• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 2 PRBBK SEBAGAI PERENCANAAN SOSIAL

Dalam dokumen PANDUAN PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBA (1) (Halaman 111-114)

Pada t ahun 1970 Rot hman dan rekan (Rot hman dkk. , 1995) membahas t ent ang pekerj aan dengan komunit as dan menyandingkan t iga pendekat an yait u pengembangan komunit as, perencanaan sosial, dan aksi sosial. Bagian ini akan membahas Perencanaan Sosial yang digambarkan oleh Rot hman. Kit a akan menggunakan argumen-argumen penanggul angan bencana dengan menggunakan kerangka kerj a perencanaan sosial unt uk membangun bayangan bat in t ent ang PRBBK.

Sement ara akar masalah dari bencana mungkin saj a berupa kondisi permasalahan komunit as yang komprehensif dan/ at au st rukt ur kekuasaan yang t idak adil, t et api f okus pekerj aan penanggulangan bencana adalah bencana it u sendiri, yait u adanya ancaman, t ingginya kerent anan dan kurangnya kapasit as komunit as. Maka dit inj au dari segi t uj uannya, pekerj aan penanggulangan bencana lebih merupakan proses pemecahan masalah, yait u ancaman dan dampak bencana, ket imbang pembangunan komunit as secara keseluruhan at au perubahan st rukt ur kekuasaan dalam komunit as.

Tabel 3. 2. Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas (Rot hman dkk. , 1995)

No Variabel prakt ik Perencanaan Sosial

1 Kat egori t uj uan kegiat an komunit as

Pengurangan dan penanganan dampak bencana demi kelanj ut an hidup dan t umbuh-kembang.

2 Asumsi t ent ang st rukt ur komunit as dan kondisi masal ah

Karakt erist ik t ert ent u kehidupan komunit as (kemiskinan, lokasi geograf is, kondisi demograf is, sosial ekonomi) yang membuat mereka t erpapar ancaman/ bahaya bencana sement ara kapasit as penanggulangan t idak memadai. 3 St rat egi dasar perubahan Mengumpulkan dat a t ent ang ancaman, kerent anan, dan

kekurangan kapasit as dan membuat keput usan sesuai pilihan-pilihan t indak yang paling logis.

4 Karakt erist ik t eknik dan t akt ik perubahan

Kebanyakan membangun konsensus, baik di ant ara segmen komunit as maupun dengan pihak swast a at au pemerint ah yang memegang kekuasaan at au, apabil a diperlukan, konf lik.

5 Peran ut ama prakt isi PRBBK

Pengumpul dan analis f akt a, pel aksana at au pemacu program.

6 Medium perubahan Memandu organisasi f ormal dan mengol ah dat a ke arah penyusunan program penanggulangan bencana.

7 Sikap t erhadap st rukt ur kekuasaan

Pemerint ah sebagai pemanggul t anggung j awab ut ama dan sponsor program penanggulangan bencana yang disusun oleh komunit as.

8 Pendef inisian bat as dari sist em penerima manf aat

Segmen komunit as yang paling t erpapar bencana dan/ at au pemegang kekuasan dan kepent ingan komunit as, dan pada sit uasi t ert ent u melibat kan keseluruhan komunit as. 9 Asumsi t ent ang int ensit as

sub-bagian komunit as

Orang-perorangan dan segmen-segmen komunit as

mempunyai j ej aring kepent ingan yang dapat dipert emukan at au, pada saat t idak dicapai konsensus, konf lik.

10 Cara pandang t erhadap penerima manf aat

Pemerl u dan pengguna manf aat penanggulangan bencana. 11 Cara pandang t erhadap

peran benef isiari

Pihak yang rent an t erhadap bencana t et api t et ap berpot ensi menj adi pel aku perubahan.

12 Pemberdayaan Mempel aj ari kondisi bencana: menginf ormasikan kepada komunit as t ent ang pilihan-pilihan st rat egi pengurangan dan penanggul angan dampak bencana yang t ersedia.

Pekerj a PRBBK lebih banyak menggunakan st rat egi pengumpulan dat a t ent ang bencana dan membant u para pelaku ut ama komunit as yang relevan dengan penanggulangan bencana unt uk membuat keput usan-keput usan sesuai dengan pilihan t indak yang paling logis. Pada sit uasi-sit uasi t ert ent u saj a pekerj a PRBBK akan menggunakan proses-proses sosial unt uk mencapai konsensus dengan keseluruhan segmen komunit as dan hanya dalam keadaan ekst rem saj a mereka menggunakan st rat egi penggerakan massa unt uk melawan st rukt ur kekuasaan. Dalam proses penanggulangan bencana ini pelaku PRBBK memosisikan diri sebagai seorang “ pakar” dan sekaligus pendamping yang memiliki kelebihan dan ket erampilan khusus dalam hal pengumpulan dan analisis inf ormasi yang dapat menj adi semacam konsult an bagi komunit as dalam penyusunan, pelaksanaan, at au percepat an program-program pengurangan at au penanganan dampak bencana.

Dinamika hubungan kekuasaan dalam PRBBK didasarkan pada asumsi bahwa negara adalah pemikul t anggung j awab (dut y bearer) ut ama dalam penanggulangan bencana sement ara komunit as adalah adalah pemilik hak (right bearer), pengguna dan pemerlu pelayanan sekaligus pelaku ut amanya. Pada akhirnya harus disadari bahwa semua hasil dari perencanaan penanggulangan bencana ol eh komunit as harus dij adikan upaya-upaya penanggulangan bencana yang perlu diprogramkan dalam rencana-rencana pembangunan dan didanai secara f ormal melalui APBD/ APBN pemerint ah at au pemerint ah daerah.

Pihak-pihak yang dilibat kan kemungkinan besar adalah segmen-segmen khusus komunit as yang paling t erkait dengan bencana yang dihadapi. Misalnya, kelompok warga yang paling rent an t erpapar pada bencana, para pembent uk opini sepert i pendidik, t okoh agama, adat , dan masyar akat , dan hanya pada sit uasi t ert ent u saj a sepert i pada saat kampanye inf ormasi at au gladi bahwa keseluruhan komunit as dan masyarakat dilibat kan.

PRBBK memosisikan komunit as sebagai pemerlu dan pengguna penanggul angan bencana yang meskipun (j ust ru karena) rent an maka mereka berpot ensi

diberdayakan melalui proses-proses t ermasuk pendidikan t ent ang hubungan t anggung j awab pemerint ah dan hak komunit as, ket erampilan unt uk mengelola inf ormasi, pengambilan keput usan, dan pemrograman kegiat an penanggulangan bencana.

Pada t it ik ini, kit a t elah mengupas PRBBK sebagai suat u pendekat an dan model yang cukup berbeda dari pendekat an pengembangan komunit as, aksi sosial, at aupun pelayanan lapangan. Seharusnya sekarang kit a sudah lebih awas dalam menggunakan ist ilah “ berbasis komunit as” karena di dalamnya t ersirat sikap ment al, persepsi, st rat egi, dan t akt ik yang j uga konsist en dengan ideologi PRBBK. Bagian berikut nya akan mengupas lebih dalam t ent ang proses-proses di mana aspek-aspek prakt is it u akan diberdaya-gunakan.

Dalam dokumen PANDUAN PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBA (1) (Halaman 111-114)