• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

56 ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018

ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018 57 43. IDENTITAS KEINDONESIAAN DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA :

STUDI DI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN UTARA

Adolfo Eko Setyanto, Agung Satyawan, Sri Herwindya Baskara Wijaya, Salieg Luki Munestri Fakultas ISIP, Penelitian, Kemenristekdikti, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, 2018

Penelitan ini merupakan usulan tahun ke 2 dari 2 tahun penelitian. Sebagai kelanjutan dari tahun pertama, penelitian tahun ke-2 ini memfokuskan pada pelaksanaan penerapan model penguatan identitas ke-Indonesiaan di wilayah perbatasan yang dihasilkan pada tahun pertama.

Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama, daerah perbatasan Indonesia-Malaysia telah terjadi krisis identitas keindonesiaan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti permasalahan kesejahteraan, ketimpangan ekonomi, infrastruktur, sarana prasarana yang dinilai lebih buruk bagi masyarakat Indonesia di perbatasan jika dibandingkan dengan Negara Malaysia. Selain itu, munculnya jargon “Garuda di dadaku, Harimau di perutku” pada masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia. Masyarakat Indonesia di perbatasan sangat bergantung secara ekonomi dengan Negara Malaysia. Sehingga muncul yang disebut dengan split of identity. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan penguatan identitas keindonesiaan pada masyarakat Indonesia di perbatasan Negara Indonesia-Malaysia.

Penelitian tahun kedua kedua ini menerapkan model penguatan identitas ke-Indonesiaan melalui teknik Participatory Action Research (PAR). Subjek dalam uji model ini adalah pemuda di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara yang wilayahnya berbatasan darat, laut, dan udara dengan Negara Malaysia. Hasil uji model penguatan identitas ke-Indonesiaan ini telah mampu mengungkit sikap positif dan optimisme pada bangsa Indonesia. Model ini memiliki tiga tahapan utama yaitu: (1) pemetaan krisis identitas di perbatasan Indonesia-Malaysia, (2) analisis skala prioritas permasalahan yang terkait nasionalisme, dan (3) ide/solusi dalam mengatasi krisis ke-Indonesiaan.

Kata-kata kunci: Identitas Indonesia, nasionalisme, wilayah perbatasan, pembangunan politik-ekonomi.

44. SINTESIS ELEKTROKIMIA IN SITU LOGAM-HIDROKSIAPATIT SEBAGAI KATALIS UNTUK PRODUKSI HIDROGEN YANG TERSIMPAN SEBAGAI HIDRIDA FASE LIQUID

Adrian Nur, Arif Jumari, Anatta Wahyu Budiman

Fakultas Teknik, Penelitian, Kemenristekdikti, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, 2018 Hidrogen merupakan bahan bakar renewable masa depan karena bersifat ramah lingkungan dan efisien. Tantangan pengembangan hidrogen sebagai bahan bakar terkait dengan produksi, penyimpanan, dan keamanan hidrogen. Metode penyimpanan hidrogen pada tekanan tinggi atau cryogenic dan penyimpanan dengan metode physisorption masih menghadapi berbagai permasalahan besar yaitu masalah keamanan dan kapasitas penyimpanan. Penyimpanan hidrogen sebagai hidrida kimia (fase liquid) merupakan alternatif terbaik karena kemudahan dibawa dan keamanan pada kondisi ambient. NaBH4 merupakan material penyimpan hidrogen yang efektif karena kapasitas penyimpanan yang tinggi, stabilitas tinggi, dan produk reaksi tidak berbahaya. Hidrolisis NaBH4 dapat dikontrol dengan katalis yang tepat.

Katalis untuk produksi hidrogen dari penyimpanannya sebagai hidrida kimia (NaBH4) harus mempunyai aktifitas dan daya tahan yang tinggi dalam suasana basa. Beberapa logam transisi menunjukkan sifat katalis yang baik seperti Ni dan Co. Support katalis diperlukan untuk meningkatkan dispersi katalis dan mencegah katalis hilang keluar bersama gelembung hidrogen.

58 ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018

Penelitian ini bertujuan mengembangkan sintesis katalis logam (Ni dan Co) dengan support katalis hidroksiapatit secara elektrokimia in situ. Katalis logam-hidroksiapatit diharapkan menjadi katalis efektif untuk produksi hidrogen dari penyimpanannya sebagai hibrida kimia NaBH4 (fase liquid). Sintesis elektrokimia logam-hidroksiapatit dilakukan secara in situ yaitu bersamaan secara elektrokimia reaksi pembentukan hidroksiapatit dan impregnasi logam.

Sintesis elekrokimia in situ mempunyai keuntungan karena mudah, murah, dapat dikontrol, dan menghasilkan logam yang terdispersi sempurna pada supportnya. Sintesis secara elektrokimia katalis logam-hidroksiapatit secara in situ adalah kebaruan (novelty) paling penting dalam penelitian ini. Novelty lain dalam penelitian ini adalah penggunaan katalis logam-hidroksiapatit dalam produksi hidrogen dari penyimpanannya sebagai NaBH4. Keunggulan hidroksiapatit sebagai support katalis dan metode elektrokimia in situ dipadukan dalam penelitian ini.

Target tahun pertama adalah diperolehnya variabel proses paling optimal untuk sintesis secara elektrokimia katalis logam-hidroksiapatit secara insitu. Variabel yang diuji adalah rapat arus, waktu elektrolisis, dan konsentrasi logam. Hasil penelitian dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi dan jurnal di seminar internasional (teriindeks Scopus). Hasil penelitian tahun pertama didapatkan rapat arus 240 mA/cm2, waktu elektrolisis 30 menit dan konsentrasi logam katalis 0,5 M untuk katalis cobalt.

Sedangkan untuk katalis Ni diperoleh rapat arus 240 mA/cm2, waktu elektrolisis 1 jam dan konsentrasi awal katalis 1 M. Hasil penelitian telah dipublikasi di 2 seminar internasional dengan prosiding terindeks Scopus. Proses reviewer sedang berlangsung untuk masuk ke jurnal internasional terindeks Scopus.

Target tahun kedua adalah diperolehnya variabel proses paling optimal untuk proses produksi hidrogen dengan menggunakan katalis yang telah diperoleh pada tahun I. Kondisi optimal yang dicari adalah suhu, waktu, dan jenis serta jumlah katalis. Hasil penelitian akan dipublikasikan pada sebuah seminar internasional (prosiding teriindeks Scopus), sebuah artikel ilmiah di jurnal internasional (terindeks Scopus), draf paten, dan buku teks.

45. MODEL PARTISIPATIF PENGELOLAAN HUTAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN SEBAGAI PENDUKUNG PROGRAM REDD+ DAN ONE MAP POLICY INDONESIA

Agus Rianto, Anti Mayastuti, Diah Apriani Atika Sari, Zeni Lutfiyah

Fakultas Hukum, Penelitian, Kemenristekdikti, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, 2018 Masyarakat Hukum Adat yang mengandalkan sumber daya hutan nasibnya justru semakin termarjinalkan, padahal keberadaan Masyarakat Hukum Adat dengan kearifan lokalnya memainkan peran penting dalam pengelolaan hutan, khususnya penanggulangan kebakaran hutan. Pengakuan ini dikuatkan dengan adanya Program REDD+ yang bertujuan untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan yang mensyaratkan adanya partisipasi aktif Masyarakat Hukum Adat melalui pemberdayaan nilai-nilai kearifan lokal. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang dirubah dengan Putusan MK RI No. 35/PUU-X/2012 dan Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) merupakan beberapa kebijakan yang bertujuan melindungi penguasaan lahan/hutan oleh Masyarakat Hukum Adat, supaya tidak terjadi sengketa dengan pihak-pihak tertentu yang dapat memicu disintegrasi bangsa dan mengganggu stabilitas nasional, sehingga menghambat pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan Renstra penelitian UNS 2011-2025 dan roadmap penelitian Fakultas Hukum dalam bidang perubahan iklim dan keanekaragaman hayati dengan fokus pada penggalian nilai-nilai budaya, revitalisasi kelembagaan dan nilai-nilai kearifan lokal. Penelitian ini bertujuan 1) menemukan skema

ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018 59 manajemen kolaboratif dalam pengelolaan kawasan hutan yang melibatkan Masyarakat Hukum Adat guna mencapai

tujuan REDD+ sekaligus sebagai upaya untuk meredam potensi konflik agraria yang ditengarai sebagai basis konflik sosial horisontal 2) mengetahui urgensi, dan implikasi yuridis kebijakan satu peta 3) menemukan rasionalisasi dan argumentasi peran dan kontribusi masyarakat hukum adat dalam pengelolaan dan asas distribusi lahan/hutan oleh negara berpedoman pada asas keadilan dan kesejahteraan bersama, khususnya dalam mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan Indonesia (REDD+). Penelitian ini merupakan socio legal research, dilengkapi dengan kajian normatif menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) terhadap bahan-bahan hukum yang relevan, dengan data-data yang akan diperoleh melalui studi dokumentasi yaitu data akan diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Wilayah Nusa Tenggara Barat. Studi lapangan melalui wawancara terhadap masyarakat hukum adat Suku Sasak Kampung Sade di Kabupaten Lombok Tengah Nusa tenggara Barat untuk mengetahui sinkronisasi Putusan MK 35 dengan peraturan daerah setempat dan implementasinya.

Luaran penelitian ini tiap tahunnya adalah 1) Model Partisipatif Pengelolaan Hutan Masyarakat Hukum Adat dalam Penanggulangan Kebakaran Hutan sebagai Pendukung Program REDD+ dan One Map Policy Indonesia 2) publikasi dalam jurnal nasional “Yustisia” dengan judul

“Positivisation of Indigenous People as a Reformulation of Legal Protection Policies for Their Traditional Rights”, 3) Makalah dipresentasikan

dalam pertemuan ilmiah berbentuk prosiding dengan judul “Indiginous People Participation in Forest Management to Support REDD+Program and One Map Policy in Indonesia” (2018) dan Land Use Jounal Internasional terindeks Scopus (2018) 4) HAKI berupa Hak Cipta dan 5) Buku Ajar.

Kata Kunci : Masyarakat Hukum Adat, Model, One Map Policy, REDD+

46. PENINGKATAN KINERJA SEL SURYA DSSC BERBAHAN ORGANIK ALAM DENGAN PEMBERIAN LOGAM PADA DYE

Agus Supriyanto, Ari Handono Ramelan, Fahru Nurosyid

Fakultas MIPA, Penelitian, Kemenristekdikti, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, 2018

Dewasa ini telah banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang sel surya jenis Dye Sensitized Solar Cells (DSSC). Gratzel pada tahun 1991 menemukan bahwa Titanium

Dioxide (TiO2

) yang disensitasi oleh dye menggunakan ruthenium complex dalam larutan elektrolit dapat menghasilkan efisiensi DSSC sebesar 11 %. Efisiensi sel surya menggunakan dye alam pada umumnya relatif rendah, diperkirakan karena sifat dye alam memiliki stabilitas rendah terhadap radiasi cahaya (mudah terdegradasi). Salah satu upaya meningkatkan fotostabilitas dye alam dapat dilakukan melalui interaksi dengan logam membentuk senyawa kompleks. Selain meningkatkan stabilitas dye alam terhadap radiasi cahaya, pendopingan unsur logam diharapkan dapat memperlebar daerah serapan cahaya dye alam menuju ke daerah spektrum dekat inframerah Sehingga dapat meningkatkan efisiensi konversi maupun stabilitas kinerja sel surya D S S C tersensitisasi dye (pewarna).

Dye (pewarna) organik alam hasil kromatografi dicampur dengan logam berupa Fe, Cu

dan Au dengan perbandingan optimasi konsentrasi doping logam, dan distirrer selama

kurang lebih 2 jam. TiO

2

yang sudah dibuat pasta dioleskan pada substrat, kemudian

60 ABSTRAK Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2018

dicelupkan pada larutan dye hasil kromatografi yang telah dicampur logam dan