• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANDUAN PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBA (1)"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS (PRBBK)

Editor ahli:

Eko Teguh Paripurno & Ninil Miftahul Jannah

Penyusun / Kontributor:

Jonathan Lassa, Eko Teguh Paripurno, Ninil Miftahul Jannah, Puji Pujiono, Amin Magatani, Juni Pristianto, Catur Sudira, & Hening Parlan

Editor bahasa: Theresia Wuryantari

Tata Letak: Koko Sudarmo @1942

Panduan ini disusun dan diterbitkan oleh MPBI dalam versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan dukungan PSMB, Lingkar, dan UNDP-SCDRR. Panduan versi bahasa Inggris diterjemahkan dari versi Bahasa Indonesia dengan dukungan APADM dan Planas

(2)

BUKU

1

PENTINGNYA PRBBK

BUKU

2

TEKNIK DAN ALAT PRBBK

MPBI

PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS (PRBBK)

Editor ahli:

Eko Teguh Paripurno & Ninil Miftahul Jannah

Penyusun / Kontributor:

Jonathan Lassa, Eko Teguh Paripurno, Ninil Miftahul Jannah, Puji Pujiono, Amin Magatani, Juni Pristianto, Catur Sudira, & Hening Parlan

Editor bahasa: Theresia Wuryantari

Tata Letak: Koko Sudarmo @1942

(3)

Panduan ini merupakan manif est asi mandat Masyarakat Penanggulangan

Bencana Indonesia (MBPI) dalam mendukung kerj a-kerj a lembaga-lembaga di

Indonesia dalam pengelolaan risiko bencana berbasis komunit as (PRBBK).

Sebagai sebuah organisasi yang t idak bekerj a langsung di lapangan, peran

t erbaik yang bisa diambil MPBI adalah memf asilit asi proses unt uk menggali

prakt ik-prakt ik unggulan dan alat -alat yang digunakan dalam prakt ik-prakt ik

PRBBK dan menyebarkannya melalui Konf erensi Nasional PRBKK yang

diselenggarakan oleh MPBI set ahun sekali.

Selama sepuluh t ahun t erakhir dalam penyelenggaraan Konf erensi ini t erlihat

bahwa pert ukaran prakt ik-prakt ik PRBBK di lapangan selama konf erensi t elah

membant u unt uk membangun kesepakat an t ent ang nilai-nilai, hasil-hasil,

t uj uan-t uj uan, dan st rat egi-st rat egi PRBBK. Dari kerj a-kerj a yang sporadis dan

sekt oral yang diarahkan oleh visi dan misi perorangan, banyak lembaga saat ini

t elah mengubah pendekat annya dengan pendekat an-pendekat an yang lebih

holist ik, t ermasuk dalam memilih met ode-met ode dan alat -alat unt uk kerj

a-kerj a PRBBK dengan menggunakan alat -alat yang part isipat if sepert i

penelusuran desa secara part isipat if (

part icipat ory rural appraisal /

PRA),

pengkaj ian aksi part isipat if (part icipat iory act ion reseach/

PAR), dan

penelusuran desa secara cepat (rural rapid appraisal

/ RRA).

Panduan ini diharapkan akan bisa digunakan unt uk membant u para prakt isi

PRBBK dalam membangun ket angguhan masyarakat t erhadap risiko bencana

dengan bert ahan t erhadap ancaman-ancaman bahaya dan menangani isu-isu

t erkait kapasit as dan kerent anan. Ini art inya membangun kapasit as unt uk

menggerakkan sumber daya kolekt if masyarakat unt uk mengelola risiko

bencana daripada membangun ket ergant ungan mereka pada bant uan dan

dukungan luar.

Kami mengucapkan t erima kasih kepada semua kont ribut or dan penyunt ing

yang bersama-sama mewuj udkan panduan ini. Ucapan t erima kasih j uga kami

sampaikan kepada Pusat St udi Manaj emen Bencana Universit as Pembangunan

Nasional Jogj akart a (PSMB UPN) dan Perkumpulan Lingkar Jogj akart a, dan

SCDRR - UNDP yang t elah berperan dalam menyunt ing dan menerbit kan edisi

ini. Kami j uga mengucapkan t erima kasih kepada Plat f orm Nasional

Pengurangan Risiko Bencana (Planas) dan Asia Pacif ic Alliance f or Disast er

Management (APADM) yang t elah mendukung penerj emahan panduan ini ke

dalam Bahasa Inggris.

Mari kit a pert ahankan kerj a-kerj a yang t elah kit a lakukan!

DR. Eko Teguh Paripurno

(4)

DAFTAR ISI

BUKU 1

PENTINGNYA PRBBK

1. Pent ingnya PRBBK

1. 1. Pengant ar

1. 2. Def inisi Penanggulangan Bencana 1. 3. Pengurangan Risiko Bencana

1. 4. Def inisi Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunit as 1. 5. Kerangka Aksi Hyogo Dan Pengurangan Risiko Bencana

2. Pendekat an Berbasis Komunit as

2. 1. Def inisi Komunit as

2. 2. Def inisi Berbasis Komunit as

2. 3. Pembenaran Pendekat an Berbasis Komunit as 2. 4. Peran Masyarakat : Tit ik Berat PRBBK

3 Kerangka Hukum PRBBK

3. 1. Peran Komunit as dalam Kerangka Hukum

4. Karakt erist ik dan Kecirian PRBBK

4. 1. Part isipasi Komunit as dalam Pengeloaan Risiko Bencana 4. 2. Kecirian Umum PRBBK

(5)

Gambar 5. 2 Proses Manaj emen Risiko

Tabel 1 Perbandingan Pendekat an PRBBK Dan Konvensional PB

BUKU 1

TEKNIK DAN ALAT PRBBK

1. Teknik Fasilitasi

1. 1. Art i Fasilit asi

1. 2. Nilai-Nilai Dasar Fasilit asi 1. 3. Tuj uan Fasilit asi

1. 4. Prinsip-Prinsip Fasilit asi 1. 5. Langkah-Langkah Fasilit asi 1. 6. Syarat unt uk Menj adi Fasilit at or

2. 11. Analiasis Penghidupan Berkelanj ut an

2. 12. Analisis Pelaku

2. 13. Analisis Sumber Daya 2. 14. Pet a Pikiran

2. 15. Analisis Bahaya, Kerent anan, dan Kapasit as (ABKK)

2. 16. Alat -Alat Lain

3 Pengorganisasian Komunitas

3. 1. Pengorganisasian Komunit as

3. 2. PRBBK Sebagai Perencanaan Sosial 3. 3. PRBBK unt uk Rencana Aksi Komunit as 3. 4. Proses Pengorganisasian Komunit as Gambar 1. 1 Tingkat Fasilit asi

(6)

Toineke

Gambar 2. 6 Daf t ar Periksa Penelusuran Sist em Penghidupan Masyarakat Gambar 2. 7 Capit al Asset yang berpot ensi hilang at au bert ambah sebelum,

ket ika, dan set elah bencana Gambar 2. 8 Pengaruh dan Dampak Kuasa Gambar 2. 9 Pet a pikiran

Gambar 2. 10 Hubungan Int ensit as Ancaman dan Tingkat Keseringan Kej adian Gambar 2. 11 Kerent anan Berbasis Gender

Gambar 2. 12 Kerent anan Berbasis Klas

Tabel 2. 1 Ket erampilan dasar unt uk f asilit at or PRBBK Tabel 2. 2 Sej arah Pangan Dusun Ngemplak Parangt rit is Tabel 2. 3. Pemet aan St akeholder PRBBK di Desa X Tabel 2. 4. Cont oh Mat rik Analisis Sumber Daya PRBBK Tabel 2. 5. Cont oh Mat rik Modal dasar PRBBK

Tabel 2. 6. Cont oh Mat riks Analisis Ancaman

Tabel 2. 7. Tingkat Risiko dengan Basis Ancaman (Desa Ie Rhop) Tabel 3. 1. Pokok-pokok pikiran dalam pengorganisasisan komunit as Table 3. 2. Penanggulangan Bencana Berbasis Komunit as

DAFTAR ISTILAH PENANGGULANGAN BENCANA

(7)

BUKU

1

PENTINGNYA PRBBK

PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS (PRBBK)

MPBI

Editor ahli:

Eko Teguh Paripurno & Ninil Miftahul Jannah

Penyusun / Kontributor:

Jonathan Lassa, Eko Teguh Paripurno, Ninil Miftahul Jannah, Puji Pujiono, Amin Magatani, Juni Pristianto, Catur Sudira, & Hening Parlan

Editor bahasa: Theresia Wuryantari

Tata Letak: Koko Sudarmo @1942

(8)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 1/ 54

1

PENTINGNYA PRBBK

1. 1. PENGANTAR

Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunit as (PRBBK) adalah salah sat u pilar pent ing dalam upaya pengelolaan risiko bencana saat ini. PRBBK umum dit erima oleh kalangan ahli bencana karena selama ini pendekat an yang digunakan adalah pendekat an st rukt ural/ f isik semat a dan f okus pada kedarurat an sert a pendekat an yang t op-down yang j arang memberikan hasil pada ranah pengurangan risiko bencana (PRB) yang berkelanj ut an. PRBBK memberikan j awaban yang mencakup beberapa prinsip sepert i ef isiensi karena idealnya memiliki biaya t ransaksi rendah karena adanya asupan lokal maksimum dan asupan ekst ernal minimum. Yang menj adi argument asi panduan ini adalah bahwa ukuran-ukuran keberlanj ut an sepert i ef ekt if it as, legit imasi (part isipasi), dan keset araan (equal i t y) t erpenuhi, sehingga menj amin keberlanj ut an bila beberapa prosedur yang dit awarkan mampu dipenuhi.

(9)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 2/ 54

1. 2. DEFINISI PENANGGULANGAN BENCANA

St rat egi Int ernasional PBB unt uk Pengurangan Bencana (Uni t ed Nat i ons Int er nat i onal St r at egy f or Di sast er Reduct i on/UNISDR) (2009) mendef inisikan bencana sebagai “ gangguan serius t erhadap masyarakat at au komunit as yang menyebabkan t erj adinya kehilangan j iwa, kerugian ekonomi, dan lingkungan secara luas, yang melebihi kemampuan masyarakat yang t erkena dampak unt uk menghadapinya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri. ”

Penanggulangan bencana adalah sebuah proses sist emat is dengan menggunakan keput usan administ rat if , organisasi, ket erampilan operasional, kapasit as implement asi, st rat egi, dan kapasit as dari masyarakat dalam mengurangi dampak dari ancaman alam, lingkungan, maupun bencana t eknologi. Hal ini meliput i segala kegiat an, t ermasuk ukuran-ukuran st rukt ural/ non-st rukt ural dalam mengurangi at aupun membat asi (mit igasi dan kesiapsiagaan) dampak dari bencana yang mungkin t imbul.

(10)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 3/ 54

Di dalam Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 t ent ang Penanggulangan Bencana, ist ilah di at as disamarkan dalam ist ilah: Penyelenggaraan penanggulangan bencana, yait u serangkaian upaya yang meliput i penet apan kebij akan pembangunan yang menyebabkan t imbulnya bencana, kegiat an pencegahan bencana, t anggap darurat , dan rehabilit asi. Kegiat an pencegahan bencana adalah serangkaian kegiat an yang dilakukan sebagai upaya unt uk menghilangkan dan/ at au mengurangi ancaman bencana.

Makna penanggulangan bencana (PB) t elah mengalami evolusi seiring dengan berj alannya wakt u. Dalam kat egorisasi yang mut akhir, ist ilah “ penanggulangan bencana” sering diart ikan sebagai paradigma lama yang merespons bencana secara reakt if , sering dipadankan dengan t erminologi pengelolaan kedarurat an.

Kalangan awam (dan t ent unya sebagian lit erat ur bencana yang lama) kerap menyamakannya dengan pengelolaan risiko bencana at au di sast er r i sk management (DRM), namun penyamaan ini merupakan sebuah penyederhanaan yang t idak t epat sert a t idak menghargai perkembangan konsept ual t ent ang bencana it u sendiri. Ist ilah sepert i DRM sebenarnya t elah populer dalam st udi-st udi bencana di Amerika Serikat pasca 1970-an (sepert i Delaware Universit y Cent re f or Disast er St udy). Pengurangan risiko t ot al pada dasarnya adalah penerapan prinsip kehat i-hat ian pada set iap t ahapan manaj emen at au pengelolaan risiko bencana; yang meliput i aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah t erj adi bencana. Pengelolaan risiko bencana merupakan suat u kerangka kerj a konsept ual yang berf okus pada pengurangan ancaman dan pot ensi kerugian dan bukan pada pengelolaan bencana dan konsekuensinya.

(11)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 4/ 54

menj adi sebuah bencana, sehingga menyebabkan hilangnya j iwa manusia, hart a benda dan lingkungan. Kej adian ini t erj adi di luar kemampuan adapt asi masyarakat dengan sumber-dayanya. Berkenaan dengan hal t ersebut maka perlu dipahami pot ensi risiko yang mungkin muncul, yait u besarnya kerugian at au kemungkinan hilangnya (j iwa, korban, kerusakan dan kerugian ekonomi) yang disebabkan oleh bahaya t ert ent u di suat u daerah pada suat u wakt u t ert ent u. Risiko yang biasanya dihit ung secara mat emat is, merupakan probabilit as dari dampak at au konsekuensi suat u bahaya. Jika pot ensi risiko pada pelaksanaan kegiat an j auh lebih besar dari manf aat nya, kehat i-hat ian perlu dilipat -gandakan. Upaya mengurangi kerent anan yang melekat , yait u sekumpulan kondisi yang mengarah dan menimbulkan konsekwensi (f isik, sosial, ekonomi dan perilaku) yang berpengaruh buruk t erhadap upaya-upaya pencegahan dan pengelolan risiko bencana.

Upaya-upaya penanggulangan bencana perlu dilakukan secara ut uh. Upaya pencegahan (pr event i on) t erhadap munculnya dampak adalah perlakuan ut ama. Unt uk mencegah banj ir perlu upaya unt uk mendorong usaha masyarakat membuat sumur resapan, dan sebaliknya mencegah penebangan hut an. Agar t idak t erj adi kebocoran limbah, perlu disusun prosedur keselamat an dan kont rol t erhadap kepat uhan perlakuan. Walaupun pencegahan sudah dilakukan, sement ara peluang adanya kej adian masih ada, perlu dilakukan upaya-upaya mit igasi (mi t i gat i on), yait u upaya-upaya unt uk meminimalkan dampak yang dit imbulkan oleh bencana.

(12)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 5/ 54

bencana kemungkinan akan segera t erj adi. Termasuk dalam cont oh upaya ini adalah pembuat an perangkat yang akan menginf ormasikan ke masyarakat apabila t erj adi kenaikan kandungan unsur yang t idak diinginkan di sungai at au sumur di sekit ar sumber ancaman. Pemberian peringat an dini harus (1) menj angkau masyarakat (accesi bl e), (2) segera (i mmedi at e), (3) t egas t idak membingungkan (coher ent), (4) bersif at resmi (of f i ci al).

Pada akhirnya j ika bencana dari sumber ancaman t erpaksa harus t erj adi, harus dilakukan t indakan t anggap darurat (r esponse), yait u upaya yang dilakukan segera pada saat kej adian bencana unt uk menanggulangi dampak yang dit imbulkan dan mengurangi dampak lebih besar, t erut ama berupa penyelamat an korban dan hart a benda. Secara sinergis j uga diperlukan bant uan darurat (r el i ef), yait u upaya memberikan bant uan berkait an dengan pemenuhan kebut uhan dasar berupa : pangan, sandang, t empat t inggal sement ara, kesehat an, sanit asi dan air bersih.

(13)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 6/ 54

1. 3. PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Dalam perkembangannya secara global, sej ak dikumandangkannya dekade int ernasional pengurangan bencana (Int er nat i onal Decade f or Nat ur al Di sast er Ri sk/ IDNDR) yang kemudian dilanj ut kan oleh st rat egi int ernasional pengurangan bencana (Int er nat i onal St r at egy f or Di sast er Reduct i on/ ISDR), muncul ist ilah pengurangan risiko bencana (PRB) yang lebih memberikan pesan menguat kan penanggulangan bencana pada aspek ant isipat if , prevent if , dan mit igat if . Pada saat yang bersamaan t erminologi-t erminologi sepert i Penanggulangan bencana t idak lagi populer dan menj adi bagian dari st at us quo.1

Def inisi UNISDR menj adi acuan ot orit at if t ent ang makna PRB. Dalam kumpulan ist ilah yang dit erbit kan t ahun 2009, PRB didef inisikan sebagai konsep dan prakt ik mengurangi risiko bencana melalui upaya sist emat is unt uk menganalisa dan mengelola f akt or-f akt or penyebab dari bencana t ermasuk dengan dikuranginya paparan t erhadap ancaman, penurunan kerent anan manusia dan propert i, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bij aksana, sert a meningkat kan kesiapsiagaan t erhadap kej adian yang merugikan.

Komponen-komponen ut ama PRB meliput i: 1) Kesadaran t ent ang dan penilaian risiko, t ermasuk di dalamnya analisis ancaman sert a analisis kapasit as dan kerent anan; 2) Pengembangan penget ahuan t ermasuk pendidikan, pelat ihan, penelit ian, dan inf ormasi; 3) Komit men kebij akan dan kerangka kelembagaan, t ermasuk organisasi, kebij akan, legislasi, dan aksi komunit as (yang bisa dit erj emahkan di sini sebagai pengelolaan risiko bencana berbasis komunit as (PRBBK)); 4) Penerapan ukuran-ukuran PRB sepert i pengelolaan lingkungan, t at a guna lahan, perencanaan perkot aan, pr ot eksi f asilit as-f asilit as pent ing (cr i t i cal f aci l i t i es), penerapan ilmu dan t eknologi, kemit raan dan j ej aring, inst rumen keuangan; dan 5) Sist em Peringat an Dini t ermasuk di dalamnya prakiraan, sebaran peringat an, ukuran-ukuran kesiapsiagaan, dan kapasit as respons (UNISDR,

1

(14)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 7/ 54

2004).

1. 4. DEFINISI PENGELOLAAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS

Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunit as (PRBBK) adalah sebuah pendekat an yang mendorong komunit as akar rumput dalam mengelola risiko bencana di t ingkat lokal. Upaya t ersebut memerlukan serangkaian upaya yang meliput i melakukan int erpret asi sendiri at as ancaman dan risiko bencana yang dihadapinya, melakukan priorit as penanganan/ pengurangan risiko bencana yang dihadapinya, mengurangi sert a memant au dan mengevaluasi kinerj anya sendiri dalam upaya pengurangan bencana. Namun pokok dari keduanya adalah penyelenggaraan yang seopt imal mungkin memobilisasi sumber daya yang dimiliki dan yang dikuasainya sert a merupakan bagian int egral dari kehidupan keseharian komunit as (Paripurno, 2006a). Pemahaman ini pent ing, karena masyarakat akar rumput yang berhadapan dengan ancaman bukanlah pihak yang t ak berdaya sebagaimana dikonst ruksikan oleh kaum t eknokrat . Kegagalan dalam memahami hal ini berakibat pada ket idakberlanj ut an pengurangan risiko bencana di t ingkat akar rumput . Bila agenda-agenda pengurangan bencana t idak lahir dari kesadaran at as kapasit as komunit as lokal sert a priorit as yang dimiliki oleh komunit as maka upaya t ersebut t idak mungkin berkelanj ut an.

(15)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 8/ 54

implement asi, pengawasan, evaluasi) dengan input sumber daya lokal maksimum dan input ekst ernal minimum. PRBBK j uga didef inisikan sebagai upaya pemberdayaan komunit as agar dapat mengelola risiko bencana dengan t ingkat ket erlibat an pihak at au kelompok masyarakat dalam perencanaan dan pemanf aat an sumber daya lokal dalam kegiat an implement asi oleh masyarakat sendiri (Abarquez & Murshed, 2004).

Kotak 1

SEJARAH PRBBK DI INDONESIA

Belum ada riset sosial khususnya dari aspek sej arah PRBBK. Adopsi pert ama khususnya dalam kont eks Gunung api Merapi di Yogyakar t a, secara embrionik di mulai sej ak t ahun 1994 yang diawali dengan membaca peril aku masyarakat Merapi yang sel amat dari perist iwa let usan Gunung api Merapi di t ahun 1994. Para akt ivis di Kappala (Komunit as Pencint a Al am dan Pemerhat i Lingkungan) Indonesia kemudian mel akukan pembelaj aran sendiri dan konsept ualisasi sendiri at as kerj a-kerj a mereka bersama komunit as Merapi.

Muncul nya ist ilah CBDM (Communit y Based Di sast er Management) relat if baru dimulai di t ahun 1996-1998. Dari persinggungan dengan akt or-akt or PRB int ernasional sepert i Oxf am yang berbasis di Yogyakart a, beberapa t okoh Kappala sepert i Dr. Eko Teguh Paripurno dan peneli t i di UPN Vet eran Yogyakart a, pert ama kali menerbit kan buku t ent ang Part icipat ory Rural Appraisal (PRA) unt uk penanggul angan Bencana.

Lain halnya yang t erj adi di Nusa Tenggara Timur, PRBBK muncul awalnya sebagai sebuah gerakan yang bert epat an dengan perist iwa El-Nino di t ahun 1998, di mana Pusat Inf ormasi Rawan Pangan (PIRP) memulai pengumpulan inf ormasi sert a melakukan berbagai riset -riset sosial unt uk menanggapi masif nya respon int ernasional dan pemerint ah dalam hal pengadaan pangan yang j ust ru merusak sendi-sendi pert ahanan dan penyesuaian lokal . Perist iwa pengungsian dari Timor Lest e ke Timor Barat , berbarengan dengan berbagai rent et an bencana di Timor Barat sej ak t ahun 1999. PIRP yang kemudian berubah nama menj adi Forum Kesiapan dan Penanggul angan Bencana (FKPB) mulai secara serius beralih pada diskursus PBBK. Ist ilah PBBK sendiri di NTT di mulai sej ak t ahun 1998, t epat nya saat pert ama kali beberapa kader PIRP/ FKPB mengikut i pelat ihan CBDM di Bangkok Thail and dan Fil ipina. Menurut cat at an kami, set idaknya dalam t ahun 1998-2000, t iga orang st af FKPB di Kupang mengikut i t raining di ADPC (Asi an Di sast er Pr epar edness Cent er) Bangkok.

(16)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 9/ 54

Sej arah singkat ini t idak hanya mengindikasi kan bagaimana pengalaman PRBBK di Gunung api Merapi yang bukan hanya mel ahirkan para t okoh sepert i Almarhum Mbah Maridj an, dan segenap komunit as Paguyuban Siaga Merapi (PASAG) Merapi yang kebij aksanaan mereka coba kami konsept ualisasikan, t et api j uga menggambarkan bagaimana pot ret menyebarnya penget ahuan dari Merapi, NTT, hingga ke Mal uku dan Mal uku Ut ara, ke Aceh dan Papua, Sulawesi Ut ara. Sinyalemen bahwa PRBBK adalah hasil impor t idak sepenuhnya benar. Penget ahuan PRBBK ini prakt isnya adalah sint esa pengalaman lapangan dan ilmu penget ahuan pada umumnya. (Jonat an Lassa)

1. 5. KERANGKA AKSI HYOGO DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Pada Konf erensi Dunia unt uk Pengurangan Bencana di Kobe, Jepang, 2005, 168 negara, t ermasuk pemerint ah Indonesia besert a masyarakat int ernasional menyepakat i sebuah st rat egi PRB yang berj angka wakt u 10 t ahun, yait u Kerangka Aksi Hyogo 2005–2015, Hyogo Fr amewor k f or Act i on (HFA).

HFA menet apkan t iga t uj uan st rat egis dan lima priorit as aksi yang mencakup bidang ut ama PRB. Kerangka aksi ini j uga memberi saran akan bidang-bidang pent ing yang membut uhkan int ervensi dalam set iap t ema (lihat Lampiran 2).

Berdasarkan kat egori-kat egori HFA, dua badan PBB t elah mengembangkan indikat or-indikat or PRB, t erut ama unt uk t ingkat nasional. Indikat or-indikat or inilah yang menj adi acuan unt uk mengukur t ingkat an implement asi PRB di suat u negara.

Kotak 2

PRBBK DAN KONTEKS PB DI INDONESIA

(17)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 10/ 54

dimasukkannya perencanaan t at a ruang berbasis bencana dengan pendekat an part isipat if , semakin memberikan angin segar bagi komunit as PRB di Indonesia. Belaj ar dari banyak inisiat if saat ini di Indonesia ada banyak uj i coba pemet aan part isipat if masyarakat dalam desain t at a ruang dan t at a guna lahan.

Pelaksanaan PRBBK di Indonesia dalam gambaran besarnya masih mencari bent uk di kont eks lokal. Berbagai inisiat if membangun, ‘ desa t angguh’ , ‘ desa siaga’ , ‘ kampung siaga bencana, ‘ mukim daulat bencana’ , hingga rent et an nama l ainnya, masih dal am t araf proyek percont ohan dari berbagai versi organisasi non pemerint ah maupun pemerint ah dan donor. Semuanya masih dalam t ahap mencari bent uk yang t erbaik.

Inisiat if -inisiat if t erdahulu sepert i dalam kont eks masyarakat lereng Gunung api Merapi, keberlanj ut an prakt ik PRBBK menunj ukkan hasil yang menggembirakan. Tet api dari berbagai pembelaj aran (l essons l ear ned) di beberapa t empat lainnya uj i coba PRBBK mengalami mat i muda karena ket idakberl anj ut an program dan proyek.

Mort alit as PRBBK t ent unya bisa didiagnosis secara memadai. Mort alit as PRBBK salah sat unya disebabkan oleh f akt or kel ahirannya yang premat ur karena invest asi wakt u dan sumber daya lokal sert a penget ahuan yang t erbat as. Kebanyakan inisiat if PRBBK dat ang dan diikat oleh ‘ wakt u donor’ at au ‘ wakt u proyek’ yang mampat dan t idak t erhubungkan dengan ‘ wakt u sosial’ yang l ebih l onggar dal am kont eks keseharian komunit as.

(18)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 11/ 54

2

PENDEKATAN BERBASIS KOMUNITAS

2. 1. DEFINISI KOMUNITAS

Visi t ent ang komunit as berbeda-beda, karenanya, def inisi t ent ang komunit as sangat beragam, berkarakt er j amak dan t idak homogen.2 Pert anyaan t ent ang apakah def inisi komunit as, t elah lama diaj ukan dalam st udi sosial. Dan t erdapat banyak t ulisan yang membahas def inisi berbeda t ent ang komunit as. Misalnya, Philip Alperson (2002), menulis ulang pengert ian awal t ent ang “ komunit as organik” —dengan hierarki alamiah yang berasosiasi f eodal dan kuno, bersif at hierarki, dengan basis st rat if ikasi sosial sepert i j ender, kast a, kelas yang dikonst ruksikan ‘ alamiah’ dan sudah diat ur “ dari at as” .3

Komunit as bisa merupakan suat u kumpulan dan t at anan yang disebut sebagai “ paguyuban” dengan suat u nilai “ kekerabat an” sepert i keset iakawanan, komit men, imbal balik, dan kepercayaan (Koent j araningrat , 1987); at au j uga kat egori deskript if at au seperangkat variabel: t empat , minat , ket erikat an, at au kemanunggalan (Frazer, 1999). Variabel-variabel ini dapat bersif at simbolik sebagai sumber daya dan t empat penyimpanan dari makna-makna dan acuan unt uk ident it as mereka (Cohen, 1985).

2

Lihat kompilasi def inisi oleh Jerry Hampt on di

ht t p: / / www. communit y4me. com/ comm_def init ions. ht ml [ diakses 1 Mei 2009).

3

(19)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 12/ 54

Bagaimana suat u komunit as dibedakan ant ara sat u dengan yang lainnya? Anggot a-anggot a suat u komunit as mempunyai suat u kesamaan sepert i kesamaan wilayah, sat uan hukum, karakt erist ik lahiriah, at au bahasa. Kesamaan it u secara signif ikan membedakan mereka dari anggot a komunit as yang lain. Ada suat u garis bersif at maya yang membat asi suat u komunit as dari komunit as lainnya.

Norma-norma at au adat apa saj akah yang ikut t erlibat di dalamnya? Ada t iga norma dasar, yait u t oleransi (rasa ket erbukaan t erhadap sesama anggot a komunit as, rasa hormat , dan kemauan unt uk mendengarkan dan belaj ar sat u sama lain); t imbal balik (rasa kesediaan unt uk menolong, alt ruisme t anpa pamrih—kalaupun ada mungkin berj angka panj ang); dan kepercayaan (bahwa orang dan lembaga dalam komunit as akan berperilaku secara konsist en, j uj ur, dan pat ut ).

Dalam bahasa yang lain, komunit as j uga diikat oleh ” modal sosial” yang digambarkan oleh Put nam (2000), sebagai ket erhubungan ant arindividu, yakni j ej aring-j ej aring sosial (soci al net wor ks) dan hubungan t imbal balik (r eci pr oci t y) dan saling percaya. Cont ohnya, komunit as sat u desa yang t inggal pada lingkungan geograf is yang sama, t erekspos pada ancaman (hazard) dan risiko bencana yang berulang—memiliki pengalaman krisis yang sama: kesamaan risiko memberi peluang meningkat nya rasa senasib sepenanggungan (Lassa, 2007).

Tent unya t erminologi modal sosial t idak sesederhana def inisi di at as. Baik desain maupun pelaksanaan PRBBK hanya bisa langgeng bila agen-agen ekst ernal (sepert i f asilit at or PRBBK, LSM, pemerint ah, dsb. ) memahami f ormasi dan dinamika modal sosial yang ada di t ingkat komunit as; dit ambahkan bahwa modal sosial t idak selalu bergerak ke arah yang posit if demi pengurangan risiko.

(20)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 13/ 54

dan mereproduksi “ penget ahuan lokal” dalam menghadapi perist iwa ekst rem yang kemudian disebut sebagai PRBBK. Konsekuensinya, t idak ada konsep t unggal PRBBK dan t idak bisa dipaksakan PRBBK yang homogen dalam kont eks Indonesia yang bhinneka.

Pemaknaan komunit as it u sendiri berdimensi j amak. Secara geograf is bisa berart i “ sekelompok rumah t angga” , “ sebuah desa kecil” , at aupun “ sebuah kot a besar” . Secara sekt oral dan subsekt oral bisa berart i pet ani (pet ani karet , padi), kelompok bisnis, pet ernak, at au pelaut . Berdasarkan pengalaman akt ual, kebersamaan bisa berart i kelompok et nis, prof esional t ert ent u, bahasa, maupun umur. At au, bermakna sekelompok orang dengan perasaan senasib sepenanggungan dalam menghadapi at au mengalami perist iwa ancaman bencana t ert ent u (bisa dalam ket erbat asan at au melampaui geograf is).

2. 2. DEFINISI BERBASIS KOMUNITAS

Maksud konsep “ berbasis komunit as” adalah bahwa pekerj aan penanggulangan bencana dilaksanakan oleh dan bersama dengan komunit as di mana mereka berperan kunci sej ak perencanaan, desain, penyelenggaraan, pengawasan, hingga evaluasi program. Disepakat i bahwa dalam konsep ini komunit as adalah pelaku ut ama yang membuat dan melaksanakan keput usan-keput usan pent ing sehubungan dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Secara empiris, dalam banyak kasus, cerit a, sej arah, at au perist iwa, manusia adalah makhluk yang berupaya menyelesaikan krisis-krisis yang dihadapinya. Beberapa komunit as di dunia, sudah lama akrab dan ‘ hidup bersama risiko bencana’ . PRBBK menj adi sebuah penanda t ent ang apa yang komunit as t ert ent u t elah, sudah, sedang, dan akan lakukan dalam mengelola risiko bencana yang dihadapi; yang bersif at siklus at au periodik at au pun predikt if .

(21)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 14/ 54

sebagainya sudah lama hidup bersama ancaman baik banj ir, kekeringan, vulkanik, t sunami, at au gempa, yang dat ang silih bergant i. Penget ahuan pengelolaan bencana yang diolah dari ‘ bioindikat or’ at au ‘ biodet ekt or’ (suara burung t ert ent u, f enomena ular t urun gunung, dsb. ), ‘ geoindikat or’ at au ‘ geodet ekt or’ (air surut pert anda t sunami, bunyi gemuruh laut , burung gempa) yang selanj ut nya disebut penget ahuan-lokal at au asli (i ndi genous knowl edge) yang dit urunkan ant ar generasi. Hal-hal ini merupakan bagian pent ing dari prakt ik PRBBK. Beberapa diant aranya t erbukt i ef ekt if bagi upaya pengelolaan risiko dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sehingga dikenali sebagai kearif an-lokal (l ocal -wi sdom).

PRBBK merupakan cerminan dari kepercayaan bahwa komunit as mempunyai hak sepenuhnya unt uk menent ukan j enis dan cara penanggulangan bencana di kont eks mereka. Hal ini muncul dari implikasi at as kepemilikan hak dasar pada orang-perorangan dan komunit as yang melekat dengan hak unt uk melaksanakan hak it u dalam bent uk kesempat an unt uk menent ukan arah hidup sendiri (self det erminat ion). Mengikut i alur pikir ini, maka sej auh diizinkan oleh perat uran hukum dan perundangan, komunit as mempunyai hak sepenuhnya unt uk menent ukan apa dan bagaimana mengelola risiko bencana di kawasannya sendiri-sendiri.

Makna berbasis komunit as dalam PRBBK t ent unya bisa diperluas sebagai berikut :4 Adanya part isipasi penuh yang melibat kan pula part isipasi pihak rent an, laki-laki dan perempuan; anak-anak, kelompok lanj ut usia, orang-orang yang berkebut uhan khusus, ras marj inal, dan sebagainya.

Sinonim dengan bot t om-up bukan t op-down, part isipasi penuh, akses dan kont rol, pendekat an inklusif , sense of belonging t erhadap sist em penanganan bencana yang sudah, sedang, dan akan dibangun. Pendekat an t op-down pada awal

4

(22)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 15/ 54

kegiat an memungkinkan unt uk dilakukan, namun seiring dengan wakt u, masyarakat disiapkan unt uk dapat mandir i sehingga mekanisme bot t om-up dapat lebih dominan.

Menggunakan konsep “ dari, oleh, dan unt uk” masyarakat dalam keseluruhan proses, di mana masyarakat yang mengont rol sist em dan bukan dikont rol sist em (dalam seluruh sist em PRBBK t ermasuk pula pada Sist em Peringat an Dini) ( Twigg, 2006).

Kotak 3.

CONTOH KASUS KEARIFAN-LOKAL

Masyarakat Renggarasi, Sikka Set iap t ahun masyarakat di desa Renggarasi, Kabupat en Sikka, hidup dengan ancaman angin put ing bel iung. Namun, masyarakat di komunit as ini memiliki keahlian yang t elah diaj arkan secara t urun-t emurun ant argenerasi dalam memprediksi kapan t erj adinya angin dan upaya-upaya kesiapsiagaan unt uk mengurangi dampak angin t ersebut .

Muncul nya angin put ing beliung dapat diperkir akan dengan cara melihat t anda-t anda di lingkungan sekit ar dal am dua hingga t iga hari sebelumnya. Apabila t erdapat awan berwarna merah yang bergerak dengan cepat dan j uga t erdapat pelangi yang mel int as gunung dan berakhir di l aut ant ara bulan Januari dan Maret , masyarakat desa Renggarasi segera bersiap-siap unt uk menghadapi angin ribut t ersebut .

Mereka j uga memiliki penget ahuan-lokal unt uk mengurangi dampak dari angin put ing beliung ini. Set elah mereka melihat t anda-t anda lingkungan, mereka segera mengikat at ap rumah mereka dengan bat ang pohon at au rot an yang t elah diikat dengan pemberat (at au dikenal dengan ist ilah memaku at ap rumah). Unt uk melindungi agar pohon-pohon t idak t ercabut karena angin, mereka mengikat pohon-pohon t ersebut menj adi sat u. Dengan menggunakan cara-cara ini, at ap rumah mereka dan j uga pepohonan yang ada t idak akan t erbawa angin ribut .

Penget ahuan dan keakhlian dal am pengurangan risiko bencana ini t elah dit ularkan dari generasi ke generasi dan t elah menj adi kearif an-lokal. Oleh karena it u, komunikasi risiko dari t ua ke muda dan j uga sebaliknya merupakan hal pent ing unt uk menj aga kearif an lokal yang sudah ada. (Jonat han Lassa)

2. 3. PEMBENARAN PENDEKATAN BERBASIS KOMUNITAS

(23)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 16/ 54

suat u bencana bilamana kej adian it u menimbulkan dampak yang mengganggu keberf ungsian suat u komunit as sehingga menimbulkan kerugian baik f isik, sosial, ekonomi, dan sedemikian rupa sehingga komunit as yang bersangkut an t idak akan dapat unt uk menanganinya dengan sumber dayanya sendiri (UNISDR, 2004).

Dalam sat uan analisis bencana adalah komunit as. St at us keberdayaan komunit as menj adi f akt or penent u t erj adinya bencana at au t idak, at au set idak-t idaknya t ingkat keparahan dampaknya. Mengikut i logika ini, maka komunit as adalah j uga unit dasar di mana harus dilakukan invest asi unt uk penanggulangan bencana. Bahwa sat uan kabupat en hingga nasional adalah agregat dari risiko-risiko komunit as di t ingkat lokal sehingga prakt ik PRB yang akt ual adalah di t ingkat komunit as.

Sumber daya sosial budaya, unsur-unsur, st rukt ur, dan proses-proses int eraksi int ernal dan ekst ernal set iap komunit as adalah modal bagi kehidupan komunit as t ermasuk penyelenggaraan penanggulangan bencana. Peluang unt uk menggali dan mengopt imalkan penggunaan pot ensi inilah yang membuat PRBBK menj adi lebih memadai ket imbang pendekat an lainnya.

(24)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 17/ 54

gagalnya banyak proyek mit igasi bencana.

Konsent rasi kuasa dan penget ahuan pada sat u t it ik (pemerint ah pusat / daerah) dan peminggiran masyarakat dalam pengambilan keput usan, membuat banyak proyek mit igasi (kekeringan, banj ir, gempa, vulkanik) lebih merepresent asikan kepent ingan penguasa at au pihak-pihak yang mempunyai uang (donor), ket imbang kepent ingan at au kebut uhan masyarakat . Ket erbat asan part isipasi dapat mengerdilkan keberlanj ut an program, meningkat kan kerent anan t erhadap bencana, dan bukan sebaliknya, memperkecil kerent anan. Ket iadaan akses dan kont rol at as sist em mit igasi dan PRB yang dibangun, menyebabkan ket idakberlanj ut an di t ingkat komunit as.

Tidak ada yang lebih berkepent ingan dalam memahami masalah bencana di t ingkat komunit as selain komunit as yang kerap bert ahan dan bert aruh dengan bencana it u sendiri. Komunit as lokal memiliki kesempat an unt uk lebih menget ahui t ant angan, ancaman, hambat an, dan kekuat an lokal dalam menghadapi bencana. Sumber daya lokal dalam penanganan bencana (maupun pembangunan) layak diasah dan dikembangkan secara berkelanj ut an. Pengalaman PRBBK di komunit as t ert ent u dapat dimodif ikasi, direvisi, dan disesuaikan di t empat lain.

(25)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 18/ 54

akses pada pengambilan keput usan, dimana rasionalit as komunit as lokal sering dianggap kurang pent ing dan t idak logis dibanding rasionalit as ahli dari luar, pemerint ah, dan donor.

Idealnya, PRBBK merupakan pendekat an berbasis pemberdayaan komunit as demi mengurangi ket ergant ungan ekst ernal, t erut ama pada saat darurat bencana maupun dalam rangka meningkat kan kapasit as dan ket angguhan/ daya lent ing (r esi l i ence) penghidupan komunit as yang menj adi sasaran. PRBBK mengaplikasikan prinsip “l eave no one behi nd” alias ant idiskriminasi yang berbasis gender, umur, kelompok agama, ras, suku, dan ant idiskriminasi minorit as.

Ket impangan j ender merupakan salah sat u sumber kerent anan. Pendekat an PRBBK yang mempert imbangkan aspek ini mempunyai pot ensi unt uk j uga membant u mengat asi isu-isu sosial dan keset araan gender. Dist ribusi risiko kemat ian yang berbeda secara mencolok ant ara laki-laki dan perempuan dalam perist iwa Tsunami Aceh 2004, menunj ukkan secara t egas bahwa ada komponen sosial dan non-alam dari risiko bencana.

(26)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 19/ 54

Usia adalah f akt or lain yang signif ikan pula unt uk diperhit ungkan, yang t idak t ercakup di dalam alat -alat penilaian risiko bencana sepert i dokumen PN-PRB t ersebut . Peek (2008), mencat at beberapa bencana “ berskala besar” , t ermasuk gempa bumi dan t sunami di Samudra Hindia t ahun 2004, gempa bumi Pakist an t ahun 2005, sert a badai Kat rina t ahun 2005, yang menunj ukan suat u realit as yang menyedihkan, bahwas bencana bisa saj a berdampak pada banyak korban belia. Mit chell dkk. (2008), mengungkapkan kembali laporan Tsunami Evaluat ion Coalit ion (TEC) yang dif okuskan pada kelompok-kelompok paling t erkena dampak, yakni anak-anak di bawah 15 t ahun dan perempuan (hlm. 255). Peek mencat at 17 t ipe risiko yang sering dihadapi anak-anak saat bencana (Peek 2008: 5).

Hakikat pemberdayaan dalam pendekat an PRBBK mempunyai kapasit as unt uk menghapus beberapa aspek penyebab kerent anan, dan dengan it u mengurangi dampak kej adian-kej adian bencana pada masa dat ang. Disadari bahwa penanggulangan bencana bukanlah suat u pendekat an yang linear yang keberhasilannya dapat dij amin dalam ukuran pencapaian t uj uan dan dimensi wakt u t ert ent u.

Secara umum kit a pahami bahwa proses-proses part isipat if selalu memerlukan wakt u yang lebih panj ang dibandingkan kalau program dilaksanakan sendiri secara langsung oleh lembaga yang melaksanakan PRBBK. Terlebih lagi, semakin besar konsesi yang diberikan oleh lembaga at au prakt isi penanggulangan bencana kepada komunit as, semakin besar pula kemungkinan warga komunit as akan memengaruhi t uj uan dan cara-cara mencapainya.

(27)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 20/ 54

2. 4. PERAN MASYARAKAT: TITIK BERAT PRBBK

Def inisi bencana yang sering dipakai adalah perist iwa yang t erj adi ket ika ancaman yang dat ang melebihi kemampuan komunit as unt uk mengat asinya. Pengert ian ini t ent u sebuah penyederhanaan karena t iap kerugian at au kehilangan baik mat eri maupun nonmat eri, dapat dikat egorikan sebagai bencana. Meskipun t idak ada kesepakat an bersama mengenai indikat or baku unt uk menent ukan apakah komunit as mampu mengat asi bencana at au t idak, namun seringkali komunit as yang selamat , misalnya dalam kej adian ekst rem di Aceh dan Nias, menj elaskan secara baik bent uk kapasit as lokal yang t ersedia.

Tabel 1. Perbandingan Pendekatan PRBBK dan Pendekatan PB Konvensional

Aspek PRBBK Konvensional

1. Komunikasi risiko bencana

Dat a dan inf ormasi lebih simet ris dan kaya, t erj adi pert ukaran inf ormasi ant ar-st akehol der secara lebih cepat

Asimet ris, dan hanya berbasis pendapat ahli sert a penget ahuan elit e.

Komunikasi risiko bersif at t op-down

2. Transaksi Pengetahuan dan praktik

Terj adi t ransaksi penget ahuan yang bersif at ‘ peer-t o-peer ’ ant ara komunit as dan ahli/ f asilit at or. Terj adi cross-f ert ilisasi penget ahuan ant ar- st akehol der.

Penget ahuan lokal yang mungkin saj a t elah diproduksi komunit as dikal ahkan oleh pendapat ahli yang t idak sensit if dengan kont eks risiko lokal .

3. Efisiensi wakt u Perlu invest asi wakt u yang lebih banyak di awal, namun dalam j angka panj ang, dianggap lebih berkelanj ut an.

Jangka pendek lebih mengunt ungkan namun secara j angka panj ang t idak berkelanj ut an.

4. Efisiensi biaya Sumber daya local (modal, penget ahuan, t enaga,

ket erampil an) diadakan secara maksimum

Lebih banyak biaya t ambahan unt uk wakt u pekerj aan yang lebih panj ang

5. Efekt ivitas Ket erlibat an banyak pihak membuat lebih banyak kader lokal yang t erlat ih mengurangi risiko lokal set empat .

Sedikit akt or lokal yang t erlat ih, ket ergant ungan pada pihak luar (ahli, pemerint ah, LSM)

6. Legitimasi Komunit as memandang

program dengan cara yang lebih bersahabat . Akar masal ah kerent anan dan risiko sepert i ket impangan j ender, umur, dan kelas bisa dikurangi karena part isipasi membuka ruang bagi kaum marj inal.

(28)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 21/ 54

Aspek PRBBK Konvensional

7. Kesetaraan Keset araan adalah harga mat i. Tingkat dist ribusi risiko dan kelompok paling rent an sebagai t arget .

Minim visi pada pengurangan kelompok rent an dan t idak mampu mengurangi akar masalah kerent anan

8. Keberlanj utan Secara ideal , bila unsur 1—7 t erpenuhi, maka keberl anj ut an diasumsikan sangat mungkin t ercapai karena t erj adi self -mobilizat ion dari masyarakat . Lebih t ingginya mart abat komunit as meningkat kan kemampuan pengurangan risikonya sendiri.

Keberlanj ut an sulit dicapai karena ket ergant ungan pada pihak luar, t idak mampu menggali kapasit as lokal unt uk mengurangi kerent anan dan kapasit as.

Peran sert a at au part isipasi masyarakat merupakan bagian dari prinsip demokrasi. Salah sat u prasyarat ut ama dalam mewuj udkan part isipasi it u adalah adanya ket erbukaan dan t ransparansi. Asas ket erbukaan mengandung sekurang-kurangnya lima unsur ut ama yang memungkinkan peran sert a masyarakat it u dapat t erj adi, yait u:

• Hak unt uk menget ahui (r i ght t o know, meewet en). PRBBK adalah produk publik/ umum dan pemenuhan hak unt uk aman dari bencana merupakan bagian dari HAM. Hak ini pada dasarnya merupakan hak yang mendasar dalam alam demokrasi. Art inya segala hal yang berkenaan dengan kepent ingan publik, maka seyogyanya publik menget ahuinya secara ut uh, benar, dan akurat .

(29)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 22/ 54

• Hak unt uk menyat akan pendapat (r i ght t o speech, meespr eken). Sebagai konsekuensi logis dari adanya hak unt uk ikut memikirkan, maka t indak lanj ut nya adalah hak unt uk berbicara guna menyat akan sesuat u pendapat . Maksudnya adalah bahwa apa yang t elah dikaj i, dit elit i dengan pemikiranyang dalam dan mat ang, maka masyarakat berhak unt uk menyampaikan pendapat nya t ersebut ke hadapan publik lainnya. Pernyat aan ini dapat berupa hal-hal yang menyangkut kepent ingan umum maupun kepent ingan individual at au kelompok, t ermasuk di dalamnya pernyat aan t ent ang sesuat u masalah yang ada pada pemerint ah (yang dapat berisi masukan dan at au krit ik) maupun masalah yang ada pada masyarakat it u sendiri.

(30)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 23/ 54

(31)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 24/ 54

3

KERANGKA HUKUM PRBBK

3. 1. PERAN KOMUNITAS DALAM KERANGKA HUKUM

Saat ini t elah berkembang sedikit nya dua pemikiran kerangka hukum PRBBK. Pert ama, PRBBK merupakan sisi inf ormal dalam prakt ik penanggulangan bencana. Bukt i empirisnya adalah bahwa hampir semua prakt ik PRBBK di Indonesia maupun dunia lahir dari prot okol lokal t ak t ert ulis yang bersif at sukarela (vol unt ar y) dan inf ormal dan secara umum t idak t eregulasi (un-r egul at ed). Namun argument asi ini t idak sepenuhnya t epat . Dalam wacana maupun prakt ik t elah t erdapat upaya-upaya unt uk meregulasi at au memf ormalkan secara spesif ik penget ahuan/ prakt ik PRBBK, misalnya konsep penanggulangan banj ir di Belanda yang asalnya bersif at inf ormal dan t anpa inisiat if ekst ernal yang t elah ada sej ak t ahun 1100 Masehi. Pemikiran kedua, PRBBK adalah pendekat an yang dalam rumusan f ormal, dapat digunakan dalam komunit as dengan sat uan f ormal sepert i desa/ dusun.

(32)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 25/ 54

proses t ersebut . Akibat nya t idak mengherankan j ika bant uan t anggap darurat j auh melampaui sumber daya yang t elah dit anam unt uk mengembangkan kemampuan pengurangan bencana di t ingkat lokal.5

Peran sert a masyarakat adalah sebagai bagian sent ral dalam st rat egi pembangunan yang modern dan demokrat is. Peran sert a dalam seluruh aspek pembangunan, baik pada proses pengambilan keput usan, pelaksanaan, pemant auan, pengawasan, evaluasi, maupun pada t ahap penerimaan manf aat , maka dengan demikian asumsinya adalah bahwa t uj uan-t uj uan pembangunan it u pun seyogyanya akan t ercapai pula.

Dalam kont eks hak-hak masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, Perserikat an Bangsa-Bangsa (PBB) menyelenggarakan sat u Konvensi Int ernasional di Aarhus, Denmark, pada 25 Juni 1998 yang diikut i oleh 39 negara dan Masyarakat Eropa dengan menghasilkan The Aarhus Convent ion yang berisikan 3 (t iga) pilar yang menj amin hak-hak rakyat dalam kerangka pembangunan berkelanj ut an yang berwawasan lingkungan, yakni:

• Pilar Pert ama, akses t erhadap inf ormasi, yang pada int inya adalah bahwa set iap orang berhak unt uk memperoleh inf ormasi yang ut uh, akurat , dan mut akhir unt uk berbagai t uj uan. Akses t erhadap inf ormasi ini dibagi ke dalam dua t ipe, yait u a) Hak masyarakat unt uk memperoleh inf ormasi dari para pej abat publik (publ i c aut hor i t i es) dan kewaj iban mereka unt uk merespons dan menyediakan inf ormasinya sesuai dengan permint aan masyarakat . Tipe inilah yang disebut hak akses inf ormasi secara pasif ; b) Tipe kedua disebut hak inf ormasi secara akt if , yait u hak masyarakat unt uk menerima inf ormasi; dan kewaj iban pej abat publik unt uk mengumpulkan dan kemudian mendiseminasikan inf ormasi t ersebut kepada masyarakat t anpa dimint a.

• Pilar Kedua, peran sert a dalam pengambilan keput usan, yait u pilar

5

(33)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 26/ 54

demokrasi yang menekankan pada j aminan hak masyarakat unt uk berpart isipasi dalam suat u pembuat an inf ormasi dan j aminan bahwa part isipasi t ersebut benar-benar dij alankan dalam realit asnya at au prakt iknya, dan t idak sekadar di at as kert as, dengan melalui akses t erhadap penegakan keadilan. Peran sert a masyarakat dalam pengambilan keput usan ini dibagi dalam t iga bagian. Pert ama adalah hak masyarakat unt uk berperan sert a dalam memengaruhi pengambilan keput usan bagi kegiat an t ert ent u sesuai dengan kepent ingannya. Kedua, berperan sert a dalam pengambilan keput usan dalam hal penet apan kebij akan, rencana, dan program pembangunan. Ket iga, berperan sert a dalam mempersiapkan pembent ukan perat uran perundang-undangan.

• Pilar Ket iga adalah akses t erhadap penegakan keadilan, yait u akses unt uk memaksakan dan memperkuat , baik hak akses inf ormasi maupun hak part isipasi, unt uk kemudian hak ini dimasukkan ke dalam sist em hukum nasional at au domest ik; dan memperkuat penegakan hukum lingkungan nasional at au domest ik agar dij alankan dengan benar. Yang pent ing dari pilar ket iga ini adalah t ersedianya suat u mekanisme bagi masyarakat unt uk menegakkan hukum lingkungan secara langsung.

Dari uraian di at as, maka secara ringkas dapat disimpulkan bahwa hakikat peran sert a masyarakat it u dapat t erwuj ud dalam bent uk:

1. Turut memikirkan dan memperj uangkan nasib sendiri dengan memanf aat kan berbagai pot ensi yang ada di masyarakat sebagai alt ernat if saluran aspirasinya;

2. Menunj ukkan adanya kesadaran bermasyarakat dan bernegara yang t inggi dengan t idak menyerahkan penent uan nasibnya kepada orang lain, sepert i kepada pemimpin dan t okoh masyarakat yang ada, baik yang sif at nya f ormal maupun inf ormal;

(34)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 27/ 54

4. Keberhasilan peran sert a it u sangat dit ent ukan oleh kualit as dan kuant it as inf ormasi yang diperoleh, memanf aat kan inf ormasi it u sebagai dasar bagi penguat an posisi daya t awar, dan menj adikannya sebagai pedoman dan arah bagi penent uan peran st rat egis dalam proses pembangunan;

5. Bagi Pemerint ah, peran sert a masyarakat it u merupakan sumber dan dasar mot ivasi dan inspirasi yang menj adi energi kekuat an bagi pelaksanaan t ugas dan kewaj ibannya.

Kot ak 4

CONTOH INISIATIF PRBBK DALAM KERANGKA HUKUM LOKAL

Dat a 2008 menunj ukkan desa Haekt o memil iki 239 KK t erdiri dari laki-l aki 443 orang dan perempuan 454 orang. Mat a pencarian 90% penduduk adalah pet ani t radisional, >2% adalah PNS guru dan pegawai kecamat an, dan sisanya berdagang at au t enaga oj ek. Hasil PRA Bencana PMPB Kupang menunj ukkan bahwa sej ak t ahun 2000 sampai saat ini, banj ir merupakan perist iwa t ahunan dan berulang. Akumulasi dampak banj ir t ahunan, secara t idak langsung, mempengaruhi rendahnya rat a-rat a t ingkat pendapat an yang hanya Rp100. 000, 00 s/ d Rp250. 000, 00 per-KK per bulan dengan sarana kesehat an rumah t angga (MCK dan sumber air bersih) sangat minim. Kemampuan mengakses pendidikan semakin lama semakin menurun karena lemahnya ekonomi masyarakat . Tahun 2008, t erdapat upaya membumikan PRBBK ke dal am kebij akan dan kerangka hukum lokal. Kebij akan at au kerangka hukum l okal yang dimaksud adalah pengambilan keput usan yang diambil oleh j aj aran pemerint ahan lokal set ingkat kepal a desa bersama-sama dengan Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai st rukt ur t erendah dalam t at a pemerint ahan sebagaimana diat ur dalam UU Ot onomi Daerah.

Upaya ini t ert uang dalam Perat uran Desa Haekt o, Kecamat an Noemut i Timur, Kabupat en Timor Tengah Ut ara, Provinsi NTT No. 2 t ahun 2008 t ent ang Penyel enggaraan Kesehat an Masyarakat dan Lingkungan di mana secara garis besar t erdapat hal-hal yang mendasar dari Perdes ini.

Membaca dengan t el it i Perdes ini, maka kit a akan menemukan sebuah gambaran besar bahwa Perdes ini t elah melakukan ident if ikasi pent ingnya melakukan penyelenggaraan kesehat an masyarakat sebagai bagian dari hak, pent ingnya menangani ancaman t erhadap kesehat an masyarakat , dan pent ingnya menj aga l ingkungan yang sangat berhubungan dengan t ingkat kesehat an yang dialami oleh masyarakat desa. Hal mendasar yang t ampak dariPerdes ini adalah bahwa UU PB, UU Lingkungan Hidup, dan UU Wabah Penyakit Menular menj adi ref erensi dal am bagian menimbangnya, sel ain UU lainnya. Bahkan saat ini Pemerint ah Desa Haekt o j uga t engah membahas Rancangan Perat uran Desa t ent ang Pemel iharaan Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) di mana dalam draf t -nya t ert ulis bahwa Rancangan Perdes ini bert uj uan unt uk melakukan upaya Pengurangan Risiko Bencana.

(35)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 28/ 54

4

KARAKTERISTIK DAN KECIRIAN PRBBK

4. 1. PARTISIPASI KOMUNITAS DALAM PRB

Part isipasi komunit as merupakan suat u proses pemberian at au pembagian wewenang lebih luas kepada komunit as unt uk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan t ermasuk bencana. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan t ingkat keikut sert aan komunit as dalam kegiat an t ersebut . Part isipasi komunit as bert uj uan unt uk mencari j awaban at as masalah dengan cara lebih baik, dengan memberi peran komunit as agar memberikan kont ribusi sehingga pelaksanaan kegiat an berj alan ef ekt if , ef esien, dan berkelanj ut an. Part isipasi komunit as dilakukan mulai dari t ahapan kegiat an pembuat an konsep, konst ruksi, operasional-pemeliharaan, sert a evaluasi dan pengawasan.

(36)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 29/ 54

banyak kasus, part isipasi memang bersif at manipulat if yang dilakukan laki-laki. Unt uk menaiki set iap t angga, diperlukan “wi ndow of oppor t uni t y” (Hart , 1999), yakni perubahan paradigma dari pemegang proyek PRB (pemerint ah, LSM, swast a dalam waj ah CSR). Sebagai upaya awal, part isipasi yang manipulat if dan t erapi yang bersif at t op-down. Unt uk kedua langkah awal ini, Arnst ein (1969) menyebut nya sebagai “ non part isipat if ” yang t idak menghargai harkat dan mart abat komunit as.

Gambar 2. 1: Tingkat partisipasi rakyat (Modifikasi Arnstein (1969) dan Hart (1999))

Gambar kanan sengaj a dikembangkan sebagai met af ora yang menggambarkan t ahapan t ahapan pengarusut amaan anak dalam kegiat an Penanggulangan bencana. Gambar kiri khusus unt uk t angga 3—5, menginf ormasikan sosialisasi sat u arah t op-down, konsult asi dan konsensus pasif komunit as berkait an PRB adalah sekadar t okenisme, yakni pelibat an komunit as yang minimal at au ala kadar saj a.

(37)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 30/ 54

Para prakt isi PRB umumnya sepakat unt uk lebih memberikan penekanan pada program-program pengelolaan risiko bencana oleh komunit as, dalam hal ini PRBBK. Komunit as yang rent an it u sendiri didorong t erlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan t indakan-t indakan pengelolaan risiko bencana bersama dengan semua ent it as t ingkat lokal, provinsi, dan nasional dalam bent uk kerj a sama.

Meskipun para prakt isi PRB umumnya sepakat unt uk lebih memberikan penekanan pada program-program pengelolaan risiko bencana oleh komunit as, dalam hal ini PRBBK, agar komunit as yang rent an it u sendiri yang t erlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan t indakan-t indakan pengelolaan risiko bencana bersama dengan semua ent it as t ingkat lokal, provinsi, dan nasional dalam bent uk kerj a sama. Tuj uan pengelolaan dan pengur angan risiko bencana oleh komunit as adalah mengurangi kerent anan dan memperkuat kapasit as komunit as unt uk menghadapi risiko bencana yang mereka hadapi. Ket erlibat an langsung komunit as dalam melaksanakan t indakan-t indakan pengurangan risiko di t ingkat lokal adalah suat u keharusan.

Program PB dan PRB yang bersif at t op-down yakni yang ant i-PRBBK kerap gagal unt uk mencakup kebut uhan set empat , khususnya dari komunit as yang rent an, mengabaikan pot ensi sumber daya dan kapasit as set empat , dan mungkin dalam beberapa kasus bahkan meningkat kan ket ergant ungan sekaligus kerent anan komunit as. Sebagai cont oh, seberapa banyak permukiman hasil rehabilit asi dan rekont ruksi di Aceh dan Nias ’ merana’ , membahayakan dan dit inggalkan warga karena t idak dikelola?

Di t ingkat lebih t inggi, part isipasi secara t egas dit ekankan oleh UU 24/ 2007 pada saat rekonst ruksi pasca bencana.6 Meskipun demikian, part isipasi masyarakat sipil dalam analisis dan penilaian risiko bencana j uga dikuat kan dalam Pasal 87PP No.

6

(38)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 31/ 54

21/ 2008 dengan j udul “ Part isipasi dan Peran Sert a Lembaga/ OrganisasiKemasyarakat an, Dunia Usaha, dan Masyarakat ” —Pert ama, unt uk meningkat kan part isipasi dalam rangka membant u penat aan daerah rawan bencana ke arah yang lebih baik dan rasa kepedulian daerah rawan bencana; dan kedua, melalui upaya “ kampanye peduli bencana, mendorong t umbuhnya rasa peduli dan set ia kawan di ant ara masyarakat sipil dan dunia usaha” ; dan ket iga, mendorong part isipasi dalam bidang pendanaan dan kegiat an kesiagaan menghadapi bencana

Prakt ik PRBBK dicirikan oleh beberapa hal yang mendasar dan prinsip yakni:

• Kekuasaan t ert inggi pengelolaan risiko dan kesiapsiagaan menghadapi bencana berada di t angan kelembagaan berbasis masyarakat yang dimandat kan.

• Diagnosis akar masalah bencana secara t epat , st rat egi mit igasi dan pemulihan dilakukan secara t epat karena part isipasi penuh menj amin represent asi kepent ingan nyat a masyarakat .

• Eksist ensi kelembagaan di komunit as yang dimandat kan unt uk penangananbencana mengandalkan respons yang cepat / t epat pada masa darurat .

• Int ervensi: bersif at mult isekt or, lint as sekt or, lint as ancaman (banj ir dan kekeringan; darurat dan pemulihan).

• Meliput i seluruh elemen perencanaan/ siklus penanganan bencana. Sumberdaya ut ama adalah masyarakat sendiri didukung penget ahuan dan keahlian lokal.

• Input ekst ernal sedikit , hasil pengelolaan bencana maksimal.

• Masyarakat berdaulat t erhadap bencana dengan indikat or ket ergant ungan pada pihak luar dikurangi hingga t it ik 0 (secara t eoret is).

(39)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 32/ 54

esensi at au kecirian mendasar dari PRBBK it u sendiri. Yakni upaya inisiat if pengelolaan risiko bencana yang bersif at ”home gr own” meskipun dengan input at aupun dukungan ekst ernal.

Dalam dimensi yang lain, PRBBK bermet amorf orsis j uga sebagai sebuah wilayah penget ahuan yang memiliki set t ing penget ahuan, penelit ian, kebenaran empiris, pengembangan ilmu, salah sat u cabang dari kaj ian kebencanaan yang mungkin bersumber pada st udi ant ropologi/ sosiologi bencana. Implikasinya adalah lahirnya para prof esional yang memiliki ket erampilan dan spesialisasi dalam PRBBK.

Prakt isi PRBBK selanj ut nya dikonst ruksikan sebagai “ orang luar” , yang mungkin saj a berasal dari bagian masyarkat berisi ko, yang menf asilit asi komunit as berisiko dalam melaksanakan penanggulangan bencana, di mana pekerj aannya didef inisikan oleh dimensi ruang dan wakt u yang t erbat as. Dalam dimensi proyek, ini berdampak pada keharusan para prakt isi unt uk memiliki st rat egi masuk (ent r y st r at egy) dan st rat egi keluar (exi t st r at egy).

Selanj ut nya, PRBBK sebagai sebuah wilayah kerj a yang j uga menunt ut prof esionalisme, maka PRBBK secara konsept ual berkembang menj adi sebuah ‘body of knowl edge’ yang dikonst ruksikan secara sist emat is yang mengandung pengert ian bahwa PRBBK bukanlah suat u rangkaian dari kebet ulan (ser endi pi t ous), berdasarkan sekadar pada naluri, kedermawanan, at au pun ibadah.

PRBBK adalah proses-proses t ert at a dan t erencana, dan mengikut i prosedur- prosedur yang kurang lebih baku. Dengan demikian, PRBBK adalah pekerj aan yang dapat dit ilik oleh orang lain dan oleh komunit as it u sendiri, dilaksanakan penuh disiplin dan dengan senant iasa bert anggung j awab, sert a akunt abel.

(40)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 33/ 54

sist emat is at au t idak adalah sebagai berikut :

• Disiplin: prakt isi PRBBK memat uhi pola pikir, langkah, dan t indakan yang sesuai dengan kerangka kerj a yang t elah disepakat i sebagai “body of knowl edge” (kecirian, proses-proses dan t ahapan, ket erampilan dasar, dan penget ahuan) bersama di ant ara para prakt isi PRBBK, berdasarkan suat u kesepakat an. Ini berkait an dengan misalnya cara mengenali masalah at au isu, urut an kerj a, pola hubungan dengan komunit as, pemerint ah dan sist em sumber daya, dsb. Tanpa disiplin semacam ini maka set iap prakt isi PRBBK dapat menyelenggarakan t ugasnya sesuka hat i dan akibat nya t idak ada j aminan kualit as bahwa prakt ik it u akan berhasil guna.

• Berkesadaran: semua langkah yang diambil dan kegiat an yang dilaksanakan oleh prakt isi PRBBK berpij ak pada proses kesadaran yang t erencana. Dengan kat a lain, idealnya t idak ada kegiat an PRBBK yang bersif at ‘ kebet ulan’ at aupun reaksi impulsif melainkan semua adalah t erencana. Tindakan besar at au kecil dalam PRBBK adalah bagian dari kerangka besar yang disusun secara t erencana.

• Akunt abel: bagian t idak t erpisahkan dari suat u prakt ik yang sist emat is adalah adanya kesadaran bahwa langkah dan kegiat an prakt isi PRBBK harus selalu t ransparan t erut ama t erhadap komunit as yang bersangkut an dan dengan sej awat prakt isi PRBBK. Dengan t ransparansi ini maka kit a dapat mengukur kesesuaian ant ara prakt ik t ersebut dengan kaidah-kaidah prakt ik PRBBK, dengan kesesuaian ant ara t uj uan awal dengan pencapaian kegiat an. Tanpa akunt abilit as ini maka prakt isi PRBBK lagi-lagi dapat menyelenggarakan t indakan dan langkah sesuka hat inya dan t idak ada j aminan bahwa yang diselenggarakannya it u memang sungguh bermanf aat .

(41)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 34/ 54

Pengalaman dalam pelaksanaan penanggulangan bencana yang berorient asi pada pemberdayaan dan kemandirian komunit as akan meruj uk pada: (1) melakukan upaya pengurangan risiko bencana bersama komunit as di kawasan rawan bencana, agar selanj ut nya komunit as mampu mengelola risiko bencana secara mandiri; (2) menghindari munculnya kerent anan baru dan ket ergant ungan komunit as di kawasan rawan bencana pada pihak luar; (3) penanggulangan risiko bencana merupakan bagian t ak t erpisahkan dari proses pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam unt uk pemberlanj ut an kehidupan komunit as di kawasan rawan bencana; (4) pendekat an mult isekt or, mult idisiplin, dan mult ibudaya (Paripurno, 2006b).

4. 2. KECIRIAN UMUM PRBBK

Secara umum ciri-ciri PRBBK adalah:

• Visi penyelamat an hidup dan penghidupan berkelanj ut an: Disast er Risk Management (DRM) sebagai “publ i c goods” dan hak-hak asasi manusia.

• Misi reduksi kerent anan, mul t i -hazar ds management, peningkat an kapasit as masyarakat dalam memonit or, adapt asi, respons, mit igasi, persiapan, peringat an dini, dan seluruh aspek perencanaan bencana.

• Part isipasi adalah dimensi spirit ual namun f akt ual, harga mat i. Masyarakat sebagai penggerak ut ama, sebagai poros. Bukan part isipasi sesaat karena f akt or donor at au pihak ekst ernal.

• Sensit if j ender: ket erlibat an penuh laki-laki dan perempuan.

• Sensit if dengan kerent anan: piorit as berdasarkan t ingkat dist ribusi kerent anan sekt oral dan kelompok/ pihak/ st akeholder yang paling rent an.

• Mengenali kapasit as dan sumber daya lokal (mekanisme adapt asi lokal dan st rat egi copi ng).

(42)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 35/ 54

at au [assessment -pl an-i mpl ement -moni t or-eval uat e]

• Memiliki perangkat lunak (at uran/ kebiasaan/ prot okol/ mekanisme).

• Pihak luar diposisikan sebagai f asilit at or dan pendukung.

• Transf ormasi “col l ect i ve memor y” at as bencana menuj u aksi kolekt if unt uk reduksi bencana.

• Komunikasi risiko bencana secara berkelanj ut an (melalui kombinasi media: budaya dan bahasa lokal, simbol, meunasah/ surau, st rukt ur mukim, warung kopi, buku/ komik, syair, lagu daerah, pant un, sekolah, radio komunit as, VCD, milis (mai l i ng l i st), int ernet , khot bah Jum’ at , Risma).

• Pendekat an t et ap harus inklusif (ant i pendekat an eksklusif ).

• Pengkaderan f asilit at or/ pendamping/ organisat or PRBBK yang berasal dari komunit as lokal, dari pengorganisasian menuj u mobilisasi.

• Pelembagaan PRBBK demi keberlanj ut an. Skenario keberlanj ut an PRBBK harus t erumuskan secara j elas.

• Tercipt anya komunit as yang mempunyai kemampuan ‘ adapt if’ dan kenyal (r esi l i ence) yakni “ kemampuan di t iap t ingkat an unt uk mendet eksi, mencegah, minimalisasi, dan bila perlu menangani dan pulih dari kej adian

ekst r em” (Medd dan Marvin, 2005: 45).

• Perencanaan kont ij ensi di level komunit as yang secara reguler disimulasikan: demi melahirkan komunit as yang sadar akan ancaman t erhadap kampungnya; t ahu bagaimana dan t erampil melindungi diri mereka, keluarga, aset -aset penghidupan dari ancaman alam; Agar mampu mengelola kedarurat an akibat ancaman, t idak t erj adi eskalasi ke t ingkat bencana yang lebih kompleks.

(43)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 36/ 54

(44)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 37/ 54

5

SISTEMATIKA PRBBK

5. 1. SISTEMATIKA

Sebagai sebuah proses, PRBBK memiliki t iga t ahapan ut ama yang paralel, yakni: masukan (i nput), proses-proses (t hr oughput), sert a luaran (out put). Berikut adalah enam t ahapan dengan sub-sub t ahapan proses pengelolaan risiko bencana berbasis komunit as. Enam t ahapan ini kemudian diakomodasi sebagai st andar prosedur kegiat an PRBBK secara berkel anj ut an dalam kont eks proyek/ program, yang diakhiri oleh t ahapan exi t st r at egy dan audit PRBBK yang berbasis komunit as.

(45)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 38/ 54

5. 2. TAHAPAN KERJA

Tahapan kerj a PRBBK dari berbagai pengalaman7, dapat dilakukan sebagai berikut :

Memilih Komunitas Sasaran. Ini merupakan proses memilih komunit as yang paling rent an unt uk kemungkinan mendapat kan dukungan program pengelolaan peredaman risiko dengan menggunakan serrangkaian krit eria yang dit et apkan. Pada dasarnya ini merupakan t ahapan membangun hubungan dan kepercayaan dengan komunit as set empat . Tahap ini merupakan t ahap kunci unt uk mewuj udkan “ kit a menj adi bagian dari mereka” . Tahap ini merupakan t ahap pencit raan awal at as rencana PRBBK.

Gambar 5. 1. Proses PRBBK

Membangun Hubungan dan Memahami Komunitas. Pada dasarnya ini merupakan t ahapan membangun hubungan dan kepercayaan dengan komunit as set empat . Set elah hubungan t erbangun, dipahami posisi umum komunit as dalam aspek sosial, ekonomi, dan polit ik. Pemahaman lebih

7

(46)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 39/ 54

mendalam mengenai dinamika komunit as akan t erj adi kemudian, ket ika dilakukan penj aj akan risiko secara part isipat if .

Penj aj akan Risiko Bencana secara Partisipatif (Part icipat ory Disast er Risk Assessment /PDRA). Ini merupakan proses diagnost ik unt uk mengident if ikasi risiko-risiko yang dihadapi komunit as dan bagaimana mereka mengat asi risiko-risiko t ersebut . Tahap ini dilakukan unt uk memprakirakan kebut uhan penanggulangan bencana. Hal ini perlu dilakukan agar t erj adi kesesuaian ant ara kebut uhan dan ket ersediaan sumber daya. Ini merupakan pengkaj ian yang menyeluruh mengenai ket erpaparan komunit as t erhadap bahaya dan analisis mengenai kerent anan mereka sert a kapasit as mereka merupakan dasar dalam semua akt ivit as, proyek dan program unt uk meredam risiko bencana. Penj aj akan risiko bencana merupakan proses part isipat if dalam menent ukan sif at , cakupan, dan besarnya dampak negat if dari bahaya t erhadap komunit as dan rumah t angga di dalamnya dalam suat u periode wakt u yang dapat diramalkan. Penj aj akan risiko bencana komunit as j uga memf asilit asi suat u proses menent ukan dampak negat if yang mungkin at au cenderung t erj adi (kerusakan dan kerugian) pada aset penghidupan yang berisiko. Pengkaj ian bersama t ingkat risiko di masyarakat meliput i: persepsi masyarakat at as risiko, pemet aan (karakt er) bahaya, pemet aan kerent anan, pemet aan kapasit as dalam menangani bahaya, pemet aan kapasit as dalam menangani kerent anan, ident if ikasi risiko, evaluasi dan penilaian risiko, pemeraan pot ensi sumberdaya yang t ersedia dan mobilsasi sumberdaya, sert a analisis dan pelaporan bersama ke komunit as. Analisis sit uasi ini dapat mulai dengan menyusun prof il komunit as unt uk memahami risiko bencana melalui riset part isipat if t ent ang: inf ormasi hist oris kebencanaan, ciri-ciri geoklimat , f isik, keruangan, t at anan sosiopolit ik dan budaya, kegiat an-kegiat an ekonomi sert a kelompok-kelompok rent an.

(47)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 40/ 54

Komunit as sendiri yang mengident if ikasi t indakan-t indakan peredamanrisiko yang akan mengurangi kerent anan dan meningkat kan kapasit as. Tindakan-t indakan peredaman risiko t ersebut kemudian diej awant ahkan ke dalam rencana pengelolaan bencana komunit as (meningkat kan kapasit as & mengurangi kerent anan unt uk meningkat kan kemampuan mencegah, memi t igasi dan menyiapkan diri), manf aat dan hasil (mengurangi risiko), merencanakan kegiat an pent ing, mengident if ikasikan dan mencari dukungan f inansial, memf ormulasikan rencana kegiat an.

(48)

Buku Sat u | PENTINGNYA PRBBK | 41/ 54

Monit oring dan Evaluasi secara Partisipat if. Ini merupakan sebuah sist em komunikasi di mana inf ormasi mengalir ant arsemua orang yang t erlibat dalam proyek: komunit as, st af pelaksana dan lembaga pendukung, lembaga pemerint ah dan donor t erkait . Penilaian dan memberikan umpan balik cenderung j arang dilakukan. Menilai hasil kegiat an yang disesuaikan dengan hasil yang diharapkan unt uk meredam bencana diharapkan dapat digunakan unt uk sej ak dini menget ahui ef ekt ivit as usaha yang t elah dilakukan. Unt uk selanj ut nya menggunakan hasil evaluasi unt uk pemberdayaan komunit as lain dalam meningkat kan kemampuan peredaman bencana.

Berbagai pendapat baik prakt isi maupun ahli dalam komunit as MPBI sepakat bahwa pelembagaan merupakan syarat PRBBK yang berkelanj ut an. PRBBK merupakan kegiat an t anpa akhir. Namun dalam kont eks proyek/ program yang menginginkan keberlanj ut an prakt ik di t ingkat akar rumput , akhir dari proses input ekst ernal adalah mengagendakan kelembagaan peredaman bencana yang bert umpu pada komunit as (mendorong pembent ukan organisasi dan at uran komunit as dalam penanggulangan risiko bencana) unt uk menj aga keberlanj ut an, penyebarluasan, dan pengint egrasian. Pada t ahap ini pula dibangun mekanisme konsult at if ant ara organisasi rakyat dengan akt or lain. Hal ini pent ing dilakukan karena proses int ervensi peredaman risiko bencana yang melibat kan pihak lain pada umumnya bersif at ” sebagian” dari upaya peredaman seluruh risiko. Dalam posisi ini t ent unya komunit as secara mandiri yang harus melanj ut kan upaya- upaya peredaman t ersebut . Pelembagaan ini pada dasarnya merupakan sebuahpemast ian bahwa upaya peredaman risiko bencana t idak berhent i.

Gambar

Gambar 1.1: PRBBK, Pilar PRB di Indonesia
Gambar 2.1: Tingkat partisipasi rakyat (Modifikasi Arnstein (1969) dan Hart (1999))
Gambar 5.1. Proses PRBBK
Gambar 5.2. Proses Manajemen Risiko
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menindak Lanjuti Pengumuman Penetapan Pemenang Pekerjaan Jasa Konsultansi Perencanaan Penyusunan Feasibility Study Private Public Partnership RSU Kota Tangerang

Sesuai dengan jadwal pelelangan pekerjaan Jasa Konsultasi Data Base Kebutuhan Peningkatan Sarana dan Prasarana Energi (PKT-38) pada SPSE, bersama ini kami harapkan kehadirannya pada

[r]

Pada hari ini Jumat Pukul 08.00 WIB tanggal Lima Belas bulan Agustus tahun Dua Ribu Empat Belas, kami Kelompok Kerja Pengadaan Barang dan Jasa Lainnya ULP Kota Tangerang

Harga Penawaran Terkoreksi melebihi dari Harga Penawaran Semula sehingga tidak memenuhi syarat substansial berdasarkan Dokumen Pengadaan Bab III. IKP klausul 15.c

To illustrate this approach, the time-homogeneous two-stage model is combined with tumor progression modeled as a linear birth and death process with a non-absorbing

Pengguna data mengakui bahwa BPS tidak bertanggung jawab atas penggunaan data atau interpretasi atau kesimpulan berdasarkan penggunaan data apabila tidak diketahui atau

Emergency dental treatment can be claimed up to £1,000 per year but cover for accidental dental injury is limited to £250 per treatment.. £6 per month gets you basic dental