• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-langkah Kegiatan

15) Pasien diberi masker bedah dan harus memakai masker tersebut

16) Dokter melakukan pengobatan awal, melakukan rujukan dengan menggunakan ambulan/kendaraan Pusling (Puskesmas Keliling) yang tersedia atau mengontak Dinkes kabupaten/kota untuk mengirimkan ambulan dan tenaga untuk merujuk.

17) Dokter memberitahu rumah sakit rujukan akan adanya pasien rujukan dengan menyebutkan kondisi klinis pasien.

18) Setelah pasien dirujuk, petugas puskesmas melakukan dekontaminasi terhadap ruangan dan peralatan yang digunakan untuk memeriksa kasus suspek dengan menggunakan sarung tangan dan masker N-95 sesuai standar operasional.

19) Semua petugas yang pernah melayani pasien suspek influenza pandemi dicatat dan diobservasi. Petugas puskesmas dan pengantar yang kontak erat dengan pasien suspek mendapat antiviral dosis pengobatan. Dilakukan pemeriksaan suhu setiap hari, jika >38°C langsung dianggap sebagai suspek dan segera dirujuk.

20) Jika sudah memperoleh informasi adanya sinyal virologi, petugas triage harus menggunakan APD lengkap.

21) Ambulan/kendaraan Pusling setelah digunakan segera didekontaminasi di rumah sakit, termasuk petugas yang merujuk.

Unggas

mati/sakit Penderita A

(confirmed) Penderita B

(confirmed) Penderita C (confirmed)

37

Jika puskesmas berada di dalam wilayah penanggulangan episenter pandemi influenza

Jika puskesmas berada di luar wilayah penanggulangan episenter pandemi influenza

Demam

Penerimaan pasien (triase)

Ruangan Pengobatan umum

Demam ILI

Lapor DinKes Kab/Kota Kontak RS

rujukan Ruang Alih fungsi

Pemberian antiviral

dosis terapi Rujuk dengan ambulans

Suspek Ya Tidak

Bukan Suspek

38 b) Pelayanan Kesehatan di Pos Lapangan

(1). Pada Saat Penanggulangan Seperlunya

• Pelayanan kesehatan di pos lapangan mencakup pelayanan kesehatan umum/dasar dan kasus influenza pandemi yang dilengkapi sarana dan prasarana serta tenaga yang diperlukan. Dokter yang terlibat harus menggunakan APD lengkap ketika melakukan pemeriksaan dan mendiagnosis, sementara pasien diberi dan harus memakai masker bedah. Bila ditemukan kasus suspek influenza pandemi diberikan pengobatan awal dan dirujuk.

• Koordinasi rujukan dan pelaporan melalui pos lapangan ke Dinkes kabupaten/posko kabupaten, rumah sakit rujukan.

• Pos lapangan dan atau petugas pelayanan kesehatan melaporkan adanya pasien suspek influenza pandemi ke puskesmas.

(1). Pada Saat Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza

• Memiliki fungsi yang sama dengan saat penanggulangan seperlunya.

• Rujukan pasien dengan cara mengantarkan pasien sampai batas wilayah pintu ke luar barikade karantina dan serah terima pasien dengan ambulan/kendaraan Dinkes yang telah disiapkan di luar batas wilayah karantina, untuk menuju ke rumah sakit rujukan.

• Jika dibutuhkan, perjalanan ke rumah sakit rujukan dapat menggunakan pengawalan untuk pengamanan.

c). Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di luar Rumah Sakit Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di luar rumah sakit ini adalah:

• Praktek dokter umum maupun spesialis

• Klinik- klinik pengobatan

• Balai pengobatan umum maupun khusus

Semua fasilitas pelayanan kesehatan di luar rumah sakit, bila mendapat kasus suspek influenza pandemi, harus secepatnya merujuk ke rumah sakit rujukan influenza.

Hal-hal yang harus dipersiapkan:

• Sebelum merujuk pasien harus menghubungi rumah sakit rujukan.

• Membuat surat rujukan yang berisikan identitas pasien, hasil anamnesa, hasil pemeriksaan, dan diagnosa sementara (lampiran).

• Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya.

• Melaporkan ke puskesmas terdekat dan mengirim tembusan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

2). Rumah Sakit

a) Rumah Sakit Non-Rujukan

Langkah-langkah yang harus dilakukan apabila rumah sakit nonrujukan mendapatkan kunjungan pasien suspek influenza pandemi:

• Mengaktifkan sistem disaster internal rumah sakit sampai merujuk ke rumah sakit rujukan.

• Alur pasien (lihat gambar di bawah ”Alur Pasien ILI di Sarana Pelayanan Kesehatan NonRrujukan”).

• Melakukan rujukan pasien sesuai dengan aturannya.

• Melapor secara berjenjang ke dinas kesehatan setempat.

• Petugas yang melakukan pemeriksaan menggunakan masker N-95 dan sarung tangan.

39

Alur Pasien ILI di Sarana Pelayanan Kesehatan Non-Rujukan

40 b). Rumah Sakit Rujukan

Alur Pasien ILI di Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan

Hal-hal yang harus diperhatikan:

(1) Penatalaksanaan di IGD

Yang harus dilakukan petugas dan perawat di IGD adalah:

• Seluruh pasien dan tenaga kesehatan harus melalui IGD untuk dilakukan triage dalam menentukan ILI atau tidak, bila perlu triage dibuat di halaman dekat IGD atau di ruang dekat isolasi, bila memang ada, untuk pencegahan penyebaran virus.

• Menyiapkan ruangan observasi di IGD secara terpisah untuk penanganan pasien ILI.

Bila tidak mempunyai ruang observasi maka digunakan ruang isolasi. Di sini pasien akan dinilai keadaannya dengan SOFA scoring (Sequental Organ Faillure Assesement score) untuk menentukan berat ringannya kasus, perlu tidaknya perawatan langsung di ICU (lihat “Buku Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit).

• Pelayanan untuk pasien bukan ILI tetap berjalan sebagaimana biasa.

• Semua petugas yang pernah melayani pasien ILI dicatat dan diobservasi. Bagi yang sedang bertugas pada saat itu, diumumkan untuk tidak meninggalkan rumah sakit (karantina) selama 2 kali masa inkubasi dari kasus terakhir.

• Direktur rumah sakit menyiapkan ruangan khusus untuk memenuhi semua kebutuhan petugas (makan, minum, istirahat, dll) sesuai dengan jumlah petugas.

• Menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi.

• Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai tindakan–

tindakan yang akan dilakukan selama pasien dirawat sampai meninggal (informed consent) (lampiran 1).

(2) Penatalaksanaan di ruang isolasi

Yang harus dilakukan petugas dan perawat di ruang isolasi adalah:

• Melakukan anamnesa dan pemeriksaan ulang, pengambilan sampel (usap nasopharing/oropharing, bilasan nasopharing, darah/sera).

41

• Melakukan pemeriksaan penunjang seperti foto thorax, pemeriksaan darah, dan lain-lain.

• Semua petugas kesehatan dan nonkesehatan yang masuk ruangan isolasi maupun ICU harus menggunakan APD lengkap dan memperhatikan pelaksanaan universal precaution termasuk cuci tangan sesuai aturan.

• Melakukan penatalaksanaan kasus.

- Melakukan pemeriksaan klinis.

- Memberikan terapi suportif yang dibutuhkan.

• Menggunakan antiviral untuk profilaksis. Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan dari manusia ke manusia, penggunaan profilaksis antiviral sebelum terpajan tidak dianjurkan. Rekomendasi saat ini, antiviral diberikan pada petugas yang terpajan pasien yang terkonfirmasi dengan jarak <1m tanpa menggunakan APD. Bagi mereka yang terpapar terjadi lebih 7 hari yang lalu profilaksis tidak dianjurkan.

Pada dasarnya penatalaksanaan pasien influenza pandemi di ruang isolasi sama dengan penatalaksanaan pasien flu burung di ruang isolasi (lihat “Buku Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit), hanya yang perlu diperhatikan adalah ruang isolasi ini khusus hanya untuk pasien suspek influenza pandemi.

(3) Penatalaksanaan di ruang ICU

Yang harus dilakukan petugas dan perawat di ICU adalah:

• Pada prinsipnya pemeriksaan di ruang ICU sama dengan di ruang isolasi.

• Pemeriksaan tambahan yang perlu adalah pemeriksaan mendalam menggunakan score APACHE II.

• Catatan medis pasien di ruang ICU tidak boleh dibawa ke luar ruangan.

• Semua peralatan di ruang ICU tidak boleh keluar dari ruangan pada saat merawat pasien.

Pada dasarnya penatalaksanaan pasien influenza pandemi di ICU sama dengan penatalaksanaan pasien flu burung di ICU (lihat “Buku Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit, Dirjen Bina Pelayanan Medik, Depkes RI Th 2007) .

(4) Antiviral 1) Pengobatan

Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama):

• Dewasa atau anak ≥ 13 tahun oseltamivir 2x75 mg per hari selama 5 hari.

• Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari selama 5 hari.

• Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan sbb:

> 40 kg : 75 mg 2x/hari

> 23 – 40 kg : 60 mg 2x/hari, 15 – 23 kg : 45 mg 2x/hari

≤ 15 kg : 30 mg 2x/hari.

2) Profilaksis

Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi terpajan termasuk wanita hamil, oseltamivir harus diberikan sebagai profilaksis, sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir (rekomendasi kuat). Penggunaan profilaksis berkepanjangan dapat diberikan maksimal hingga 6-8 minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.