• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat

Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan partisipasi masyarakat sebagai proses dimana para pemilik kepentingan berinisiatif dalam menentukan keputusan pembangunan dan keputusan pengelolaan sumberdaya yang berdampak pada kehidupan masyarakat lokal. Partisipasi menurut Sajogyo (1979) diacu dalam Aligori (2004) meliputi tiga hal, Pertama, masyarakat berpeluang ikut serta dalam menentukan kebijakan pembangunan di tingkat desa, kecamatan sampai ke tingkat parlemen kabupaten atau kota. Kedua, adanya peluang untuk ikut

melaksanakan pembangunan pada tingkat supra lokal (desa dan kecamatan).

Ketiga, peluang ikut mengawasi dan mengevaluasi hasil pembangunan.

Pandangan ini mengartikan bahwa partisipasi merupakan tataran konsultasi dalam penetapan kebijakan dan dalam program pembangunan. Hal tersebut lebih lanjut menurut Bank Dunia merupakan partisipasi sosial

masyarakat. Partisipasi dipandang dalam segi politik merupakan kegiatan legal oleh warga secara langsung atau tidak langsung ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Sumber : The British Council (2001) diacu dalam Aligori (2004)

Gambar 2. Arah Pergeseran dalam Partisipasi

Secara radikal partisipasi dipahami sebagai pendekatan yang muncul paska kegagalan pendekatan pembangunan top-down (Kusumastanto 2006). Menurut kesepakatan APEKSI ( Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia). Partisipasi mendorong setiap warga untuk menggunakan haknya dalam menyampaikan pendapat dan proses pengambilan keputusan dari perumusan

Dari Ke Penerima Proyek Konsultasi Penilaian Mikro Warga Kebijakan Pengambil Keputusan Pelaksanaan Makro

22

sampai evaluasi secara langsung ataupun tidak langsung (Marius 2003) melalui Lembaga Musyawarah Desa (LMD) dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai kelembagaan pemerintah yang terdekat dengan masyarakat (Ditjen Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah 1999).

2.4.1 Tangga Partisipasi Masyarakat

Arnstein (1969) diacu dalam Jabir dan Julmansyah (2003) membuat hierarki partisipasi sesuai dengan perilaku karakter negara untuk melibatkan

masyarakat dalam proses pembentukan kebijakan pengelolaan, diantaranya yaitu : 1) Manipulasi adalah bentuk partisipasi yang dimaksudkan untuk mendidik

atau membangun dukungan publik dengan memberi kesan bahwa

pengambil keputusan sudah partisipatif. Keputusan tersebut dimanipulasi dengan beralaskan proses partisipasi telah berjalan.

2) Terapi sebagai bentuk partisipasi masyarakat yang diberlakukan atas ketidakjujuran dan kearoganan pemerintah. Masyarakat diberikan kesempatan untuk mengadvokasi kepada pihak yang terlibat dalam hal pemerintah, supaya seolah-olah pengajuannya akan ditindaklanjuti. 3) informasi merupakan salah satu bentuk partisipasi dimana masyarakat

telah diberikan informasi mengenai hak, tanggungjawab, dan pilihan yang ada dengan saluran komunikasi satu arah tanpa diikuti dengan kesempatan untuk menegosiasikan pilihan. Pola informatif ini bersifat pemberian informasi yang tidak mendalam, tidak ramah terhadap pertanyaan atau memberikan jawaban yang tidak benar terhadap suatu pertanyaan. 4) Konsultasi, dalam tahap ini telah dilakukan konsultasi dan dengan

pendapat masyarakat terhadap kebijakan yang diambil, sayangnya belum diikuti dengan adanya jaminan pendapat tersebut dimasukkan dan

dipertimbangkan dalam kebijakan yang akan dibuat.

5) Semu (placation) yaitu masyarakat telah memiliki pengaruh terhadap kebijakan yang masih belum murni. Keberhasilan partisipasi pada tahap ini masih ditentukan oleh besar dan solidnya kekuatan masyarakat untuk menyampaikan kepentingannya.

6) Tingkat kemitraan (partnership). Kekuatan dalam tahap ini telah terbagi kewenangan secara relatif seimbang antara masyarakat dengan pemegang kekuasaan, dan lebih lanjut telah terjadi komitmen diantara kedua belah pihak untuk membicarakan perencanaan dan pengambil keputusan secara bersama. Dalam tahap ini inisiatif dan komitmen, baru timbul setelah adannya desakan publik yang kuat untuk menjalankan proses partisipatif. 7) Delegasi kewenangan (delegated power) dalam tahap ini masyarakat telah

memiliki kewenangan lebih besar dibanding penyelenggaraan negara. 8) Kontrol warga negara (citizen control) pada tahap ini partisipasi telah mencapai tahap akhir dimana masyarakat memiliki kewenangan untuk memutuskan, melaksanakan, dan mengawasi pengelolaan sumberdaya alam atau sumberdaya lainnya.

Pretty (1997) diacu dalam Suseno (2007) membagi tipe partisipasi berdasarkan karakteristik partisipasi masyarakat di tingkat lokal, diantaranya terdiri atas : (1) manipulatif, yaitu partisipasi dapat dimanipulasi (2) partisipasi pasif, dimana masyarakat hanya sekedar menginformasikan permasalahan kepada pemerintah, tetapi tidak dijadikan sebagai bahan pertimbangan keputusan

kebijakan (3) partisipasi dengan konsultasi dimana masyarakat hanya pada posisi penerima informasi dari pemerintah (4) partisipasi dengan insentif (5) partisipasi fungsional, yaitu partisipasi masyarakat atas inisiatif agen eksternal (6) partisipasi interaktif, dimana masyarakat bekerjasama dengan pihak lain untuk merencanakan program, karena adanya kekuatan lembaga lokal dalam menghimpun masyarakat untuk mengelola sumberdaya (7) mobilitas sendiri, yaitu masyarakat berpartisipasi atas inisiatif dan pengawasan bersama, sedangkan pihak eksternal hanya sebatas konsultan.

Bass,et al (1995) diacu dalam Aligori (2004) membagi partisipasi masyarakat berdasarkan keikutsertaan dalam proses penetapan kebijakan diantaranya : Pertama, masyarakat diposisikan hanya sebatas pendengar dari pemerintah. Kedua, masyarakat diposisikan sebagai pendengar dan pemberi informasi. Ketiga, masyarakat diposisikan sebagai stakeholder yang memiliki kekuatan dalam sebuah kelembagaan yang bekerjasama dalam merancang peraturan kebijakan. Keempat, masyarakat dapat menganalisis perencanaan

24

kebijakan yang bekerjasama dengan berbagai stakeholder. Kelima, masyarakat secara bersama-sama memutuskan keputusan kebijakan dan program-program aksi bersama. Keenam, partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam.

2.4.2 Proses Partisipasi

Konsep dalam pelibatan partisipasi masyarakat pesisir menurut Bass, et al (1995) diacu dalam Aligori (2004), memiliki tiga kriteria utama, yaitu : Pertama, adanya work group atau organisasi berbasis komunitas (community base

organizing) yang dihasilkan dari hubungan kerjasama antar kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Kedua, adanya alternative livehood sebagai alternatif mata pencarian pemenuhan kebutuhan keluarga, dan ketiga, harus adanya restrukturisasi birokrasi ke arah desentralisasi. Desentralisasi dipahami sebagai alih kekuasaan dan pengelolaan sumberdaya ke tingkat yang lebih rendah dari pemerintah pusat dimana program-program pembangunan dijalankan atas inisiatif masyarakat bawah melalui mekanisme yang lebih demokratis.

Tabel 4. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Masyarakat .

Tahapan Partisipasi Masyarakat

1. Identifikasi isu 1. Partisipasi dalam pengumpulan data dasar dan pelatihan pengumpulan data

2. Menghadiri pertemuan dalam identifikasi isu dan analisis isu 3. Memberi masukan terhadap permasalahan dan isu serta

berperan serta dalam penentuan prioritas isu

4. Berpartisipasi dalam penyusunan dan diseminasi profil sumberdaya desa

2. Persiapan perencanaan

1. Partisipasi dalam kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup

2. Partisipasi dalam pelatihan pengelolaan sumberdaya 3. Partisipasi dalam pembuatan rencana pengelolaan 4. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dan pemberian

masukan saran pendapat 3. Persetujuan

rencana dan pendanaan

1. Partisipasi dalam pengorganisasi dalam semua rapat

musyawarah desa untuk menentukan dan menyetujui rencana pengelolaan

4. Pelaksanaan dan penyusunan

1. Partisipasi dalam rapat pembuatan rencana dalam jangka tertentu

2. Partisipasi dalam pembentukan lembaga koordinasi (badan pengelola)

3. Partisipasi dalam mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kerja

Sumber : The British Council (2001) diacu dalam Aligori (2004)

Langkah-langkah partisipasi masyarakat untuk mengelola sumberdaya dapat dibagi menjadi beberapa langkah yang dipaparkan pada Tabel 4,

diantaranya terdiri atas : pertama, identifikasi isu. Kedua, persiapan perencanaan. Ketiga, persetujuan rencana dan pendanaan. Keempat, pelaksanaan dan penyusunan program aksi.