BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil Penelitian
4.2.5 Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Oleh
elektronifikasi transaksi.
Menurut Oktaviana (2018) proses transformasi digital yang efektif di lingkungan birokrasi, diperlukan pembangunan model manajemen satu arah melalui instruksi top down. Efektivitas implementasi digital di pemerintah daerah, sangat dipengaruhi oleh peran dari pemerintah pusat sebagai manajemen tertinggi.
Dukungan yang diperlukan dalam implementasi transformasi digital transaksi keuangan tersebut, dapat diberikan dalam bentuk (1) penetapan visi dan misi yang jelas dan terarah, (2) alokasi sumber daya manusia, waktu, finansial dan lain-lain secara tepat, (3) infrastruktur dan sarana prasarana pendukung, dan (4) sosialisasi yang merata dan kontinu kepada setiap elemen yang terlibat serta (5) membangun koordinasi dan sinergitas.
Dalam pelaksanaan penerapan tentunya setiap daerah memiliki peluang dan kendala. Hal ini sejalan dengan informasi dari beberapa informan, berikut hasil wawancara dengan beberapa informan:
“Dalam penerapan yang dilakukan dilapangan masih terdapat kendala yang dihadapi dalam perluasan terutama masih rendahnya literasi masyarakat dalam menggunakan transaksi nontunai sehingga masih diperlukan sosialisasi intensif kepada masyarakat terkait e-parking dan tata cara pembayaran pajak Horeka secara nontunai masih perlu didorong. Perlu dilakukan pelatihan kepada SDM pemerintah daerah dalam menggunakan aplikasi dan pengembangan kanal pembayaran digital. Namun, dalam penerapannya didukung oleh Keputusan Presiden No 3 Tahun 2021 Tentang Pembentukan Satuan Tugas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah serta Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2018 tentang smart city Kota Medan dan Keputusan Walikota Medan No 900/08/K/IV.2021 tentang pembentukan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah pada Kota Medan sehingga dengan diterapkannya elektronifikasi dapat memberikan kemudahan bagi pemerintah daerah dalam pencatatan dapat dilakukan secara realtime dengan bukti yang sah”. (Kepala BPKPAD Kota Medan)
“Saat ini pemerintah kota Tebing Tinggi telah melakukan penerapan transaksi pendapatan dan pengeluaran menggunakan kanal digital, tetapi pemahaman masyarakat terhadap tata cara pembayaran pajak dan retribusi melalui e-STS perlu ditingkatkan, kendala juga dihadapi dari sisi juru parkir yang tidak memiliki smartphone, Dalam penerapannya didukung oleh SE Mendagri No
910/14005/SJ Tentang Implementasi Transaksi Nontunai Dalam Rangka ETPD dan Instruksi Walikota Tebing Tinggi No 900/1248 Tahun 2018 Tentang Implementasi Transaksi Nontunai di Lingkungan Pemerintah, dan juga didukung oleh kecepatan jaringan komunikasi yang sudah tidak memiliki titik blank spot, dengan adanya penerapan transaksi digital dapat mengefisiensi operasional dengan menekan biaya pengelolaan keuangan daerah serta transaksi tercatat secara lebih lengkap sehingga perencanaan lebih akurat”. (Kepala BPKPAD Kota Tebing Tinggi)
“Layanan ETPD di Kota Binjai telah diterapkan namun literasi masyarakat terhadap tata cara pembayaran PBB dan BPHTB secara non tunai masih perlu didorong, dalam pengimplementasiannya pemahaman SDM OPD Pemko Binjai terkait layanan CMS OPD juga perlu menjadi perhatian dengan melakukan kegiatan bimtek penggunaan CMS OPD oleh Bank RKUD. Namun dalam penerapannya didukung oleh Instruksi Walikota No. 900-5982 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Transaksi Nontunai di Lingkungan Pemerintah Kota Binjai, dan didukung oleh kerjasama dengan beberapa stakeholder sehingga dengan diterapkannya elektronifikasi transaksi memberikan akses lebih luas dan meningkatkan akses masyarakat terhadap sistem pembayaran, khususnya pembayaran pajak dan retribusi, dan terciptanya transparansi transaksi sehingga membantu usaha pencegahan dan identifikasi kejahatan criminal & fraud” (Kepala BPKPAD Kota Binjai)
“Penerapan transaksi non tunai juga terus diterapkan pada masyarakat Dairi, tetapi tantangan terbesar masih rendahnya pengetahuan masyarakat dalam
menggunakan transaksi non tunai, Pada saat launching Taman Wisata Iman masih banyak pengunjung menggunakan transaksi tunai, kebijakan yang dilakukan petugas wisata dengan melakukan top up pada smartphone, serta memberikan edukasi apabila masyarakat datang tidak memahami mengenai transaksi digital maka akan dibantu oleh petugas untuk melakukan pembayaran melalui digital, dalam hal ini pemerintah daerah sekaligus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan perlu adanya bantuan dari Bank Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah serta perbankan untuk melakukan sosialisasi, dengan transaksi non tunai memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada bendahara kas daerah, karena tidak perlu menyimpan tunai terlalu banyak di brankas yang dapat menimbulkan hasrat bagi para OPD untuk melakukan tindakan penyelewengan”. (Kepala BPKPAD Kabupaten Dairi).
“Preferensi masyarakat di Kabupaten Karo untuk menggunakan uang tunai masih tinggi karena dianggap lebih praktis, perlu adanya sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk membentuk mindset masyarakat agar perluasan digital dapat berjalan. Pada daerah Kabupaten Karo juga terkendala infrastruktur pendukung seperti masih terdapat daerah blankspot dan gadget dengan spesifikasi yang kurang memadai. Penerapannya ini didukung oleh SE Mendagri No 910/14005/SJ Tentang Implementasi Transaksi Nontunai Dalam Rangka ETPD serta Peraturan Bupati Karo No 43 Tahun 2017 Tentang Penerapan Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan Berbasis Elektronik dan adanya komitmen dari Dinas Kominfo untuk memperluas jaringan pada daerah-daerah terpencil”.
(Kepala BPKPAD Kabupaten Karo)
“Perluasan elektronifikasi transaksi di Kabupaten Pakpak Bharat masih terkendala oleh terbatasnya literasi dan pemahaman masyarakat mengenai produk serta layanan keuangan digital, kesiapan dan konsistensi OPD juga masih perlu ditingkatkan, dimana masih banyak OPD yang belum melek dalam penggunaan transaksi digital, infrastruktur yang belum merata juga menjadi kendala bagi pemerintah daerah dalam memperluas dan menerapkan pembayaran digital bagi masyarakat terpencil. Penerapan ini didukung oleh Keputusan Presiden No 3 Tahun 2021 serta Peraturan Bupati Pakpak Bharat No 21 Tahun 2019 Tentang Sistem Pembayaran Transaksi Nontunai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemkab Pakpak Bharat”. (Kepala BPKPAD Kabupaten Pakpak Bharat)
“Tantangan terbesar terdapat pada masih rendahnya literasi keuangan masyarakat, tetapi tantangan juga berasal dari organisasi perangkat daerah yang masih kurang melek terhadap non tunai, Oleh karena itu sampai saat ini transaksi diatas Rp 1.000.000 sudah dilakukan menggunakan non tunai seperti gaji pegawai, tunjangan kinerja dan lain sebagainya. Salah satu sebab adanya hambatan dari pihak ketiga yaitu sebagai penyedia barang/jasa sistem transaksinya masih menggunakan tunai, tetapi sampai saat ini transaksi terus dikembangkan menggunakan non tunai. Terutama tantangan masih dirasakan karena masih banyak daerah yang terkendala jaringan blankspot. Penerapan ini didukung oleh Instruksi Bupati No 900-87/ins/2017 Tentang Implementasi Transaksi Nontunai di Pemkab Langkat dan komitmen Dinas Kominfo untuk terus melakukan pengembangan jaringan pada daerah terpencil sehingga dengan adanya
penerapan transaksi non tunai dapat memudahkan penelusuran transaksi karena terdapat bukti yang sah”. (Kepala BPKPAD Kabupaten Langkat)
“Penerapan transaksi non tunai telah dikembangkan dan diterapkan bagi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai kenyataannya tantangan juga terdapat pada persepsi pemerintah daerah terhadap implementasi transaksi non tunai masih beragam dimana edukasi dan pendampingan teknis terhadap SDM pemerintah daerah belum merata, hal ini perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi kepada SDM, Dalam hal infrastruktur juga terdapat kendala dimana ketersediaan jaringan listrik dan telekomunikasi serta perangkat TI belum merata, masih banyaknya daerah terpencil dan terdalam yang masih memiliki kendala blankspot”. (Kepala BPKPAD Kabupaten Serdang Bedagai)
“Kabupaten Deli Serdang dalam perluasan juga terhambat oleh kendala dimana literasi masyarakat dan pemerintah daerah masih kurang dalam penerapannya digitalisasi. Ketersediaan akses dan kanal pembayaran di daerah juga masih terbatas, dalam melakukan perkembangan ini diharapkan kerjasama antara Bank Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara untuk membantu sosialisasi peningkatan pemahaman masyarakat dan peningkatan kanal pembayaran digital di daerah terbatas, hal ini didukung oleh Instruksi Bupati No 900-87/ins/2017 Tentang Implementasi Transaksi Nontunai di Lingkungan Pemkab Serdang Bedagai dan didukung oleh kemajuan teknologi yang semakin mudah dijangkau sehingga dapat memberikan penambahan informasi bagi OPD dalam penerapan digitalisasi, sehingga dapat menciptakan ekosistem digital pada lingkungan pemerintah daerah”. (Kepala BPKPAD Kabupaten Deli Serdang)
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa tantangan beragam pada setiap pemerintah daerah, terutama masih rendahnya literasi menggunakan transaksi non tunai baik dari masyarakat dan pemerintah daerah dalam melakukan penerapan. Pada beberapa daerah juga masih terdapat blankspot yang menjadi penghambat dalam perluasan dan percepatan elektronifikasi transaksi. Namun, penerapan ini didukung oleh adanya peraturan Kepres No 3 Tahun 2021 dan SE Mendagri No 910/14005/SJ serta keputusan kepala daerah dalam mendukung terciptanya transaksi nontunai pada lingkungan pemerintah daerah, dukungan ini juga diberikan Dinas Kominfo masing-masing daerah untuk memperluas jaringan yang masih terkendala dalam perluasan digital, teknologi yang semakin mudah diakses dan dijangkau dapat memberikan kemudahan dalam mencari informasi dan pemahaman. Sehingga dapat meningkatkan akses lebih luas kepada masyarakat khususnya pembayaran pajak dan retribusi. Transparansi transaksi yang dapat membantu usaha pencegahan dan identifikasi kejahatan criminal dan fraud dan transaksi tercatat lebih lengkap.