• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT

152 ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018

ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018 153 140. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERAH YANG BERBASIS KEAMANAN

PANGAN MELALUI APLIKASI GOOD DAIRY FARMING PRACTICE DI KELOMPOK TERNAK KAMBING

Bayu Setya Hertanto, Adi Magna Patriadi N, Rendi Fathoni Hadi, Lilik Retna Kartikasari Fakultas Pertanian, Pengabdian, Kemenristek Dikti, Program Kemitraan Masyarakat, 2018 Pemeliharaan kambing perah merupakan faktor utama yang memengaruhi produktivitas ternak khususnya kambing perah. Kondisi pemeliharaan (aspek pakan, perkandangan, recording, reproduksi, pencegaha penyakit, dan pemerahan) yang tidak baik menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah, antara lain ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat dan bobot badan rendah, jarak beranak yang lama, banyak penyakit yang menyerag ternak sehingga berdampak pada penurunan produksi dan kualitas susu. Di sisi lain, usaha pemeliharaan kambing perah tidak berhenti sampai pada produksi susu, tetapi juga perlu upaya untuk penanganan susu atau pasca panen. Kegiatan penanganan susu menjadi kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan usaha pemeliharaan kambing perah. Susu sebagai salah satu pangan asal hewan yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, namun sangat baik sebagai media pertumbuhan mikroorganisme sehingga susu dikategorikan sebagai pangan yang mudah rusak (perishable food). Selain itu, beberapa penyakit dapat ditularkan melalui susu (milk-borne disease). Oleh karena itu, susu yang digunakan sebagai sumber nutrisi bagi manusia perlu diproteksi dari kontaminasi atau kerusakan yang dimulai dari produksi susu sampai susu siap dikonsumsi yang dikenal sebagai konsep safe from farm to table concepts. Agar produktivitas kambing perah optimal peternak perlu mendapatkan pengetahuan tentang penerapan good dairy farming practices (GDFP). Good Dairy Farming Practice adalah tatalaksana peternakan kambing perah yang meliputi segala aktivitas teknis dan ekonomis dalam pemeliharaan sehari-hari seperti kesehatan ternak, cara dan sistem pemberian pakan, kesejahteraan ternak, reproduksi, sanitasi perkandangan, penangangan susu, serta pencegahan dan pengobatan penyakit. Kegiatan pengabdian masyarakat akan melibatkan 2 mitra kelompok yaitu kelompok Ternak Kambing “Taruna Mukti” dan Kelompok Wanita Tani “Ngudi Rahayu”.

Kelompok Ternak Kambing Taruna Mukti berlokasi di Dondong RT 12, Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah dan Kelompok Wanita Tani “Ngudi Rahayu” yang berlokasi di Ngabean RT 11, Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan di Kelompok Ternak Kambing Perah Taruna Mukti dan Kelompok Wanita Tani Ngudi Rahayu yang berlokasi di Kabupaten Sragen adalah melakukan perbaikan kandang dan fasilitasnya. Selain itu, program pemberian pakan dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki kebutuhan nutrien kambing perah. Kegiatan selanjutnya adalah peningkatkan kualitas pakan kambing perah dengan meramu bahan pakan menjadi pakan lengkap nutrisi. Sumber bahan pakan ada yang berasal dari pakan komersil dan pakan hasil limbah pertanian. Selain itu, kegiatan yang telah dilakukan meliputi penanganan susu dan proses produksi susu bubuk ½ jadi dengan prinsip higienis.

Kata kunci: Peternak, kambing perah, susu, good dairy farming practice

154 ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018

141. PKM BAGI KELOMPOK PETERNAK & PETANI DI DESA KARANGANYAR KECAMATAN WERU SUKOHARJO JAWA TENGAH (REVITALISASI INSTALASI BIOGAS MENUJU DESA MANDIRI ENERGI)

Bekti Wahyu Utami, Eka Handayanta

LPPM UNS, Pengabdian, Kemenristek Dikti, Program Kemitraan Masyarakat, 2018

Desa Karanganyar merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian (agraris). Selain menggantungkan penghidupannya dari pertanian tanaman pangan beberapa petani ada juga yang memelihara ternak khususnya sapi sebagai sumber penghasilan. Banyaknya masyarakat yang memelihara ternak menjadikan beberapa dari mereka membuat kandang komunal secara mandiri. Salah satunya adalah kelompok peternak Sekar Wijaya.

Kelompok peternak Sekar Wijaya sendiri memiliki cukup banyak sapi dalam kandang bersama (komunal). Namun kehadiran kandang komunal di sekitar pemukiman warga ini ternyata menimbulkan konflik yang lain. Karena kotoran sapi ternyata cukup mencemari lingkungan sekitar. Sebagai ilustrasi, 1 (satu) ekor sapi per hari menghasilkan kotoran kurang lebih 20 kg (dewasa) dan 10 kg (anak). Dari beberapa ekor sapi yang ada di kandang komunal akan dihasilkan kotoran sapi dalam jumlah yang cukup banyak.

Untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan, sebenarnya di kelompok Peternak Sekar Wijaya telah dibangun instalasi biogas oleh Badan Lingkungan Hidup (BPLH) yang cukup besar dengan kapasitas digester 25 meter kubik, yang memiliki potensi untuk bisa mencukupi kebutuhan gas untuk rumah tangga hingga tujuh keluarga dengan sapi yang ada di kandang kelompok dan ini masih dapat ditingkatkan lagi apabila populasi sapi lebih besar lagi. Namun demikian kondisi instalasi Biogas tidak berfungsi (mangkrak) sejak beberapa tahun yang lalu karena tidak adanya pendampingan dari instansi yang memberikan bantuan tersebut. Bahkan instalasi bernilai ratusan juta rupiah itu hanya digunakan selama 3 bulan saja. Sungguh suatu keadaan yang sangat disayangkan, karena hal ini berarti kerugian yang cukup besar bagi negara karena instalasi dengan biaya yang besar (mahal) tidak bermanfaat bagi masyarakat.

Tim Pengabdian UNS melakukan pengabdian dengan tujuan memvitalkan kembali instalasi biogas tersebut dan sekaligus mencoba mengubah prilaku warga yang manja dan kurang peduli terhadap lingkungan. Adapun kegiatan yang dilakukanan tim meliputi perbaikan instalasi digester, memfungsikan kembali pipa aliran gas ke rumah-rumah hingga mengganti kompor biogas pada rumah warga. Revitalisasi biogas juga dilakukan hingga pada pengolahan limbah dari digester biogas yang berupa sisa bahan organik menjadi pupuk organik. Tim juga membangun instalasi untuk pengolahan limbah tersebut.

142. PKM KELOMPOK TANI TERNAK KAMBING DALAM PENINGKATAN PERFORMA KAMBING MELALUI PERBAIKAN KONSTRUKSI KANDANG DAN FORMULASI RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN DI DESA PARE KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI PROPINSI JAWA TENGAH

Endang Tri Rahayu, Susi Dwi Widyawati

LPPM UNS, Pengabdian, Kemenristek Dikti, Program Kemitraan Masyarakat, 2018

Desa Pare merupakan salah satu desa di Kecamatan Selogiri yang memiliki potensi ternak kambing. Dalam rangka pengembangan usaha penggemukan kambing maka dibentuk KTT Tani Rejo dan KTT Sumber Harapan di Desa Pare Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.

ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018 155 Permasalahan utama yang dihadapi peternak anggota KTT Tani Rejo adalah besarnya biaya pakan yang dikeluarkan peternak yang kurang sebanding dengan pertambahan berat badan yang dicapai ternak sehingga pendapatan yang diperoleh peternak kurang optimal. Selain itu, kontruksi kandang belum sesuai dengan persyaratan teknis sehingga mengganggu produktivitas ternak, kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Kendala utama yang dihadapi peternak di KTT Sumber Harapan adalah rendahnya tingkat produktivitas ternak. Hal ini terlihat dari capaian berat badan sapi berkisar 90 gr/hari/ekor. Padahal pertambahan berat badan kambing mampu mencapai 0,150-200 gr/ekor/hari. Pemberian pakan ternak, baik pakan konsentrat dan pakan hijauan tanpa memperhatikan segi kualitas dan kuantitas merupakan salah satu penyebab rendahnya capaian berat badan yang dicapai oleh ternak. Solusi yang ditawarkan adalah (1) Peningkatan pengetahuan mengenai tatalaksana pemeliharaan usaha penggemukan kambing, (2) Penerapan teknologi ransum pakan dengan suplemen Growth Promoting Feed Supplement (GPFS), (3) Perbaikan kontruksi kandang.

Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan performa dan produktivitas ternak kambing milik anggota KTT Tani Rejo dan KTT Sumber Harapan sehingga pendapatan peternak meningkat. Metode kegiatan PKM ini adalah melalui Focus Group Discussion (FGD), penyuluhan tentang manajemen pakan, manajemen perkandangan, dan manajemen kesehatan, pelatihan mengenai penyusunan ransum pakan ternak kambing dan serta perbaikan kontruksi kandang serta demplot (percontohan) pemeliharaan kambing 10 ekor selama 3 bulan. Aplikasi ransum pakan untuk meningkatkan berat badan harian kambing ini menggunakan suplemen GPFS dengan berbahan dasar pakan hijauan/rambanan (60%), konsentrat (20%) dan suplemen GPFS (20%). Formula GPFS yang terdiri dari urea (1%), molasses (5%), bungkil sawit (10%), minyak (2%), mineral dan vitamin (2%). Kostruksi kandang dibangun dengan kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak lembab dan dilengkapi tempat pakan, tempat penampungan kotoran beserta saluran drainasenya. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pertambahan bobot kambing KTT Sumber Harapan lebih tinggi dibandingkan pertambahan bobot badan kambing milik anggota KTT Tani Rejo. Penyebabnya adalah kemampuan adaptasi pakan ternak kambing milik anggota KTT Tani Rejo lebih lama dibanding KTT Sumber Harapan sehingga berdampak terjadi penurunan dan pertambahan berat badan yang relative sedikit.

Luaran dari kegiatan ini adalah dihasilkan teknologi tepat guna ransum pakan GPFS serta dipublikasikan dalam jurnal ABDIMAS UNNES, serta peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peternak anggota KTT Tani Rejo dan KTT Sumber Harapan.

Kata kunci : kambing, pakan, kontruksi kandang, pertambahan berat badan

143. PENGEMBANGAN BUAH DAN SAYUR ORGANIK SEBAGAI OLEH-OLEH WISATA KHAS DESA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR PROPINSI JAWA TENGAH

Istijabatul Aliyah, Bambang Pujiasmanto

LPPM UNS, Pengabdian, Kemenristek Dikti, Program Kemitraan Masyarakat, 2018

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang berjudul Pengembangan Buah Dan Sayur Organik Sebagai Oleh-Oleh Wisata Khas Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Desa ini berada di daerah pegunungan dan berjarak sekitar 25 Km dari kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta.

156 ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang akan dilaksanakan di desa ini didasarkan atas beberapa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat petani di wilayah tersebut. Desa Berjo memiliki banyak potensi wisata, termasuk agrowisata berbasis pertanian organik. Namun masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat petani seperti keterbatasan keterampilan mengenai pengolahan hasil pertanian berupa buah dan sayur organik sebagai oleh-oleh wisata khas Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso guna pengembangan wisata daerah Kabupaten Karanganyar, keterbatasan kreativitas pengemasan yang memenuhi standar kelayakan kesehatan dan keamanan buah dan sayur organik sebagai oleh-oleh wisata yang mudah dibawa oleh para wisatawan, dan pemasaran hasil pertanian berupa buah dan sayur organik untuk menjadi daya tarik wisatawan dan masyarakat luas.

Metode yang akan digunakan dalam kegiatan PKM ini meliputi metode penyuluhan dan pelatihan sebagai alat transfer pengetahuan tentang pengolahan, pengemasan dan pemasaran pertanian organik dan seluk beluknya yang akan diberikan kepada mitra, metode pendampingan untuk meningkatkan kreativitas dan kinerja mitra dalam mengolah, mengemas dan memasarkan produk pertanian berupa buah dan sayur organik sebagai oleh-oleh wisata khas Desa Berjo dalam pengembangan ekonomi masyarakat dan pariwisata daerah, dan pemberian bantuan peralatan pengemasan untuk mengimplementasikan pengemasan yang memenuhi standard kebersihan, kesehatan, dan keamanan pangan, serta pembuatan website sebagai media perluasan jejaring untuk

meningkatkan daya tarik wisata.

Hasil yang ditargetkan dari kegiatan PKM ini adalah adanya peningkatan ketrampilan dalam mengolah, mengemas, dan memasarkan produk pertanian berupa buah dan sayur organik sebagai oleh-oleh wisata khas Desa Berjo, diversifikasi produk olahan tanaman organik sebagai oleh-oleh wisata khas suatu daerah, penambahan fasilitas berupa alat-alat pengemasan (wrapping mechine) untuk pengemasan buah dan sayur organik agar mudah dibawa sebagai oleh-oleh wisata khas suatu daerah, perluasan jejaring pemasaran hasil pertanian organik berupa buah dan sayur organik melalui

Fakultas Seni Rupa dan Desain,Pengabdian, Kemenristek Dikti, Program Kemitraan Masyarakat, 2018

Pada kegiatan pengabdian ini akan difokuskan pada pengembangan desa kerajinan sebagai upaya pelestarian budaya lokal berbasis industri kreatif dan sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengabdian ini dilaksanakan di sentra industri gerabah di Kabupaten Lombok Tengah. Mitra dari pengabdian ini adalah dua UKM perajin gerabah yaitu gerabah Penujak milik Hj. Nuryana dan Yulia Pottery yang miliki Bapak Amran di Desa Penujak Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Kedua kelompok perajin tersebut mempunyai potensi yang masih bisa dikembangkan lebih optimal, hanya saja masih terdapat beberapa kendala dalam pengelolaannya. Target khusus yang ingin dicapai dalam kegiatan pendampingan ini adalah penambahan varian disain produk, rekayasa alat, peningkatan

ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018 157 manajemen, perluasan pasar/agen dan peningkatan omset. Metode yang digunakan dalam implementasi kegiatan ini yaitu metode observasi, diskusi, operasional kerja dan pendampingan secara langsung. Kegiatan yang berkaitan dengan obyek antara lain pengenalan teknologi finishing gerabah dan pembuatan gerabah dengan desain baru.

Kata kunci: gerabah tradisional, diversifikasi produk, peningkatan ekonomi

145. PKM : ALAT EKSTRAKTOR-EVAPORATOR UNTUK PRODUKSI DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI BATIK DI DESA KUWIRAN DAN DI DESA DENGGUNGAN, KECAMATAN BANYUDONO, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH

Paryanto, Adrian Nur, Desy Nurcahyanti

Fakultas Teknik, Pengabdian, Kemenristek Dikti, Program Kemitraan Masyarakat, 2018

Perkembangan batik di Indonesia sangat pesat hal ini dapat dilihat dari banyaknya industri batik yang ada di Indonesia. Bahkan pada tanggal 2 Oktober 2009 batik di Indonesia sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO yang merupakan kriteria Intangiable Cultural Heritage for Humanity. Pesatnya perkembangan batik tersebut tidak diiringi dengan kemajuan peralatan-peralatan yang digunakan untuk proses produksi batik, terlebih di Usaha Kecil Menengah. Studi kasus dilakukan di UKM I Batik Soul Craft yang terletak di Desa Kuwiran, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali dan UKM II Batik Cantik di Desa Denggungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali karena kedua UKM masih menggunakan alat ekstraksi zat warna alami yang sederhana berupa panci dan tidak dilengkapi dengan saringan didalamnya, pengadukan tidak dilakukan terus-menerus, dan tidak adanya proses pemurnian konsentrat melalui proses evaporasi, maka pada kegiatan ini dibuat alat ekstrakstor-evaporator yang efektif dan efisien serta aplikasinya. Alat ekstraktor-evaporator zat warna alami yang dibuat terdiri atas tiga bagian utama. Bagian pertama adalah tangki, memiliki volume sebesar 15 Liter, berbahan dasar stainless steel (SS) 304, yang dilengkapi dengan tangki penyaring serta kran pengeluaran hasil ekstraksi. Bagian kedua adalah rangka alat, terbuat dari besi siku. Rangka alat memiliki dimensi total 58 cm x 40 cm x 72 cm, berfungsi sebagai penyangga tangki ekstraktor-evaporator dan rangkaian pengaduk. Bagian ketiga adalah pengaduk, terbuat dari stainless steel, berdiameter 2 cm dan panjang 50 cm, berfungsi untuk memperbesar kontak antara bahan dan pelarut saat ektraksi berlangsung, sehingga proses pengambilan pigmen zat warna alami berlangsung optimal. Sebagai penggerak dari pengaduk digunakan motor ¼ Hp dengan sistem transmisi pulley. Dari hasil pengujian alat ekstraktor-evaporator jika dibandingkan dengan alat konvensional menghasilkan konsentrat zat warna alami yang lebih banyak (6,20L:3,03L), kebutuhan gas LPG lebih sedikit (0,785 kg : 1,080 kg), suhu operasi lebih stabil (980C : tidak stabil), tekanan lebih tinggi (1,5 bar : 1 bar), dan ampas yang tersaring lebih banyak (3,175 kg : 2,710 kg). Hasil aplikasi zat warna alami dengan pencelupan 5 kali dan 10 kali,diuji ketahanan luntur warna terhadap pencucian dengan Gray Scale menggunakan fiksator tawas, zat warna tingi dengan nilai 4, mahoni dengan nilai 4-5. Uji tahan luntur warna terhadap penodaan dengan staining scale zat warna tingi fiksator tawas dan tunjung dengan nilai 3. Sedangkan kain yang memiliki tahan luntur warna zat warna mahoni fiksator tawas dengan nilai 3-4. Pada uji tahan luntur warna terhadap gosokan basah pada zat warna tingi mendapatkan hasil yang cukup dengan semua fiksasi pada pencelupan ke-5 maupun ke-10 nilai 3. Pada uji tahan luntur warna terhadap gosokan kering pada zat warna tingi mendapatkan hasil yang Cukup Baik menggunakan fiksator tawas pada pencelupan ke-5 maupun ke-10 dengan nilai 3-4. Sedangkan kain yang dicelup zat warna mahoni difiksasi menggunakan tawas pencelupan 5 kali dan 10 kali dengan

158 ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018

nilai 4. Pada pengujian ketuaan warna, kain yang memiliki nilai R% paling kecil yaitu zat warna mahoni pada pencelupan ke-10 dan fiksasi tunjung nilai R% = 6,05.

Sedangkan kain yang memiliki nilai R% paling besar yaitu zat warna mahoni pada pencelupan ke-5 dan fiksasi tawas nilai R% = 57,97.

146. PEMBERDAYAAN GURU TAMAN PENDIDIKAN AL-QURAN AL-ARDHI DAN NURUL JADID DI KABUPATEN SRAGEN MELALUI KETRAMPILAN BETERNAK AYAM KAMPUNG SECARA INTENSIF

Ratih Dewanti, Sudiyono

Fakultas Pertanian, Pengabdian, Kemenristek Dikti, Program Kemitraan Masyarakat, 2018 Kegiatan IbM ini dilaksanakan di TPA Al-Ardhi dan Nurul Jadid Desa Plosokerep Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen. Metode yang digunakan adalah dengan memberikan penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan pemeliharaan ayam kampung, penetasan, menyediakan peralatan lengkap, pelatihan pemasaran dan pembukuan sederhana serta pengolahan kotoran. Target luaran yang diharapkan adalah membentuk ustad dan ustadah TPA yang mandiri secara ekonomis dan breeding ayam kampung yang berkelanjutan. Dalam kegiatan ini di introduksikan kandang ren berpelataran, tempat pakan dan minum, mesin tetasfull otomatis, eggtray, brooder, ayam kampung 44 ekor dan pakan. Hasil quisioner, terjadi peningkatan hasil sesudah penyuluhan dibandingkan sebelum penyuluhan (pengetahuan meningkat) sesudah penyuluhan yaitu 119 point dibandingkan sebelum penyuluhan 82 point.

Puncak produksi telur pada umur ayam 35 minggu sebesar 76%. Penjualan telur perbutir dengan harga Rp.2000-Rp.2500. Penetasan yang dilakukan memiliki daya tetas sebesar 74%. Generasi F1 dijual umur kurang lebih 3 bulan dengan harga Rp.100.000/3 ekor. BEP harga produksi Rp.18.616/ekor. Melalui kegiatan ini, kemampuan dan ketrampilan ustad ustadah TPA Al-Ardhi dan Nurul Jadid mengalami peningkatan dan diharapkan mandiri secara ekonomis.

Kata Kunci: Ayam Kampung, Beternak, TPA, Al-Ardhi dan Nurul Jadid

147. PKM USAHA RAMBAK KULITDI DESA PALUR KECAMATAN MOJOLABAN SUKOHARJO

Rhina Uchyani Fajarningsih, Isti Khomah

LPPM UNS, Pengabdian, Kemenristek Dikti, Program Kemitraan Masyarakat, 2018

Usaha Rambak Kulit memiliki prospek yang cerah dalam pengembangan usahanya, terbukti usaha ini banyak tumbuh di berbagai daerah. Salah satu produk yang banyak dicari di toko oleh-oleh adalah rambak kulit karena produk ini memiliki rasa yang khas baik sebagai camilan, pelengkap makan dan buah tangan. Salah satu usaha rambak kulit yang telah lama berdiri adalah UKM Riyadi yang beralamat di Jatimalang Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dan UKM Ibu Hinem yang berada di Klaruan Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Setiap hari, kedua UKM mitra melakukan proses produksi membuat rambak kulit. Bahan baku berupa kulit kerbau berasal dari pengepul di Boyolali, yang ketersediannya juga tidak bisa dipastikan jumlahnya tetap setiap harinya. Proses produksi memerlukan kurang lebih sebesar 60-100 kg setiap harinya. Setiap satu kali proses produksi ini memerlukan waktu relatif lama kurang lebih selama 3 hari menjadi rambak kulit siap digoreng.

Permasalahan yang dihadapi oleh kedua ukm mitra adalah 1) Belum adanya teknologi perajang kulit kerbau dan 2) Belum adanya perijinan PI-RT dari Dinas Kesehatan. Proses produksi yang lama pada pembersihan kulit dan proses pengungkepan serta pengadukan yang masih manual

ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018 159 sehingga harus menggunakan banyak tenaga kerja. Kegiatan PKM Usaha Rambak Kulit ini bertujuan untuk memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh kedua UKM.

Solusi yang ditawarkan yaitu 1) Introduksi Teknologi Perajang Kulit Kerbau, 2) Fasilitasi perijinan PI-RT, dan 3) Pendampingan. Pendampingan yang dilakukan mulai dari penggunaan teknologi tepat guna, bahan baku, tenaga kerja, penyiapan layout tempat produksi yang layak, dan perbaikan pembukuan praktis. Pendampingan usaha dilakukan secara kontinyu sampai kedua UKM mitra berhasil meningkatkan volume dan kualitas produksinya. Target luaran yang ingin dicapai adalah penambahan teknologi perajang kulit kerbau, peningkatan kuantitas dan kualitas produksi, peningkatan keuntungan, publikasi dalam prosiding atau jurnal ber ISSN.

148. PKM KELOMPOK PETERNAK SAPI DI DESA JERUKSAWIT KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYARPROVINSI JAWA TENGAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA BERBASIS BIO SLURRY

Santi Emawati, Aqni Hanifa

LPPM UNS, Pengabdian, Kemenristek Dikti, Program Kemitraan Masyarakat, 2018

Usaha ternak sapi tidak hanya menghasilkan output berupa daging dan susu, tetapi juga menimbulkan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti feces, urine, sisa pakan serta air dari pembersihan ternak (Muryanto et al., 2006). Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi berupa biogas. Biogas tidak hanya menghasilkan energi panas untuk memasak dan penerang, tetapi juga menghasilkan limbah yang sebenarnya masih dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai pupuk tanaman dan bahan pakan ikan yaitu bio slurry.

Wirausaha peternakan harus dapat dapat menemukan peluang atau potensi tertentu dari suatu bisnisnya, oleh karena itu, pemetaan potensi suatu bisnis sangat penting bagi seorang wirausaha agar usahanya bisa meraih sukses, diantaranya adalah dalam menangkap peluang bisnis dari bio slurry. Program Kemitraan Masyarakat (PKM) kelompok peternak sapi dalam mengembangkan usaha berbasis Bio Slurry merupakan suatu kegiatan pengabdian masyarakat khususnya bagi peternak sapi potong dengan tujuan meningkatkan nilai tambah (value added) bio slurry (limbah biogas) menjadi pakan dalam budidaya ikan lele, pupuk organik, memecahkan masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan limbah ternak, peningkatan pendapatan masyarakat melalui efesiensi biaya pakan lele, penjualan lele dan pupuk organik. Mitra dalam kegiatan ini adalah usaha ternak Agrobis Abadi Jaya dan KTT Subur Makmur di Dukuh Blimbing Desa Jeruksawit, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar yang telah lama membudidayaan

Wirausaha peternakan harus dapat dapat menemukan peluang atau potensi tertentu dari suatu bisnisnya, oleh karena itu, pemetaan potensi suatu bisnis sangat penting bagi seorang wirausaha agar usahanya bisa meraih sukses, diantaranya adalah dalam menangkap peluang bisnis dari bio slurry. Program Kemitraan Masyarakat (PKM) kelompok peternak sapi dalam mengembangkan usaha berbasis Bio Slurry merupakan suatu kegiatan pengabdian masyarakat khususnya bagi peternak sapi potong dengan tujuan meningkatkan nilai tambah (value added) bio slurry (limbah biogas) menjadi pakan dalam budidaya ikan lele, pupuk organik, memecahkan masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan limbah ternak, peningkatan pendapatan masyarakat melalui efesiensi biaya pakan lele, penjualan lele dan pupuk organik. Mitra dalam kegiatan ini adalah usaha ternak Agrobis Abadi Jaya dan KTT Subur Makmur di Dukuh Blimbing Desa Jeruksawit, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar yang telah lama membudidayaan