• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARALEGAL DAN AKSES PEREMPUAN TERHADAP KEADILAN : KAJIAN TENTANG PERAN DAN STRATEGI PARALEGAL DALAM PEMENUHAN AKSES KEADILAN BAGI PEREMPUAN

Fakultas Pertanian, Penelitian, Kemenristekdikti, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, 2018

MENINGKATKAN EFISIENSI USAHATANI DAN DAYA SAING KOMODITAS JAGUNG DI JAWA TENGAH

72. PARALEGAL DAN AKSES PEREMPUAN TERHADAP KEADILAN : KAJIAN TENTANG PERAN DAN STRATEGI PARALEGAL DALAM PEMENUHAN AKSES KEADILAN BAGI PEREMPUAN

KORBAN KEKERASAN DI KOTA SURAKARTA

Rima Vien Permata Hartanto, Siany Indria Liestyasari, Atik Catur Budiati

Fakultas KIP, Penelitian, Kemenristekdikti, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, 2018

Penelitian ini merespons adanya kenyataan masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan (KtP) dan lemahnya akses keadilan perempuan korban kekerasan, padahal Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan untuk melindungi perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa wajah perempuan khususnya perempuan korban kekerasan dalam hukum dan kehidupan sosial di Indonesia sangatlah kompleks.

Paralegal sebagai penengah (intermediaries) memiliki peranan untuk membantu kendala yang dihadapi perempuan dalam mengakses keadilan, maka peranan paralegal merupakan “alat”

yang penting untuk meningkatkan akses perempuan terhadap keadilan. terlebih di Indonesia, di mana pengacara terlatih sangat mahal. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggali pendalaman

80 ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018

peran dan strategi paralegal dalam pemenuhan akses keadilan pada perempuan korban kekerasan di Kota Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah berorientasi pada pengembangan teoritik pada kajian kekerasan terhadap perempuan dan akses keadilan. Tujuan khusus penelitian ini adalah berkontribusi dalam perubahan berbagai kebijakan pemerintah mengenai pemberdayaan hukum dan penguatan akses keadilan terutama bagi kelompok perempuan dan pengembangan program keparalegalan di Indonesia serta pengembangan ilmu hukum dan sosiologi. Dengan target khusus diperolehnya deskripsi pengetahuan tentang peran paralegal dan dilanjutkan dengan ditemukannya strategi paralegal dalam pemenuhan akses keadilan bagi perempuan korban kekerasan.

Pembelajaran yang didapat dari studi ini setidaknya dapat dirumuskan dalam 3 (tiga) hal : Pertama, bahwa Hak Atas Keadilan (Access to Justice) merupakan hak kontitusional setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanahkan dan dijamin dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Wujud dari hak atas keadilan antara lain adalah lewat bantuan hukum kepada masyarakat miskin dan marjinal. Dalam perjalanannya sampai sampai saat ini, paralegal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bantuan hukum. Bahkan paralegal telah menjadi aktor kunci dalam pemenuhan akses kepada keadilan. Pembentukan paralegal adalah salah satu strategi layanan bantuan hukum berbasis komunitas yang terintegrasi dalam sistem bantuan hukum nasional. Apalagi paralegal sekarang ini telah menjadi bagian dari sistem bantuan hukum nasional dimana paralegal merupakan perpanjangan dan secara kelembagaan terkoordinasi dengan organisasai bantuan hukum (OBH) sesuai dengan amanat UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum. Dalam konteks kasus kekerasan terhadap perempuan, banyak perempuan korban kekerasan kesulitan mengakses perlindungan hukum. Hal ini disebabkan oleh prosedur hukum yang rumit dan seringkali tidak ramah (sensitif) terhadap perempuan korban. Selain itu,perempuan korban kurang mendapatkan dukungan dari keluarga dan masyarakat. Sehingga paralegal dibutuhkan untuk mendampingi perempuan korban dalam menjalani proses hukum, serta menciptakan dukungan yang diperlukan bagi perempuan korban dalam upaya memperoleh keadilan.

Peran paralegal dalam meningkatkan akses keadilan bagi perempuan korban kekerasan antara lain :

1. Menangani langsung kasus-kasus hukum yang muncul di komunitas khususnya kelompok marjinal dalam hal ini khususnya perempuan korban kekerasan;

2. Melakukan pendokumentasian kasus hingga membantu membuat draft hukum;

3. Mengupayakan penyelesaian kasus-kasus melalui mediasi sehingga tidak semua dibawa ke jalur formal/pengadilan;

4. Memberikan penyadaran hukum kepada masyarakat khususnya perempuan korban kekerasan;

5. Menfasilitasi masyarakat untuk memahami atas masalah hukum dan sosial yang sedang terjadi serta akar penyebabnya (berfikir kritis);

6. Menggalang swadaya untuk biaya korban kekerasan, bahkan terdapat pengalaman untuk melibatkan korban di organisasi dengan menfasilitasi pengembangan usaha/ekonomi dan juga dalam rangka pemulihan dan penguatan;

7. Melakukan pemantauan terhadap terjadinya pelanggaran atas HAM termasuk hak perempuan dan anak di masyarakat serta terkait dengan layanan publik dan dalam setiap tingkat pemeriksaan perkara.

Berdasarkan peran tersebut diatas, fungsi paralegal mencakup dua sisi yaitu bantuan hukum secara litigasi dan bantuan hukum secara non litigasi. Dalam konteks non litigasi, paralegal melakukan fungsi sebagai pendamping perempuan korban kekerasan. Dalam hal ini paralegal memberikan pertolongan pertama apabila terjadi pelanggaran hukum. Sedangkan secara litigasi

ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018 81 fungsi paralegal adalah mendukung advokat dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan.

Praktik paralegalism yang terjadi biasanya menunjukkan bahwa ada yang menggabungkan fokus kegiatan dan layanan paralegal, yakni antara pemberdayaan dan pelatihan hukum dengan layanan bantuan hukum dan penanganan kasus. Adapun paralegal yang berbasis komunitas yakni paralegal yang merupakan bagian dari komunitas sendiri dan direkrut oleh LSM untuk memberikan layanan bagi komunitas di mana paralegal berada. Di pihak lain, ada berbagai lembaga bantuan hukum yang memiliki asisten pengacara publik yang bertindak sebagai paralegal.

Kedua, secara khusus, terdapat tiga alasan mengapa peranan paralegal sangat penting untuk dalam membantu perempuan korban kekerasan mengakses keadilan. Pertama, paralegal melakukan peran “pembiasaan” (familiarization) sistem hukum bagi perempuan korban kekerasan. Sebagai penerjemah, paralegal membuat aturan hukum menjadi bermakna sedemikian rupa sehingga bisa dimengerti oleh perempuan korban kekerasan dengan prosedur yang terasa lebih familia. Begitu pula sebaliknya, paralegal menjadikan rumusan persoalan, klaim dan kepentingan awam sejalan dengan logika dan bahasa yang dikenal dalam sistem hukum formal. Kedua, paralegal lebih mudah diakses oleh kelompok perempuan korban kekerasan. Selain mudah ditemui, pelayanan hukum oleh paralegal lebih murah dibanding jasa serupa yang disediakan oleh pengacara atau advokat. Ketiga, paralegal mempengaruhi relasi kuasa dan posisi tawar kelompok perempuan korban kekerasan yang bisa dilihat dari perubahan reaksi dan respon pihak lain termasuk tanggapan dari institusi pemerintah dan aparat penegak hukum sekalipun masing-masing bisa berbeda. Ketiga, dalam menjalankan perannya, ada beberapa kendala yang dihadapi paralegal. Pertama, belum adanya legitimasi formal bagi paralegal dalam sebuah ketentuan peraturan perundang-undangan. Sistem hukum Indonesia tidak ada satu ketentuanpun yang mengatur mengenai paralegal. Paralegal dapat eksis karena mereka mengisi kelemahan dalam implementasi dari undang-undang yang mengatur masalah bantuan hukum seperti Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat jo Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP jo Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum khususnya tidak bisa dijadikan landasan yuridis bekerjanya paralegal pada saat ini. Sebab secara formal memang ada klausul yang memuat mengenai paralegal akan tetapi tidak secara jelas dan tegas mengatur tentang paralegal. Undang-undang Bantuan Hukum hanya mengakui keberadaan paralegal dengan menyinggung soal paralegal tapi tidak diatur lebih jauh dan rinci mengenai paralegal. Dengan demikian maka Undang-undang Bantuan Hukum tidak dapat melindungi paralegal secara hukum.

Kedua adalah minimnya dana yang dimiliki oleh lembaga-lembaga tempat sebagian paralegal bernaung, ketiga masalah tingkat pendidikan formal bagi paralegal yang belum merata.

Keseluruhan luaran yang telah dihasilkan dari tahun 2017-2018 adalah :

1. Presentasi (sebagai Pemakalah (Presenter)) pada kegiatan International Conference on Gender Equality and Ecological Justice (GE2J) di Salatiga pada tanggal 09-12 Agustus 2017 2. 1 (satu) artikel yang dipublikasikan di Jurnal PPKn

3. 1 (satu) Buku Saku dengan Judul Memahami Untuk Membangun Kesadaran Penghapusan Kekerasan Seksual dan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

4. Presentasi (sebagai Pemakalah (Presenter)) pada kegiatan Konferensi Internasional Annual Civic Education Conference (ACEC) di Bandung pada tanggal 27-28 April 2018

5. Presentasi (sebagai Pemakalah (Presenter)) pada kegiatan ASIA International Multidisciplinary Conference (AIMC) di Johor Bahru Malaysia pada tanggal 11-13 Mei 2018

6. Presentasi (sebagai Pemakalah (Presenter)) pada kegiatan Seminar Nasional di Surakarta pada tanggal 07 Juli 2018

82 ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018

7. Presentasi (sebagai Pemakalah (Presenter)) pada kegiatan Borneo International Conference on Education and Social Sciences (BICESS ) di Banjarmasin pada tanggal 10-11 September 2018

8. 1 (satu) Buku Teks

73. PLATINUM GREEN HOME BERDASARKAN GREENSHIP HOME GREEN BUILDING COUNCIL