• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi dan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter

OLAH RASA DAN KARSA

B. Format Model Pendidikan Karakter Di Sekolah 1. Kurikulum Pendidikan Karakter

9. Strategi dan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter

Istilah strategi mula-mula dikenal dalam dunia militer yang berarti sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang perlu kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Itu berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya

143Ibid, h. 128.

diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

Pendidikan karakter saat ini rasanya sudah tidak memadai lagi diajarkan dengan metode pembelajaran tradisional yang cendrung didasari asumsi bahwa peserta didikmemiliki kebutuhan yang sama, belajar dengan cara yang sama dan pada waktu yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan kegiatan materi pelajaran yang terstruktur secara ketat dan didominasi oleh guru. Metode pembelajaran tradisional tersebut dinilai tidak mampu mencapai tujuan pendidikan karena kurang mengakomodasi kelangsungan pengalaman peserta didik yang diperoleh dalam kehidupan keluarganya. Padahal peserta didik khususnya pada usia sekolah dasar masih mendambakan berlangsungnya pengalaman dilingkungan keluarga dapat dialami pula di sekolah. Pengalaman anak yang masih bersifat global tentu menuntut penerapan model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mereka.145

Proses pendidikan karakter kepada peserta didik pada saat ini lebih tepat menggunakan model pembelajaran yang didasarkan pada interaksi sosial (model interaksi) dan tansaksi. Model interaksional ini dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip-prinsip : (a) melibatkan peserta didik secara aktif dalam belajar, (b) mendasarkan pada perbedaan individu,(c) mengaitkan teori dengan praktek, (d) mengembangkan komunikasi dan kerjasama dalam belajar, (e) meningkatkan keberanian peserta didik dalam mengambil resiko dan belajar dari kesalahan, (f) meningkatkan pembelajaran sambil berbuat dan bermain, dan (g) menyesuaikan pelajaran dengan taraf perkembangan kognitif yang masih pada taraf operasi kongkret. Di samping itu dalam menyajikan pokok-pokok bahasan tentang moral diberikan kepada anak-anak berdasarkan prinsip-prinsip : (1) dari mudah ke sukar, (2) dari sederhana ke rumit, (3) dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan (4) menekankan pada lingkungan yang paling dekat dengan anak sampai pada lingkungan kemasyarakatan yang lebih luas.146

145Zubaedi, Desain, h.230.

Lingkungan sekolah dapat menjadi tempat pendidikan yang baik bagi pertumbuhan karakter siswa. Segala peristiwa yang terjadi didalam sekolah semuanya dapat diintegrasikan melalui pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter merupakan sebuah usaha bersama dari seluruh warga sekolah untuk menciptakan sebuah kultur baru disekolah, yaitu kultur pendidikan karakter. Secara langsung, lembaga pendidikan dapat menciptakan sebuahpendekatan pendidikan karakter melalui kurikulum, penegakan disiplin, manajemen kelas, maupun melalui program-program pendidikan yang dirancangnya.

Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree mengelompokan strategi pembelajaran menjadi tiga: (1) exposition-discovery

learning (strategi pembelajaran penemuan), (2) cooperative learning (strategi

pembelajaran kelompok), (3) groups-individual learning (strategi pembelajaran individual).147

Mengingat pendidikan karakter dalam membangun sumberdaya manusia (SDM) yang kuat, makaperlunyapendidikanpembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu strategi yang tepat sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari pendidikan.

Berkaitan dengan mencari alternatif metode pembelajaran dalam pendidikan karakter ini, kita bisa mempertimbangkan tawaran pendekatan pembelajaran nilai yang dikembangkan oleh Noeng Muhadjir. Menurutnya Pendidikan karakter/ nilai dapat diselenggarakan dengan menggunakan (1) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode induktif atau (iv) metode reflektif. Metode dogmatis adalah metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri. Metode deduktif merupakan caramenyajikan nilai-nilai kebenaran (keutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik. Metode ini bertolak dari kebenaransebagai teori atau konsep yang memiliki nilai-nilai baik, selanjutnya ditarik beberapa

147 Wina Wijaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Preda Media Group, 2008),h.128-129.

contoh kasus terapan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, atau ditarik ke dalam nilai-nilai lain yang lebih khusus atau sempit ruang lingkupnya. Adapun metode induktif adalah kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut. Sementara itu metode reflektif merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir anatara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus kasus kehidupan sehari-hari atau milihat dari kasus kasus sehari-hari dikembalikan pada konsep teoritisnya secara umum. Berbagai metode ini selanjutnya perlu dikembangkan secara perinci kedalam teknik atau prosedur pembelajaran. Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (efektif) ada bermacam-macam di antaranya : (i) teknik indoktrinasi, (ii) teknik moral reasoning, (iii) teknik meramalkan konsekuensi, (iv) teknik klarfikasi, dan (v) teknik internalisasi.148

Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu cara atau metode untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Hamalikmetode mengajar adalah suatu cara, teknik atau langkah langkah yang akan ditempuh dalam proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Roestiyah metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan 9 bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Ada berbagai metode yang dapat digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya; ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, bermain peran, karyawisata, inquiry, kerja kelompok, discovery, demonstrasi. Karena keterbatasan kemampuan dan waktu maka tidak akan semua metode dapat digunakan. Namun yang terpenting adalah penggunaan metode harus dikaitkan dengan situasi dan tujuan belajar yang hendak dicapai dan ditekankan kepada keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan.

C. Pendidikan karakter melalui Pembelajaran Kooperatif (cooperative