Saat ini t elah berkembang sedikit nya dua pemikiran kerangka hukum PRBBK. Pert ama, PRBBK merupakan sisi inf ormal dalam prakt ik penanggulangan bencana. Bukt i empirisnya adalah bahwa hampir semua prakt ik PRBBK di Indonesia maupun dunia lahir dari prot okol lokal t ak t ert ulis yang bersif at sukarela (vol unt ar y) dan inf ormal dan secara umum t idak t eregulasi (un-r egul at ed). Namun argument asi ini t idak sepenuhnya t epat . Dalam wacana maupun prakt ik t elah t erdapat upaya- upaya unt uk meregulasi at au memf ormalkan secara spesif ik penget ahuan/ prakt ik PRBBK, misalnya konsep penanggulangan banj ir di Belanda yang asalnya bersif at inf ormal dan t anpa inisiat if ekst ernal yang t elah ada sej ak t ahun 1100 Masehi. Pemikiran kedua, PRBBK adalah pendekat an yang dalam rumusan f ormal, dapat digunakan dalam komunit as dengan sat uan f ormal sepert i desa/ dusun.
Pengelolaan Risiko Bencana akan sangat ef ekt if bila kebut uhan-kebut uhan khusus di t ingkat lokal dapat dipenuhi. Ket ika pemerint ah/ sekt or dan kelembagaan melaksanakan int ervensi-int ervensi secara t erpisah t anpa koordinasi, int ervensi- int ervensi t ersebut seringkali t erbukt i t idak ef isien, t idak ef ekt if , dan t idak berkelanj ut an karena sering int ervensi t ersebut bersif at sporadis dan hanya merespons pada saat krisis. Int ervensi-int ervensi kedarurat an unt uk mengurangi eskalasi dampak, misalnya, cenderung mengabaikan persepsi dan kebut uhan di t ingkat lokal dan pot ensi nilai sumber daya dan kapasit as set empat dalam
Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 25/ 54
proses t ersebut . Akibat nya t idak mengherankan j ika bant uan t anggap darurat j auh melampaui sumber daya yang t elah dit anam unt uk mengembangkan kemampuan pengurangan bencana di t ingkat lokal.5
Peran sert a masyarakat adalah sebagai bagian sent ral dalam st rat egi pembangunan yang modern dan demokrat is. Peran sert a dalam seluruh aspek pembangunan, baik pada proses pengambilan keput usan, pelaksanaan, pemant auan, pengawasan, evaluasi, maupun pada t ahap penerimaan manf aat , maka dengan demikian asumsinya adalah bahwa t uj uan-t uj uan pembangunan it u pun seyogyanya akan t ercapai pula.
Dalam kont eks hak-hak masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, Perserikat an Bangsa-Bangsa (PBB) menyelenggarakan sat u Konvensi Int ernasional di Aarhus, Denmark, pada 25 Juni 1998 yang diikut i oleh 39 negara dan Masyarakat Eropa dengan menghasilkan The Aarhus Convent ion yang berisikan 3 (t iga) pilar yang menj amin hak-hak rakyat dalam kerangka pembangunan berkelanj ut an yang berwawasan lingkungan, yakni:
• Pilar Pert ama, akses t erhadap inf ormasi, yang pada int inya adalah bahwa set iap orang berhak unt uk memperoleh inf ormasi yang ut uh, akurat , dan mut akhir unt uk berbagai t uj uan. Akses t erhadap inf ormasi ini dibagi ke dalam dua t ipe, yait u a) Hak masyarakat unt uk memperoleh inf ormasi dari para pej abat publik (publ i c aut hor i t i es) dan kewaj iban mereka unt uk merespons dan menyediakan inf ormasinya sesuai dengan permint aan masyarakat . Tipe inilah yang disebut hak akses inf ormasi secara pasif ; b) Tipe kedua disebut hak inf ormasi secara akt if , yait u hak masyarakat unt uk menerima inf ormasi; dan kewaj iban pej abat publik unt uk mengumpulkan dan kemudian mendiseminasikan inf ormasi t ersebut kepada masyarakat t anpa dimint a.
• Pilar Kedua, peran sert a dalam pengambilan keput usan, yait u pilar
5
Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 26/ 54
demokrasi yang menekankan pada j aminan hak masyarakat unt uk berpart isipasi dalam suat u pembuat an inf ormasi dan j aminan bahwa part isipasi t ersebut benar-benar dij alankan dalam realit asnya at au prakt iknya, dan t idak sekadar di at as kert as, dengan melalui akses t erhadap penegakan keadilan. Peran sert a masyarakat dalam pengambilan keput usan ini dibagi dalam t iga bagian. Pert ama adalah hak masyarakat unt uk berperan sert a dalam memengaruhi pengambilan keput usan bagi kegiat an t ert ent u sesuai dengan kepent ingannya. Kedua, berperan sert a dalam pengambilan keput usan dalam hal penet apan kebij akan, rencana, dan program pembangunan. Ket iga, berperan sert a dalam mempersiapkan pembent ukan perat uran perundang-undangan.
• Pilar Ket iga adalah akses t erhadap penegakan keadilan, yait u akses unt uk memaksakan dan memperkuat , baik hak akses inf ormasi maupun hak part isipasi, unt uk kemudian hak ini dimasukkan ke dalam sist em hukum nasional at au domest ik; dan memperkuat penegakan hukum lingkungan nasional at au domest ik agar dij alankan dengan benar. Yang pent ing dari pilar ket iga ini adalah t ersedianya suat u mekanisme bagi masyarakat unt uk menegakkan hukum lingkungan secara langsung.
Dari uraian di at as, maka secara ringkas dapat disimpulkan bahwa hakikat peran sert a masyarakat it u dapat t erwuj ud dalam bent uk:
1. Turut memikirkan dan memperj uangkan nasib sendiri dengan memanf aat kan berbagai pot ensi yang ada di masyarakat sebagai alt ernat if saluran aspirasinya;
2. Menunj ukkan adanya kesadaran bermasyarakat dan bernegara yang t inggi dengan t idak menyerahkan penent uan nasibnya kepada orang lain, sepert i kepada pemimpin dan t okoh masyarakat yang ada, baik yang sif at nya f ormal maupun inf ormal;
3. Senant iasa merespons dan menyikapi secara krit is t erhadap sesuat u masalah yang dihadapi sebagai buah dari suat u kebij akan publik dengan berbagai konsekuensinya;
Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 27/ 54
4. Keberhasilan peran sert a it u sangat dit ent ukan oleh kualit as dan kuant it as inf ormasi yang diperoleh, memanf aat kan inf ormasi it u sebagai dasar bagi penguat an posisi daya t awar, dan menj adikannya sebagai pedoman dan arah bagi penent uan peran st rat egis dalam proses pembangunan;
5. Bagi Pemerint ah, peran sert a masyarakat it u merupakan sumber dan dasar mot ivasi dan inspirasi yang menj adi energi kekuat an bagi pelaksanaan t ugas dan kewaj ibannya.