• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 1 PARTISIPASI KOMUNITAS DALAM PRB

Part isipasi komunit as merupakan suat u proses pemberian at au pembagian wewenang lebih luas kepada komunit as unt uk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan t ermasuk bencana. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan t ingkat keikut sert aan komunit as dalam kegiat an t ersebut . Part isipasi komunit as bert uj uan unt uk mencari j awaban at as masalah dengan cara lebih baik, dengan memberi peran komunit as agar memberikan kont ribusi sehingga pelaksanaan kegiat an berj alan ef ekt if , ef esien, dan berkelanj ut an. Part isipasi komunit as dilakukan mulai dari t ahapan kegiat an pembuat an konsep, konst ruksi, operasional-pemeliharaan, sert a evaluasi dan pengawasan.

Tingkat part isipasi komunit as dalam kegiat an penanggulangan bencana bisa digambarkan dalam met af ora t angga, yang dimodif ikasikan dari Arnst ein (1969) dan Hart (1999). Gambar t ersebut memaklumi bahwa part isipasi sering dimulai dari t ahapan manipulat if . Pada cont oh it u, pemerint ah at au LSM menggunakan suara masyarakat demi kepent ingan mereka dan t anpa sepenget ahuan masyarakat . Dalam kont eks part isipasi met af ora anak t angga nomor 1 menggambarkan bahwa suara anak-anak digunakan demi kepent ingan orang dewasa t anpa sepenget ahuan anak-anak. Simbol laki-laki dan perempuan adalah t ambahan unt uk menggambarkan bahwa t anpa keset araaan j ender, t angga part isipasi hanya milik j ender t ert ent u (dalam hal ini laki-laki dewasa). Dalam

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 29/ 54

banyak kasus, part isipasi memang bersif at manipulat if yang dilakukan laki-laki. Unt uk menaiki set iap t angga, diperlukan “wi ndow of oppor t uni t y” (Hart , 1999), yakni perubahan paradigma dari pemegang proyek PRB (pemerint ah, LSM, swast a dalam waj ah CSR). Sebagai upaya awal, part isipasi yang manipulat if dan t erapi yang bersif at t op-down. Unt uk kedua langkah awal ini, Arnst ein (1969) menyebut nya sebagai “ non part isipat if ” yang t idak menghargai harkat dan mart abat komunit as.

Gambar 2. 1: Tingkat partisipasi rakyat (Modifikasi Arnstein (1969) dan Hart (1999))

Gambar kanan sengaj a dikembangkan sebagai met af ora yang menggambarkan t ahapan t ahapan pengarusut amaan anak dalam kegiat an Penanggulangan bencana. Gambar kiri khusus unt uk t angga 3—5, menginf ormasikan sosialisasi sat u arah t op- down, konsult asi dan konsensus pasif komunit as berkait an PRB adalah sekadar t okenisme, yakni pelibat an komunit as yang minimal at au ala kadar saj a.

Konsultasi PRB Kemitraan dalam PRB

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 30/ 54

Para prakt isi PRB umumnya sepakat unt uk lebih memberikan penekanan pada program-program pengelolaan risiko bencana oleh komunit as, dalam hal ini PRBBK. Komunit as yang rent an it u sendiri didorong t erlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan t indakan-t indakan pengelolaan risiko bencana bersama dengan semua ent it as t ingkat lokal, provinsi, dan nasional dalam bent uk kerj a sama.

Meskipun para prakt isi PRB umumnya sepakat unt uk lebih memberikan penekanan pada program-program pengelolaan risiko bencana oleh komunit as, dalam hal ini PRBBK, agar komunit as yang rent an it u sendiri yang t erlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan t indakan-t indakan pengelolaan risiko bencana bersama dengan semua ent it as t ingkat lokal, provinsi, dan nasional dalam bent uk kerj a sama. Tuj uan pengelolaan dan pengur angan risiko bencana oleh komunit as adalah mengurangi kerent anan dan memperkuat kapasit as komunit as unt uk menghadapi risiko bencana yang mereka hadapi. Ket erlibat an langsung komunit as dalam melaksanakan t indakan-t indakan pengurangan risiko di t ingkat lokal adalah suat u keharusan.

Program PB dan PRB yang bersif at t op-down yakni yang ant i-PRBBK kerap gagal unt uk mencakup kebut uhan set empat , khususnya dari komunit as yang rent an, mengabaikan pot ensi sumber daya dan kapasit as set empat , dan mungkin dalam beberapa kasus bahkan meningkat kan ket ergant ungan sekaligus kerent anan komunit as. Sebagai cont oh, seberapa banyak permukiman hasil rehabilit asi dan rekont ruksi di Aceh dan Nias ’ merana’ , membahayakan dan dit inggalkan warga karena t idak dikelola?

Di t ingkat lebih t inggi, part isipasi secara t egas dit ekankan oleh UU 24/ 2007 pada saat rekonst ruksi pasca bencana.6 Meskipun demikian, part isipasi masyarakat sipil dalam analisis dan penilaian risiko bencana j uga dikuat kan dalam Pasal 87PP No.

6

 Terminologi “ part isipasi” dalam UU PB t erlihat dalam 5 bab yakni bab 4, 26, 59, 60, dan 69. Bab 59, 60 dan 69 t ent ang kebij akan rekonst ruksi.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 31/ 54

21/ 2008 dengan j udul “ Part isipasi dan Peran Sert a Lembaga/ OrganisasiKemasyarakat an, Dunia Usaha, dan Masyarakat ” —Pert ama, unt uk meningkat kan part isipasi dalam rangka membant u penat aan daerah rawan bencana ke arah yang lebih baik dan rasa kepedulian daerah rawan bencana; dan kedua, melalui upaya “ kampanye peduli bencana, mendorong t umbuhnya rasa peduli dan set ia kawan di ant ara masyarakat sipil dan dunia usaha” ; dan ket iga, mendorong part isipasi dalam bidang pendanaan dan kegiat an kesiagaan menghadapi bencana

Prakt ik PRBBK dicirikan oleh beberapa hal yang mendasar dan prinsip yakni:

• Kekuasaan t ert inggi pengelolaan risiko dan kesiapsiagaan menghadapi bencana berada di t angan kelembagaan berbasis masyarakat yang dimandat kan.

• Diagnosis akar masalah bencana secara t epat , st rat egi mit igasi dan pemulihan dilakukan secara t epat karena part isipasi penuh menj amin represent asi kepent ingan nyat a masyarakat .

• Eksist ensi kelembagaan di komunit as yang dimandat kan unt uk penangananbencana mengandalkan respons yang cepat / t epat pada masa darurat .

• Int ervensi: bersif at mult isekt or, lint as sekt or, lint as ancaman (banj ir dan kekeringan; darurat dan pemulihan).

• Meliput i seluruh elemen perencanaan/ siklus penanganan bencana. Sumberdaya ut ama adalah masyarakat sendiri didukung penget ahuan dan keahlian lokal.

• Input ekst ernal sedikit , hasil pengelolaan bencana maksimal.

• Masyarakat berdaulat t erhadap bencana dengan indikat or ket ergant ungan pada pihak luar dikurangi hingga t it ik 0 (secara t eoret is).

Tent unya, dalam irisannya dengan penget ahuan modern, PRBBK mengalami modif ikasi dan pengayaan. Pengayaannya yang coba dihadirkan dalam bent uk

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 32/ 54

esensi at au kecirian mendasar dari PRBBK it u sendiri. Yakni upaya inisiat if pengelolaan risiko bencana yang bersif at ”home gr own” meskipun dengan input at aupun dukungan ekst ernal.

Dalam dimensi yang lain, PRBBK bermet amorf orsis j uga sebagai sebuah wilayah penget ahuan yang memiliki set t ing penget ahuan, penelit ian, kebenaran empiris, pengembangan ilmu, salah sat u cabang dari kaj ian kebencanaan yang mungkin bersumber pada st udi ant ropologi/ sosiologi bencana. Implikasinya adalah lahirnya para prof esional yang memiliki ket erampilan dan spesialisasi dalam PRBBK.

Prakt isi PRBBK selanj ut nya dikonst ruksikan sebagai “ orang luar” , yang mungkin saj a berasal dari bagian masyarkat berisi ko, yang menf asilit asi komunit as berisiko dalam melaksanakan penanggulangan bencana, di mana pekerj aannya didef inisikan oleh dimensi ruang dan wakt u yang t erbat as. Dalam dimensi proyek, ini berdampak pada keharusan para prakt isi unt uk memiliki st rat egi masuk (ent r y st r at egy) dan st rat egi keluar (exi t st r at egy).

Selanj ut nya, PRBBK sebagai sebuah wilayah kerj a yang j uga menunt ut prof esionalisme, maka PRBBK secara konsept ual berkembang menj adi sebuah ‘body of knowl edge’ yang dikonst ruksikan secara sist emat is yang mengandung pengert ian bahwa PRBBK bukanlah suat u rangkaian dari kebet ulan (ser endi pi t ous), berdasarkan sekadar pada naluri, kedermawanan, at au pun ibadah.

PRBBK adalah proses-proses t ert at a dan t erencana, dan mengikut i prosedur- prosedur yang kurang lebih baku. Dengan demikian, PRBBK adalah pekerj aan yang dapat dit ilik oleh orang lain dan oleh komunit as it u sendiri, dilaksanakan penuh disiplin dan dengan senant iasa bert anggung j awab, sert a akunt abel.

Dengan input sumber daya maksimum yang berasal dari komunit as yang unsur- unsurnya dapat digunakan unt uk membedakan apakah prakt ik PRBBK it u

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 33/ 54

sist emat is at au t idak adalah sebagai berikut :

• Disiplin: prakt isi PRBBK memat uhi pola pikir, langkah, dan t indakan yang sesuai dengan kerangka kerj a yang t elah disepakat i sebagai “body of knowl edge” (kecirian, proses-proses dan t ahapan, ket erampilan dasar, dan penget ahuan) bersama di ant ara para prakt isi PRBBK, berdasarkan suat u kesepakat an. Ini berkait an dengan misalnya cara mengenali masalah at au isu, urut an kerj a, pola hubungan dengan komunit as, pemerint ah dan sist em sumber daya, dsb. Tanpa disiplin semacam ini maka set iap prakt isi PRBBK dapat menyelenggarakan t ugasnya sesuka hat i dan akibat nya t idak ada j aminan kualit as bahwa prakt ik it u akan berhasil guna.

• Berkesadaran: semua langkah yang diambil dan kegiat an yang dilaksanakan oleh prakt isi PRBBK berpij ak pada proses kesadaran yang t erencana. Dengan kat a lain, idealnya t idak ada kegiat an PRBBK yang bersif at ‘ kebet ulan’ at aupun reaksi impulsif melainkan semua adalah t erencana. Tindakan besar at au kecil dalam PRBBK adalah bagian dari kerangka besar yang disusun secara t erencana.

• Akunt abel: bagian t idak t erpisahkan dari suat u prakt ik yang sist emat is adalah adanya kesadaran bahwa langkah dan kegiat an prakt isi PRBBK harus selalu t ransparan t erut ama t erhadap komunit as yang bersangkut an dan dengan sej awat prakt isi PRBBK. Dengan t ransparansi ini maka kit a dapat mengukur kesesuaian ant ara prakt ik t ersebut dengan kaidah-kaidah prakt ik PRBBK, dengan kesesuaian ant ara t uj uan awal dengan pencapaian kegiat an. Tanpa akunt abilit as ini maka prakt isi PRBBK lagi-lagi dapat menyelenggarakan t indakan dan langkah sesuka hat inya dan t idak ada j aminan bahwa yang diselenggarakannya it u memang sungguh bermanf aat .

Audi t abl e: Bahwa kinerj a PRBBK dapat diaudit secara part isipat if oleh komunit as, dengan krit eria-krit eria dasar yang f leksibel t et api j uga t elah dikembangkan oleh inisiat if -inisiat if sepert i Kerangka Aksi Hyogo dalam mengukur t ingkat kapasit as dan resilience komunit as.

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 34/ 54

Pengalaman dalam pelaksanaan penanggulangan bencana yang berorient asi pada pemberdayaan dan kemandirian komunit as akan meruj uk pada: (1) melakukan upaya pengurangan risiko bencana bersama komunit as di kawasan rawan bencana, agar selanj ut nya komunit as mampu mengelola risiko bencana secara mandiri; (2) menghindari munculnya kerent anan baru dan ket ergant ungan komunit as di kawasan rawan bencana pada pihak luar; (3) penanggulangan risiko bencana merupakan bagian t ak t erpisahkan dari proses pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam unt uk pemberlanj ut an kehidupan komunit as di kawasan rawan bencana; (4) pendekat an mult isekt or, mult idisiplin, dan mult ibudaya (Paripurno, 2006b).