Axis IV: pengaruh psikososial. Artinya: ada ga sih kondisi dalam lingkungan yang
OVERVIEW: STATUS MENTAL DAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Status Mental (made simple!)
1. Keadaan Umum
Isi: jenis kelamin, usia, rawat diri. Penting untuk menentukan/memperkirakan prognosis Contoh: tampak seorang laki-laki sesuai usia, dengan rawat diri cukup.
2. Kesadaran
Compos mentis, Somnolen, Stupor, Koma.
Kesadaran berkabut: kesadaran menurun disertai dengan gangguan persepsi dan sikap Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita
menjadi tidak dapat diam. Contoh: kesadaran compos mentis
3. Orientasi
Isi: orientasi orang, waktu, tempat, dan situasi Contoh: Orientasi o/w/t/s = b/j/b/b (b: baik, j: jelek)
4. Attitude dan behaviour
Attitude: kerjasama (kooperatif, nonkooperatif)
Behaviour: tuliskan perilaku pasien (misal: berdiri di atas meja), dan juga dalam hiperaktif, normoaktif, hipoaktif
Contoh: pasien kooperatif sepanjang wawancara
5. Afek
Afek: emosi yang diekspresikan oleh pasien, sehingga penilaiannya obyektif (dapat diamati oleh pemeriksa). Afek dapat dinyatakan dalam beberapa cara:
A. Intensitas dan derajat emosi: datar, tumpul, sempit, luas.
Luas: pada orang normal, perasaan dapat diekspresikan secara penuh. Menyempit: pada orang depresi, terkadang masih dapat mengekspresikan
perasaannya.
Tumpul: pada skizofenia, ekspresi yang tampak sangat sedikit (hampir tanpa ekspresi) Datar: pada skizofrenia, tidak terdapat ekspresi
B. Keserasian: dilihat dari kesesuaian antara stimulus yang diberikan dengan ekspresi pasien: appropriate/sesuai, inappropriate/tidak sesuai.
Contoh: afek luas, serasi (pada orang umumnya); afek menyempit, serasi (pada depresi)
6. Mood
Mood: emosi yang berkepanjangan yang dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien. Mood eutimia: pada orang normal. Suasana perasaan dalam rentang normal yakni
individu mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama hidupnya
Mood hipotimia: pada depresi. Suasana perasaan yang diwarnai kesedihan dan kemurungan.
Mood hipertimia: pada mania. Suasana perasaan yang secara pervasif memperlihatkan semangat dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas kehidupan. Mood iritabel: pada mania. Suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung,
mudah marah, dan seringkali bereaksi berlebihan terhadap suasana yang tidak disenanginya.
Mood kosong: pada skizofrenia Kehidupan emosi yang sangat dangkal, tidak atau sangat sedikit memiliki penghayatan suasana perasaan.
Contoh: mood hipotimia (pada pasien depresi); mood irritable (pada pasien bipolar episode manik)
7. Gangguan pikiran
Dibedakan menjadi isi pikir dan proses pikir.
A. Gangguan isi pikir:
1) Waham: keyakinan palsu yang salah. Contoh: Waham kejar
Waham kebesaran
Waham bizarre, meliputi:
o Waham sedot pikir (thought of withdrawal): pasien percaya bahwa seeseorang telah mengambil keluar pikirannya
o Waham sisip pikir (thought of insertion): pasien percaya bahwa seseorang telah menyesipkan pikiran ke kepalanya
o Waham siar pikir (thought of broadcasting): pasien percaya bahwa orang lain dapat mengetahui/membaca pikirannya
o Waham kendali pikir (thought of being controlled): pasien percaya bahwa apa yang dirasakan/dilakukannya dipengaruhi/dikendalikan oleh orang lain. 2) Obsesi: gagasan (ide), bayangan, atau impuls yang berulang dan persisten.
3) Kompulsi: perilaku/perbuatan berulang yang bersifat stereotipik, biasanya menyertai obsesi.
4) Fobia: ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek, aktifitas, atau situasi spesifik yang menimbulkan keinginan yang mendesak untuk menghindarinya. Contoh: waham kejar (+), pasien yakin ada sindikat mafia Hongkong yang mengejar dirinya karena dirinya mirip Tao Ming Se F4 (pada pasien skizofrenia); pasien berulang kali
memiliki ide bunuh diri (pada pasien depresi)
B. Gangguan proses pikir
Normalnya, proses pikir koheren. Ditanya A akan menjawab A. Menceritakan sesuatu runtut dari A, B, C, dan seterusnya
1) Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi penderita, sering terdapat pada pasien skizofrenia.
2) Word salad: bentuk ekstrim neologisme yang ditandai dengan kalimat yang dibentuk dari kata-kata yang hampir semuanya tidak dapat dimengerti.
3) Circumstantiality: Ingin bicara dari A sampai B, tapi berputar-putar dan terlalu detail, tapi akhirnya akan sampai ke B juga. Sering dijumpai pada pasien skizofrenia, epilepsi, dan demensia senilis.
4) Tangential thinking: ingin bicara dari A sampai B, tapi pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, tidak pernah sampai ke B. Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manik.
5) Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan, namun masih dapat dimengerti. Kalau tidak bisa dimengerti, namanya jadi inkoheren 6) Inkoherensi: merupakan asosiasi longgar yang berat, terdapat distorsi tatabahasa/susunan
kalimat dengan arti istilah yang aneh. Secara khas terdapat pada skizofrenia.
7) Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu taopik ke topik lain tanpa terputus, dimana masih terdapat benang merah (masih terkait, walau sangat kecil kaitannya). Contoh: “saya baik-baik saja dok. Oh iya, tetangga saya orangnya baik deh, kemarin saya dikasih jeruk, hasil dari kebunnya. Kakek saya juga punya kebun di
Lampung. Dia dulu pejuang kemerdekaan. Saya lagi pengen beli bendera nih, beli di mana ya?“
8) Blocking: putusnya pikiran secara sementara dan tiba-tiba. Lagi ngomong, tiba-tiba berhenti. Sering ditemukan pada skizofrenia.
Contoh: proses pikir koheren (pada orang normal, depresi, atau cemas); terdapat flight of ideas (pada mania)
8. Persepsi
Halusinasi: persepsi terhadap rangsang yang tak nyata. (tidak terdapat objek)
a. Halusinasi dengar (akustik, auditori): halusinasi tersering. Bisa bersifat commenting atau commanding.
b. Halusinasi visual: dalam keadaan mata penderita terbuka. Halusinasi tersering kedua. Biasanya merupakan petunjuk adanya gangguan mental organik.
c. Halusinasi taktil: merasa seperti ada yang merayap
d. Halusinasi bau/olfaktori, pengecapan/gustatory: biasa terjadi bersamaan, jarang.
Ilusi: salah persepsi terhadap stimulus sensorik yang memang ada obyeknya. Misalnya:
melihat kain putih tergantung seperti sosok orang. Melihat orang di jalan seperti pacar yang baru mutusin.
Contoh: halusinasi auditori (+), pasien mendengar suara pria yang menyuruhnya untuk bersembunyi dan membanting barang
9. Insight (tilikan diri)
Yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas sekitarnya. (pemahaman pasien terhadap penyakitnya)
Derajat insight:
I. Penyangkalan total terhadap penyakitnya II. Ambivalensi terhadap penyakitnya
III. Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
IV. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak memahami penyebab sakitnya V. Menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya
VI. Tilikan yang sehat, yakni sadar sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
Diagnosis Multiaksial