• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTAI POLITIK DAN PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DAN SISTEM PRESIDENSIAL DI INDONESIA

B. Partai Politik dalam Sistem Pemerintahan Presidensiil

Sebagaimana diuraikan dalam Penjelasan UUD 1945 sebelum perubahan, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensiil. Namun, bersamaan dengan itu, kita menganut prinsip kedaulatan rakyat yang dijelmakan dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat yang kemudian dipahami sebagai lembaga tertinggi negara yang mana Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan harus

8 A. Mukthie Fadjar, Tipe Negara Hukum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), hlm. 76.

www.mpr.go.id

Partai Politik dan Pemilu 83

bertunduk dan bertanggungjawab. Prinsip pertanggungjawaban pemerintahan kepada lembaga permusyawaratan dan perwakilan rakyat itu merupakan salah satu ciri sistem pemerintahan parlemen yang dikenal di dunia, sehingga timbul pengertian bahwa sistem presidential berdasarkan UUD 1945 tidaklah bersifat murni, melainkan bersifat quasi-presidentil.9

Pada saat MPR mengawali perubahan terhadap UUD 1945 tahun 1999, timbul perdebatan mengenai perlunya diadakan perubahan UUD 1945, muncul kesepakatan bahwa perubahan itu dapat disepakati bersama, asalkan dapat dijamin bahwa sistem pemerintahan presidensiil tidak akan berubah. Di samping istilah penguatan sistem pemerintahan presidentil, kadang-kadang ada juga yang menggunakan istilah pemurnian atau purifikasi sistem pemerintahan presidesial.

Di antara ciri sistem pemerintahan presidesial yang baru di Indonesia ialah bahwa dalam sistem pemerintahan presidensiil berdasarkan UUD 1945 dewasa ini, tidak ada lagi jalur pertanggungjawaban Presiden kepada MPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat, maka Presiden juga harus langsung bertanggungjawab kepada rakyat melalui penerapan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas, melalui kebebasan pers, melalui kebebasan berserikat, berkumpul, dan berpartai politik, dan melalui pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, dan jujur, serta bekeadilan secara periodik setiap 5 tahunan. Dengan menelaah perkembangan yang demikian, maka kita tidak perlu ragu untuk menyatakan bahwa sistem pemerintahan yang dianut oleh UUD 1945 dewasa ini adalah sistem pemerintahan presidensiil.

Dalam hal peran partai politik, menurut Ali Safa’at -mengutip pendapat Harold J. Laski- sebagai negara demokrasi, peran partai politik saat ini dan di masa mendatang akan semakin penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Hal itu karena negara demokrasi memang dibangun di atas sistem kepartaian. Partai politik adalah salah satu perwujudan hak atas kemerdekaan berserikat yang terikat erat dengan kebebasan mengeluarkan pendapat serta kebebasan berpikir dan

9 Jimly Asshiddiqie, Memperkuat Sistem ...., Op.Cit.. hlm. 2.

84 Partai Politik dan Pemilu

berkeyakinan.10 Hal ini dikuatkan oleh pendapat Jimly yang menyatakan bahwa dari perspektif hak asasi manusia, partai politik merupakan salah satu perwujudan kebebasan berserikat (freedom of association). Frasa ‘salah satu’ dalam memaknai fungsi parpol sesuai dengan etimologi dari makna kata partai. Menurut Laica Marzuki, kata partai berasal dari bahasa latin pars, yang berarti bagian. Karena hanya suatu bagian, membawa konsekuensi pengertian adanya bagian-bagian lain.11 Dari makna ini maka ada perwujudan hak yang lain selain melalui parpol.

Peran partai politik amat besar dalam mendemokratisasi negara, namun demikian banyak negara yang tidak mengatur partai politik dalam konstitusi. Partai politik adalah fenomena abad ke-19, banyak negara di dunia yang tidak mengatur keberadaan partai politik, atau hanya mengatur secara singkat dalam konstitusinya.12 Ada empat fungsi partai politik, sebagai sarana komunikasi politik, sosialisasi politik (political sosialization), sarana rekruitmen politik (political

recruitment), dan pengatur konflik (conflict management), fungsi

ketiga sangat terkait dengan analisis dalam pembahasan ini. Sebagai sarana rekrutmen politik, memang partai politik dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan posisi-posisi tertentu, utamanya untuk merekrut dan menyiapkan kadernya menjadi calon presiden. Karena tuntutan pemilu yang demokratis telah menjadi harapan rakyat, maka harapan rakyat untuk mendapatkan calon Presiden yang kredibel sangat tinggi, pada hal calon-calon yang disiapkan oleh partai-partai politik selama ini tidak sebanding dengan keinginan rakyat akibat oligarki partai politik. Alternatif yang muncul adalah calon perseorangan agar dapat diakomodir pula dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bersamaan dengan demokratisasi yang hendak ditegakkan di negeri ini. Satu sisi, pembangunan demokrasi berbasiskan Partai politik tidak boleh berhenti atau stagnan. Pada sisi lain, aspirasi dan partisipasi

10 Muchamad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik, Pengaturan dan Praktik Pembubaran Partai Politik dalam Pergulatan Republik,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, hlm. 3.

11 Ibid, hlm. 30.

12 Ibid, hlm. 17

Partai Politik dan Pemilu 85

masyarakat dalam pengajuan pasangan calon Presiden dan Wakil Presien tak boleh tersumbat oligarki yang dibangun elit-elit parpol.

Partai politik mempunyai peran/fungsi yang penting dalam mempersiapkan kader-kader politisi yang akan menduduki jabatan di pemerintahan. Pada umumnya, para ilmuwan politik biasa menggambarkan adanya 4 (empat) fungsi partai politik. Keempat fungsi partai politik itu menurut Miriam Budiardjo, meliputi sarana13: (i) sarana komunikasi politik, (ii) sosialisasi politik (political

socialization), (iii) sarana rekruitmen politik (political recruitment),

dan (iv) pengatur konflik (conflict management).

Dalam pratiknya Partai politik juga bukan merupakan jaminan teraplikasikannya ketentuan-ketentuan konstitusi tersebut, karena bagaimanapun efektifnya Partai politik sebagai organisasi politik dalam menjalankan fungsinya ternyata masih terdapat kelemahan-kelemahan yang bisa menjadi celah terabaikannya tujuan pelembagaan Partai politik tersebut. Di antaranya ialah bahwa organisasi partai cenderung bersifat oligarkis. Organisasi dan termasuk juga organisasi partai politik kadang-kadang bertindak dengan lantang untuk dan atas nama kepentingan rakyat, tetapi dalam kenyataannya dia justru berjuang untuk kepentingan pengurusnya sendiri. Seperti dikemukakan oleh Jimly Assshiddiqie14 mengutip pernyataan Robert Michels sebagai suatu hukum besi yang berlaku dalam organisasi sebagai berikut,

“Organisasilah yang melahirkan dominasi si terpilih atas para pemilihnya, antara si mandataris dengan si pemberi mandat dan antara si penerima kekuasaan dengan sang pemberi. Siapa saja yang berbicara tentang organisasi, maka sebenarnya ia berbicara tentang oligarki”

Berpijak pada pendapat ini, dapat dikatakan bahwa partai politik adalah penentu masa depan rakyat, karena partai politik dianggap sebagai perwakilan rakyat. Kaitannya dengan ini harus ada suatu mekanisme legal yang mengatur tentang praktik politik yang bisa menghindarkan partai politik dalam menyampaikan aspirasi rakyat

13Miriam Budiardjo, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2000), hal. 163-164.

14 Jimly Assshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat..., Op.Cit., hlm. 63

86 Partai Politik dan Pemilu

sebagai pihak yang diwakilinya. Mekanisme tersebut harus bisa mendudukkan partai politik pada porsinya untuk mewakili rakyat.

Dalam sistem presidensiil, parpol lebih berfungsi sebagai ‘organizer’ kandidat presiden, khususnya dalam mengumpulkan dana dari simpatisan partai. Parpol-lah yang biasanya membentuk tim sukses presiden untuk memenangkan pemilu presiden. Hal ini seperti yang terjadi juga di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang menganut sistem presidensiil. Oleh karena itu sistem presidensiil juga dikenal dengan sistem tradisi partai lemah, sementara di sisi lain, parlementer sering disebut dengan sistem tradisi partai kuat.

Partai politik dalam sistem pemerintahan presidensiil lebih berfungsi sebagai organizer kandidat presiden, dan partai politiklah yang mengumpulkan dana dari simpatisan partai. Beda dengan parlementer, di mana peran parpol sangat besar dan sangat mutlak dalam menentukan figur yang akan menduduki puncak pimpinan eksekutif. Hak eksklusif partai politik sebagai bagian dari supra struktur untuk merekrut dan mengkader calon pemimpin negara sesuai dengan salah satu fungsinya dalam kehidupan negara sekarang sudah tidak menjadi hak eksklusif partai politik lagi bersamaan dengan dibukanya saluran-saluran demokrasi yang memberikan hak kepada rakyat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan bernegara meski tidak harus melalui partai politik.

Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh sebuah sistem pemerintahan presidensiil adalah adanya pemilihan langsung terhadap kepala pemerintahan. Hasil pemilihan langsung ini adalah landasan dari kekuasan yang dimiliki oleh presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara. Hal inilah yang membedakan logika sistem presidensiil dengan parlementer; seorang presiden memiliki mandat yang langsung diberikan oleh rakyat, sementara pada sistem parlementer, pemegang mandat adalah parlemen yang diberikan otoritas untuk memilih kepala pemerintahan. Hendarmin mengatakan bahwa jika dalam sistem pemerintahan parlementer objek utama yang diperebutkan adalah parlemen, maka dalam sistem pemerintahan presidensiil objek utama yang diperebutkan adalah presiden.15

15 Hendarmin Danadireksa, Memperkuat Sistem ....,, (Bandung: Fokus Media, 2007), hlm. 131.

www.mpr.go.id

Partai Politik dan Pemilu 87

Landasan inilah yang kemudian membedakan peran partai politik dalam kedua sistem pemerintahan. Sebagaimana dalam bagan berikut ini sistem pemerintahan presidensiil yang dibuat oleh Rod Hague dan Martin Harrop dalam bukunya “Comparative Government and Politics

an Introduction” yang dikutip oleh Ilham Endra16 dalam makalahnya yang berjudul “Sistem Pemerintahan”:

Berbeda dengan sistem presidensiil, dalam sistem parlementer, peran parpol sangatlah besar, hal ini berkaitan dengan kedudukannya sebagai kepala pemerintahan di parlemen. Peran parpol sangatlah mutlak dalam menentukan figur yang akan menduduki kepemimpinan eksekutif di tingkat nasional maupun lokal. Kondisi inilah yang terjadi pada negara-negara yang memiliki tradisi parlementer kuat seperti Inggris dan Jerman. Dalam sistem presidensiil, parpol lebih berfungsi sebagai ‘organizer’ kandidat presiden, khususnya dalam mengumpulkan dana dari simpatisan partai. Parpol-lah yang biasanya membentuk tim sukses presiden untuk memenangkan pemilu presiden. Hal ini seperti yang terjadi juga di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang menganut sistem presidensiil.17 Oleh karena itu sistem presidensiil juga dikenal dengan sistem tradisi partai lemah, sementara di sisi lain, parlementer sering disebut dengan sistem tradisi partai kuat.

16 Ilham Endra, Sistem..., Op.Cit.

17 Membedah Capres Independen, http://paradigmakaumpedalaman.blogspot.com. Diakses 17 Februari 2010..

88 Partai Politik dan Pemilu

C. Hubungan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan