• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model penyelenggaraan makanan mana yang ingin dilaksanakan di sekolah sangatlah bergantung dari fasilitas yang ada di sekolah dan lingkungan di sekitar sekolah. Model-model yang dapat dilaksanakan di sekolah adalah: 1) penyiapan makanan dilakukan di sekolah, bahan pangan berasal dari bantuan/sumbangan; 2) penyiapan makanan dilakukan di sekolah, bahan pangan berasal dari lokasi di sekitar sekolah; 3) penyiapan makanan dilakukan di sekolah, dapat berupa makanan lengkap atau kecil, tenaga penjamah berasal dari pedagang makanan; 4) penyiapan makanan dilakukan di luar sekolah, tenaga penjamah berasal dari swasta/katering; 5) penyiapan makanan dilakukan di luar sekolah, tenaga penjamah dari masyarakat dan 6) kupon atau tunai atau bahan pangan di bawa pulang

Model Penyiapan Makanan dilakukan di Sekolah, Bahan Pangan berasal dari Bantuan/Sumbangan

Model ini dapat dilakukan jika ada badan/organisasi/lembaga yang memberikan sumbangan bahan pangan dan sekolah mempunyai fasilitas dapur untuk mempersiapkan dan mengolah makanan di dapur sekolah. Model ini umumnya menyajikan makanan lengkap, mempunyai tenaga sendiri atau membayar tenaga penjamah makanan dari luar sekolah. Semua bahan pangan yang dibutuhkan merupakan bantuan/sumbangan dari badan/organisasi/lembaga dari luar sekolah (UNESCO 2004; Del Rosso 1999).

Model Penyiapan Makanan dilakukan di Sekolah, Bahan Pangan berasal dari Lokasi di Sekitar Sekolah

Model ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memiliki fasilitas dapur sekolah, dan menyajikan makanan lengkap, mempunyai tenaga sendiri atau membayar tenaga penjamah makanan dari luar sekolah. Tenaga penjamah makanan membeli bahan pangan yang ada di sekitar lingkungan sekolah untuk kegiatan penyelenggaraan makanannya (WFP 2007). Model ini paling banyak (81.5%) dilakukan di sekolah-sekolah negara Amerika Serikat (Pannell 1999). Di Taiwan, sebagian besar (67%) sekolah mempergunakan model ini, yang disebut sebagai “public-owned-public-managed”, yaitu sekolah memiliki dapur sendiri dan menyelenggarakan makan siang bagi siswanya (Yang 2006). Di Indonesia beberapa sekolah menerapkan model ini, khususnya sekolah yang siswanya berasal dari keluarga mampu dan sekolah masih mempunyai lahan untuk membangun dapur.

Model Penyiapan Makanan dilakukan di Sekolah, Tenaga Penjamah berasal dari Pedagang Makanan

Model ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memiliki fasilitas dapur sekolah, dapat menyajikan makanan lengkap atau makanan kecil/selingan, mempekerjakan tenaga penjamah makanan yang berasal dari pedagang makanan yang ada di sekitar sekolah. Sekolah yang mempergunakan model ini biasanya melakukan pelatihan tentang higiene dan sanitasi makanan terlebih dahulu, supaya tenaga pedagang makanan dapat melakukan kegiatan penyelenggaraan makanan dengan baik dan menghasilkan makanan yang aman untuk dikonsumsi oleh siswa (Del Rosso 1999).

Kelebihan model penyiapan makanan dilakukan di sekolah adalah tidak adanya tambahan biaya transportasi, lebih mudah mengontrol kualitas makanan karena berada di dalam lingkungan sekolah, makanan dapat disajikan dalam keadaan hangat tanpa menunggu waktu transportasi, tidak membutuhkan

peralatan untuk menghangatkan makanan. Kekurangan model ini adalah

membutuhkan investasi yang tinggi dalam hal penyediaan fisik dapur dan ruang makan, peralatan dan perlengkapannya.

Model Penyiapan Makanan dilakukan di luar Sekolah, Tenaga Penjamah berasal dari swasta/katering

Model ini dilaksanakan di sekolah yang belum memiliki fasilitas dapur sekolah, menyajikan makanan lengkap atau makanan selingan/kecil,

mempekerjakan tenaga penjamah makanan dari sektor swasta, seperti dari katering, dan membeli sendiri bahan pangan yang dibutuhkan. Dalam model ini penyiapan dan pemasakan bahan pangan dilakukan di luar gedung sekolah, mempergunakan fasilitas dapur swasta, seperti dapur katering. Makanan yang matang kemudian dibawa ke sekolah untuk disajikan kepada siswa (Del Rosso 1999).

Model Penyiapan Makanan dilakukan di luar Sekolah, Tenaga Penjamah dari Masyarakat

Model ini dilaksanakan di sekolah yang belum memiliki fasilitas dapur sekolah, menyajikan makanan lengkap atau makanan selingan/kecil, membeli sendiri bahan pangan, mempekerjakan tenaga penjamah makanan yang berasal dari partisipasi masyarakat yang mau membantu dan peduli dengan pendidikan. Tenaga penjamah makanan berasal dari masyarakat, seperti dari Komite Sekolah (persatuan orang tua murid), masyarakat sekitar sekolah, ibu-ibu Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Tenaga ini dapat bersifat sukarela atau sosial atau dibayar dengan upah/honor yang rendah. Model ini mempersiapkan dan memasak bahan pangan di dapur yang berada di luar gedung sekolah. Dapur yang dipergunakan adalah dapur masyarakat yang bersedia untuk melaksanakan kegiatan penyiapan dan pengolahan makanan anak sekolah (Muhilal 1998).

Kelebihan model ini adalah tidak membutuhkan investasi yang tinggi, karena semua kebutuhan fisik dapur, tenaga, peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan kegiatan penyelenggaraan makanan dilaksanakan oleh pihak lain (katering atau masyarakat). Konsentrasi tenaga pendidik difokuskan untuk urusan akademik, dan tidak ada gangguan saat penyiapan dan pengolahan bahan pangan, seperti bau makanan, dan dentingan suara peralatan (Palacio & Theis 2009). Kekurangan model ini adalah makanan dalam keadaan dingin sampai di sekolah terutama jika jarak antara sekolah dan tempat pengolahan makanan sangat jauh. Dan untuk memanaskan makanan membutuhkan biaya tambahan, seperti menyediakan alat untuk memanaskan makanan, dan ruang pemanas, serta biaya transportasi meningkat.

Model Kupon atau Tunai atau Bahan Pangan di Bawa Pulang

Dalam model ini makanan tidak dikonsumsi di sekolah, tetapi dibawa pulang ke rumah masing-masing siswa. Siswa mendapatkan bahan pangan dalam jumlah tertentu atau uang tunai atau kupon yang dapat dipergunakan

untuk membeli makanan (Del Rosso 1999). Kelebihan model ini sama dengan model penyiapan makanan dilakukan di luar sekolah. Kelemahan model ini adalah tidak mengetahui apakah makanan yang dibawa pulang ke rumah benar- benar di konsumsi oleh siswa sebagai sasaran program. Contoh negara yang melaksanakan model ini adalah Banglades, Laos, Pakistan (PCD 2010).

PENYELENGGARAAN MAKANAN ANAK SEKOLAH DI BERBAGAI