta didik adalah yang berlandaskan falsafah Pancasila, setiap karakter yang dimiliki anak didik harus menjiwai kelima pancasila secara utuh dan komprehensif.

Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila maknanya adalah setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif sebagai berikut:

1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.

Merupakan bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Dalam kaitan hubungan dengan Tuhan yang Maha Esa, manusia Indonesia adalah manusia yang taat menjalankan kewajiban agamanya masing-masing, berlaku sabar atas segala ketentuan- Nya, ikhlas dalam beramal , tawakal, dan senantiasa bersyukur atas apa pun yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Dalam hubungan antar manusia, karakter ini dicerminkan antara lain dengan saling hormat-menghormati, bekerjasama, dan berkebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya, tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain, juga tidak merendahkan kepercayaan agama seseorang.

2. Bangsa yang Menjunjung Kemanusian yang Adil dan Beradab.

Diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antar warga dalam masyarakat sehingga timbul suasana kewargaan (civic) yang saling bertanggung jawab, juga adanya saling hormat menghormati antar warga bangsa sehingga timbul keyakinan dan perilaku sebagai warga Negara yang baik, adil dan beradab dan pada gilirannya karakter citizenship (perilaku sebagai warga Negara yang baik) ini akan memunculkan perasaan hormat dari bangsa lain. Karakter

kemanusiaan tercermin dalam pengakuan atas kesamaan derajat, hak dan kewajiban, saling mengasihi, tenggang rasa, peduli, tidak semena-mena terhadap orang lain, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, berani membela kebenaran dan keadilan, merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh warga bangsa dan umat manusia.

3. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Memiliki komitmen dan perilaku yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan. Karakter kebangsaan seseorang tercermin dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan, suka bergotong royong dengan siapa saja Saudara sebangsa, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menjunjung tinggi bahasa Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa, cinta tanah air dan negara Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

4. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia

Bangsa ini merupakan bangsa yang demokratis yang tercermin dari sikap dan perilakunya yang senantiasa dilandasi nilai dan semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, menghargai pendapat orang lain. Hikmat kebijaksanaan mengandung arti tidak adanya tirani mayoritas (majority tyranny) atau sebaliknya juga tidak ada tirani minoritas (minority tyranny). Tidak ada yang memaksakan kehendak atas nama mayoritas, atau selalu berharap adanya toleransi (walau salah dan merugikan sebagai besar warga bangsa) atas nama minoritas. Karakter kerakyatan tercermin dari sikap ugahari dan bersahaja, karena sikap tenggang rasanya terhadap rakyat kecil yang menderita, selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan Negara, mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, beriktikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama, menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah, berani mengambil keputusan yang secara moral

dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta selalu dilandasi nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan.

Memiliki komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat dan seluruh bangsa Indonesia. Karakter berkeadilan sosial tercermin dalam perbuatan yang menjaga adanya kebersamaan, kekeluargaan dan kegotongroyongan, menjaga harmonisasi antara hak dan kewajiban, hormat terhadap hak-hak orang lain, suka menolong orang lain, menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak boros, tidak bergaya hidup mewah, suka bekerja keras, menghargai karya orang lain.67

Kelima sila Pancasila inilah yang harus dijiwai dan diamalkan dan menjadi sebuah karakter dalam diri siswa sebagai warga negara Indonesia.

Sementara itu, di dalam kebijakan nasional, antara lain ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Sejak awal kemerdekaan bangsa Indonesia sudah bertekaduntuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional. Lebih lanjut harus di ingat bahwa secara eksplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Potensipeserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab pada hakikatnya dekat dengan

makna karakter. Pengembangan potensi tersebut harus menjadi landasan implementasi pendidikan karakter di Indonesia.68

Pendidikan karakter arah dan kebijakan nasional dan prioritasnya adalah bahwa pendidikan karakter menjadi bagian yang tidak terpisah dari pencapaian visi pembangunan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang, dan pendidikan karakter dapat dilihat dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada setiap jenjang pendidikan.