• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

2) Model Quantum Teaching

a) Pengertian Quantum Teaching

Mulyasa (2014: 89) menyatakan bahwa Quantum Teaching merupakan suatu proses pembelajaran dengan menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan proses pembelajaran, serta membuat proses tersebut menjadi menyenangkan. Sedangkan

Shoimin (2014: 138) mengatakan bahwa Quantum Teaching merupakan pengubahan belajar yang meriah.

Berdasarkan penjelasan di atas, model pembelajaran

Quantum Teaching adalah strategi pembelajaran dilakukan oleh

guru untuk meningkatkan proses belajar melalui pembelajaran yang meriah dan menyenangkan bagi siswa.

b) Karakteristik Quantum Teaching

Hosnan (2014: 355-356) memaparkan bahwa Kuantum memiliki karakteristik. Berikut karakteristik model pembelajaran Kuantum:

(1) Pembelajaran kuantum berpusat pada siswa di mana potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dapat berkembang secara maksimal dan optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena usaha yang dilakukan siswa lebih diutamakan. Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi

(2) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran karena dapat menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, santai, rileks, dan menyenangkan.

(3) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan atau kebermutuan proses pembelajaran.

(4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relative sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa hanya salah satu diantaranya. Dikatakan demikian, karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajaran, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar.

(5) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Misalnya pembelajaran perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar, kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishmen dan reward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai

c) Langkah-langkah Quantum Teaching

DePorter (dalam Shoimin, 2014: 139-144) menyatakan bahwa Quantum Teaching mempunyai kerangka rancangan pembelajaran yang dikenal sebagai TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, Rayakan). Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Quantum Teaching:

(1) Tumbuhkan

Menumbuhkan minat siswa untuk melakukan proses pembelajaran. Guru memotivasi dan mengikutsertakan siswa untuk tertarik mengikuti proses pembelajaran. Tahap ini dilakukan untuk menggali permasalahan terkait dengan materi yang akan dipelajari melalui suatu gembaran benda nyata, cerita pendek, atau video.

(2) Alami

Guru mendatangkan atau menciptakan pengalaman yang dapat dimengerti semua siswa. Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki.

(3) Namai

Tahapan memberikan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi atas pengalaman yang telah diperoleh siswa. Proses penamaan dibangun atas pengetahuan awal dan keingintahuan siswa. Penamaan merupakan saat untuk mengajarkan konsep

kepada siswa. Pemberian nama setelah pengalaman akan menjadikan kegiatan yang bermakna dan berkesan bagi siswa. Untuk membantu penamaan dapat menggunakan gambar, warna alat bantu, kertas tulis, dan poster.

(4) Demonstrasi

Memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan apa yang sudah mereka ketahui melalui presentasi di depan kelas, permainan, menjawab pertanyaan, dan menunjukkan hasil pekerjaan.

(5) Ulangi

Pengulangan atau penegasan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya melalui tanya jawab atau melalui latihan soal.

(6) Rayakan

Wujud pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh keterampilan dalam ilmu pengetahuan melalui pujian, tepuk tangan, dan bernyanyi bersama.

d) Kelebihan Quantum Teaching

Mulyasa (2014: 91) menyatakan bahwa model pembelajaran

Quantum Teaching memiliki kelebihan-kelebihan. Berikut

kelebihan-kelebihan model pembelajaran Quantum Teaching: (1) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menanya, mencoba,

menalar, dan mengomunikasikan.

(2) Membimbing siswa ke arah berpikir kreatif dan produktif. (3) Menyesuaikan teori dengan kenyataan, dan peserta didik dapat

mencoba melakukannya sendiri.

(4) Melatih dan membiasakan guru untuk berpikir kreatif dan inovatif, sesuai dengan tuntutan quantum teaching.

(5) Pembelajaran mudah diterima dan dimengerti oleh siswa karena dilakukan dengan tenang dan berlangsung menyenangkan.

Sedangkan Shoimin (2014: 132) memaparkan beberapa hal positif perlunya menggunakan model pembelajaran Quantum

Teaching. Hal positif tersebut yaitu:

(1) Siswa diarahkan untuk berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

(2) Pembelajaran yang mampu memusatkan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting dapat diamati secara teliti.

(3) Proses pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.

(4) Siswa dirangsang untuk belajar secara aktif, mengamati, menyesuaikan, antara teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba sendiri.

(5) Materi pembelajaran yang diberikan oleh guru lebih mudah untuk diterima dan dipahami siswa.

Berdasarkan pemaparan dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model pembelajaran Quantum Teaching adalah model pembelajaran dirancang guru untuk membuat kegiatan pembelajaran yang menyenangkan di mana siswa dirangsang aktif mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan.

e) Kekurangan Quantum Teaching

Mulyasa (2014: 92) mengatakan bahwa model pembelajaran

Quantum Teaching memiliki kekurangan. Berikut kekurangan

model pembelajaran Quantum Teaching:

(1) Memerlukan perencanaan yang matang, dan waktu pembelajaran yang cukup panjang, sehingga dapat mengganggu pembelajaran lain.

(2) Peralatan, tempat, biaya yang tidak selalu tersedia di sekolah. (3) Perayaan yang dilakukan untuk menghormati usaha siswa yang

mana dapat mengganggu kelas lain karena brisik.

(4) Menuntut keterampilan guru secara khusus, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran.

Shoimin (2014: 145-146) menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching mempunyai beberapa kelemahan. Berikut kelemahan model pembelajaran Quantum Teaching:

(1) Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

(2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.

(3) Metode ini menggunakan langkah perayaan untuk memberikan apresiasi siswa dalam melakukan proses belajar dengan bertepuk tangan, menyanyi yang terkadang dapat mengganggu kelas lain.

(4) Model pembelajaran yang memerlukan keterampilan guru secara khusus karena tanpa ditunjang hal itu proses pembelajaran tidak akan efektif.

Sesuai dengan penjelasan 2 (kedua) ahli tersebut, disimpulkan bahwa kekurangan model pembelajaran Quantum

Teaching yaitu proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama,

fasilitas tidak memadai, dan perayaan dapat mengganggu kelas lain. Selain itu, menuntut keterampilan guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran secara matang.