Kurva Fisik
3. Pemberlakuan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)
Kementerian Keuangan melalui KPPN di daerah telah memberlakukan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) sebagai suatu sistem berbasis teknologi informasi ditujukan untuk mendukung pencapaian prinsip-prinsip pengelolaan anggaran tersebut.
Seluruh proses yang terkait dengan pengelolaan anggaran yang meliputi penyusunan anggaran, manajemen dokumen anggaran, manajemen komitmen pengadaan barang dan jasa, manajemen pembayaran, manajemen penerimaan negara, manajemen kas dan pelaporan diintegrasikan ke dalam SPAN.
Dalam pelaksanaannya, pemberlakuan SPAN ini ternyata masih pada tahap ujicoba sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang disebabkan karena sistem aplikasinya yang bersifat sangat rigid sehingga kesalahan atau perbedaaan data sekecil apapun yang dilakukan oleh operator SPAN di KPPN akan menyebabkan proses usulan pembayaran ditolak oleh sistem aplikasi. Hal ini terbukti dengan proses pembayaran yang dengan sistem lama bisa diselesaikan dalam jangka waktu 2- 4 hari namun dengan system SPAN akan mundur bisa sampai 30 hari. Kondisi keterlambatan pembayaran ini ternyata terjadi di seluruh KPPN yang telah menerapkan SPAN. Kondisi ini sangat mengganggu progress pelaksanaan kegiatan karena banyak usulan pembayaran yang pada akhirnya terhambat.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -18
Puslitbang Permukiman secara resmi telah mengundang pihak KPPN Bandung II untuk melakukan konsultasi terkait banyaknya permasalahan yang dialami akibat pemberlakukan SPAN ini.
Sejauh ini pihak KPPN Bandung II tidak dapat memberikan solusi terkait permasalahan yang dialami karena keputusan pemberlakuan SPAN ada di Kementerian Keuangan (Pusat).
Di bawah ini kami sampaikan rekapitulasi capaian indikator kinerja program triwulan kedua seperti terlihat pada tabel 3.23.
Tabel 3.23. Capaian Indikator Kinerja Program Triwulan Kedua Tahun 2014 Triwulan Kedua
No. INDIKATOR KINERJA
TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN II (%) 1 2 3 4 5 6 7
1 Naskah ilmiah 24 Buku 32.23 24.17 74.99%
2 Rumusan teknologi 9 Dokumen 24.58 25.03 101.81%
3 Model fisik 1 Naskah 27.00 9.95 36.85%
4 Model sistem 2 Naskah 36.195 30.865 85.27%
5 R-0 6 Naskah 27.00 27.21 100.79%
6 Prototip 21 Unit 25.32 15.08 59.54%
7 Kriteria desain 1 Unit 27.56 13.72 49.78%
8 Penyusunan Naskah Kebijakan Bidang Permukiman
1 Naskah
kebijakan 27.00 0.28 1.04%
9 Prosiding Diseminasi,
Sosialisasi dan TOT 1 Prosiding DSP 27.00 91.05 337.22% 10 Prosiding Advis Teknis 1 Prosiding ATSE 27.00 39.9 147.78%
11 Layanan Perkantoran 12 Bulan 147.70 162.91 110.30%
12 Dokumen Penyelenggaraan
Litbang 66 Dokumen 66.72 69.51 104.19%
13 Layanan Publik 12 Bulan 27.00 38.27 141.72%
14 Layanan Pengadaan Sarana
dan Prasarana 8 Unit 27.00 194.53 720.48%
15 Kendaraan Bermotor 2 Unit 127.00 199.543 157.12%
16 Perangkat Pengolah Data dan
Komunikasi 5 Unit 177.00 145.97 82.47%
17 Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran 7 Unit 96.31 76.88 80.00%
18 Gedung/Bangunan 2380 M2 42.33 13.86 32.74%
Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014
Tabel di atas merupakan Rekapitulasi Capaian Indikator Kinerja Pusat Litbang Permukiman yang terdiri dari 5 (lima) Satuan Kerja yaitu Satker Puslitbang Permukiman Bandung, Satker Balai PTPT Denpasar, Satker Balai PTPT Makasar, Satker Loka Tekkim Medan dan Satker Loka Tekkim Cilacap. Dengan melihat tabel di atas dapat kami sampaikan bahwa mayoritas pelaksanaan kegiatan sudah berjalan sesuai rencana bahkan ada beberapa kegiatan yang bisa dipercepat pelaksanaannya. Hal ini ditandai dengan kode warna kolom evaluasi yang umumnya berwarna biru. Pencapaian nilai proporsi di atas 100% menandakan bahwa terdapat upaya percepatan realisasi pelaksanaan kegiatan jika dibandingkan dengan besarnya prosentase rencana pelaksanaan kegiatan per triwulan pertama.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -19
Evaluasi tingkat pencapaian Tri Wulan Pertama dan Tri Wulan Kedua
Perlu kami informasikan bahwa nilai realisasi dan target perencanaan didasarkan atas penyerapan keuangan yan telah dilakukan per triwulan pertama. Jika pada Tri Wulan Pertama pada kolom proporsi masih ada nilai 0 dan kode warna putih pada kolom evaluasi yang menandakan bahwa pada triwulan pertama ini memang kegiatan tersebut belum dilaksanakan dan hal ini telah sesuai dengan jadual perencanaan yang telah disusun bahwa pelaksanaannya baru akan terlihat progresnya pada triwulan berikutnya. Untuk itu Hal ini ditandai juga dengan nilai target yang masih 0. Beberapa kegiatan yang dalam triwulan pertama proporsinya masih 0 yaitu: layanan pengadaan sarana da prasarana, kendaraan bermotor, perangkat pengolah data dan komunikasi dan peningkatan nilali gedung/ bangunan. Ke empat kegiatan di atas merupakan kegiatan yang pelaksanaannya menggunakan mekanisme pelelangan, sehingga untuk triwulan pertama walaupun proses lelangnya sudah berjalan namun secara anggaran belum ada pembayaran yang dilakukan sehingga baik target triwulan maupun realisasinya masih nol.
Diharapkan pada triwulan kedua sudah ada penetapan pemenang dan sudah ada pembayaran uang muka yang bisa dilakukan sehingga progres penyerapan anggaran sudah bisa terlihat. Pada Tri Wulan Kedua kondisi di atas sudah jauh berbeda, 4 (empat) kegiatan yaitu Layanan Pengadaan Sarana dan Prasarana, Kendaraan Bermotor, Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi dan Peningkatan Nilai Gedung/Bangunan telah meningkat progres pelaksanaan kegiatannya.
Hal ini seiring dengan telah diselesaikannya proses pelelangan yang dilanjutkan dengan telah dilakukannya penandatangan kontrak sehingga sudah ada pembayaran uang muka ataupun termijn yang sudah dapat dibayarkan.
Namun demikian masih ada beberapa kegiatan yang progres pelaksanaan kegiatannya masih masuk pada kategori sangat kurang yaitu kegiatan Penyusunan Naskah Kebijakan Bidang Permukiman. Kondisi ini bergeser jika pada Triwulan Pertama kegiatan yang memiliki kategori sangat kurang adalah pada output kriteria desain namun pada tri wulan kedua output kriteria desain ini sudah meningkat progres pelaksanaan kegiatannya. Untuk melihat progres pelaksaan kegiatan, permasalahan yang dihadapi serta rencana tindak lanjut pada setiap output dapat dilihat pada bagian pembahasan realisasi pencapaian indikator kinerja kegiatan di bawah ini.
Tabel 3.24. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Naskah Ilmiah Triwulan Kedua
No. INDIKATOR KINERJA
TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN II (%) 1 2 3 4 5 6 7
1 Inovasi Teknologi Dan Manajemen
Permukiman 24 Buku 27.00 1.16 4.30% 0 – 30
2 Pengkajian Prasarana Sanitasi
Permukiman (ITF dan IPLT) 2 Buku 27.00 36.74 136.07% 85 - 100 3 Penelitian Sistem Rating untuk
Perumahan dan Permukiman Hijau 1 Buku 27.00 23.63 87.52% 85 - 100 4 Pengkajian Kebutuhan Prasarana dan
Sarana Permukiman di Kawasan Pulau Kecil
1 Buku 27.00 13.76 50.96% 50 - 65
5 Inovasi Teknologi Bidang Perumahan
Tradisional 3 Buku 81.38 64.73 79.54% 75 - 85
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -20
Permasalahan :
Kegiatan Inovasi adalah kegiatan yang didesain untuk mengakomodasi ide-ide dari para peneliti maupun perekayasa yang memiliki gagasan baru. Sifat penelitian ini merupakan penelitian awal dengan waktu pelaksanaan yang pendek. Kegiatan litbang inovasi ini dilakukan oleh kelompok kecil (maksimal 3 orang). Karena sifatnya yang merupakan penelitian awal maka alokasi dana yang disiapkan terbatas ± 100 – 150 juta rupiah untuk satu judul penelitian. Pelaksanaan kegiatan inovasi dibatasi maksimal 6 (enam) bulan. Kegiatan ini diawali dengan perumusan ide dan gagasan, usulan judul kegiatan, seleksi judul kegiatan dan tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan.
Jika hasil dari kegiatan inovasi ini dipandang dapat memberikan manfaat yang lebih besar maka kegiatan inovasi ini akan diangkat menjadi kegiatan besar dengan alokasi dana yang lebih besar pula pada tahun anggaran berikutnya.
Berdasarkan hasil evaluasi di atas bahwa progress pelaksanaan kegiatan ini masih relatif rendah (4,30%) disebabkan karena tahapan kegiatan ini masih pada tahap seleksi gagasan. Tim penilai masih melakukan seleksi terhadap judul-judul kegiatan yang disetujui untuk dilaksanakan sebagai kegiatan litbang inovasi dan proses pengadaan bahan-bahan penelitian sedang berlangsung namun realisasi pembayaran belum dilakukan. Diharapkan pada tri wulan berikutnya telah terjadi peningkatan progress yang signifikan karena pelaksanaan kegiatan inovasi secara fisik sudah dimulai.
Pelaksanaan Kegiatan Pengkajian Kebutuhan Prasarana dan Sarana Permukiman di Kawasan Pulau Kecil memiliki progress 50,96%. Kegiatan ini merupakan dukungan terhadap kerjasama yang telah dilakukan antara Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dengan Badan Pengelola Wilayah Suramadu (BPWS). Lokasi pelaksanaan kegiatan di Pulau Gili Lyang yang berada di Pulau Madura. Pulau Gili Iyang ini merupakan lokasi yang memiliki kadar O2 terbesar
didunia sehingga Pemkab Sumenep menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata kesehatan. Untuk mendukung kawasan Pulau Gili Lyang sebagai kawasan wisata kesehatan maka pada pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan pembangunan model rumah dengan mengadopsi model rumah tradisional setempat yang disebut Tanian Lanjeung .
Kendala yang dihadapi adalah masalah kesiapan lahan untuk pembangunan model tersebut. Pada awal pelaksanaan kegiatan telah ada pertemuan dengan pihak Pemkab Sumenep dan BPWS terkait penyiapan lahan tersebut. Pihak Pemkab Sumenep akan menyiapkan lokasi lahan untuk pembangunan rumah tradisional tersebut dengan berkoordinasi dengan masyarakat setempat. Pada saat tim teknis telah menyelesaikan desain town house dan siap melaksanakan pekerjaan fisik, ternyata lahan untuk pembangunan model belum dapat disiapkan karena terjadi beberapa kali perubahan lokasi pembangunan town house tersebut. Selain perubahan lokasi juga terjadi perubahan ukuran lahan yang dapat disiapkan oleh Pemkab Sumenep, sehingga hal ini berpengaruh terhadap desain town house yang sudah disiapkan oleh tim teknis.
Rencana Tindak Lanjut :
Untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan inovasi saat ini telah dilakukan upaya percepatan melalui monev internal. Telah dilaksanakan seleksi dan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang dinilai layak dan memiliki potensi untuk dilaksanakan sebagai kegiatan inovasi litbang. Penyusunan SK Penetapan Tim Pelaksana juga sudah diterbitkan dan proses pengadaan
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -21
barang/ jasa telah dilaksanakan sehingga pada tri wulan berikutnya diharapkan sudah ada progress yang signifikan.
Telah dilaksanakan beberapa kali pertemuan dengan pihak BPWS maupun Pemkab Sumenep untuk mengklarifikasi kesiapan lahan. Hasil rapat terakhir menyatakan bahwa Pemkab Sumenep dalam waktu yang tidak terlalu lama akan menerbitkan surat tentang penetapan lokasi lahan untuk pembangunan model town house. Sehingga diharapkan dengan telah ditetapkannya lokasi lahan maka tim teknis dapat segera melaksanakan pekerjaan fisik membangun model rumah tradisional tersebut.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan fisik ini telah dilaksanakan beberapa kali pertemuan dengan masyarakat dalam bentuk Forum Group Discussion (FGD) dalam upaya menampung aspirasi dan menyiapkan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam membangun dan mengelola model yang dibangun tersebut.
Tabel 3.25. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Rumusan Teknologi Triwulan Kedua
No. INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI
(%)
PROPORSI
(%) EVALUASI
2014 TRIWULAN II (%)
1 2 3 4 5 6 7
1 Pengembangan Teknologi Analisis Risiko Gempa untuk Bangunan Gedung
2 Dok 27.00 11.28 41.78% 30 - 50
2 Pengkajian Patologi Bangunan 1 Dok 27.00 16.33 60.48% 50 - 65 3 Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Rumah Tradisional Suku Dayak Ngaju di Pulau Kalimantan
1 Dok 28.06 26.81 95.55% 85 - 100
4 Pengembangan Manajemen Laboratorium Pengujian dan Perekayasaan Kayu Alternatif
1 Dok 26.36 24.46 92.79% 85 - 100
5 Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Rumah Tradisional suku Arfak di Pesisir Samudra Pasifik
1 Dok 43.23 25.53 59.06% 50 - 65
6 Pengkajian Teknologi Perumahan
Tradisional Melayu 1 Dok 38.55 28.85 74.84% 65 - 75
7 Penerapan Inovasi Taman Atap Pada
Bangunan Kantor 1 Dok 6.45 3.51 54.42% 50 - 65
Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014
Permasalahan :
Kegiatan Pengembangan Teknologi Analisis Resiko Gempa Untuk Bangunan Gedung progresnya masih relatif rendah yaitu sebesar 11,28 %. Kegiatan ini merupakan kerjasama dengan BMKG, ITB, dan Pemda DKI Jakarta. Lokasi penelitian di lakukan di DKI Jakarta, Manado dan Padang. Keterlambatan progres pelaksanaan kegiatan disebabkan karena pelaksanaan survey kerentanan bangunan dan pengumpulan data sekunder berupa hasil penyelidikan tanah yang ada di seluruh daerah penelitian tertunda dikarenakan Pemilu dan belum adanya kesepakatan waktu pelaksanaan dan belum jelasnya tanggung jawab masing-masing instansi terkait dalam hal ini dengan BMKG, ITB dan Pemda DKI Jakarta walaupun metode riset dan instrumen penelitiannya telah siap.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -22
Perlu lebih diperjelas kembali peran dari masing-masing pihak terkait pembagian tugas dan tanggung jawabnya.
Koordinator kegiatan akan diinstruksikan untuk melakukan koordinasi lebih lanjut dengan pihak-pihak terkait, dan agar memeriksa kembali perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani dan masing-masing pihak agar lebih jelas komitmen dari masing-masing pihak untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Tabel 3.26. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Model Fisik Triwulan Kedua
No. INDIKATOR KINERJA
TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN II (%) 1 2 3 4 5 6 7
1 Pengkajian dan Pengembangan Kenyamanan Audial untuk Green Building
1 Naskah 27.00 9.95 36.85% 30 - 50
Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014
Permasalahan :
Progres kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Kenyamanan Audial untuk Green Building relative rendah yaitu sebesar 9,95%. Hal ini disebabkan karena Gedung Grha Wiksa Praniti yang dijadikan sebagai obyek penelitian dan ujicoba penerapan model kenyamanan audial digunakan untuk berbagai event penyelenggaraan kegiatan, sehingga ujicoba dan simulasi kenyamanan audial masih tertunda. Selain itu keterlambatan disebabkan pula karena kontrak dengan pihak ketiga belum bisa disepakati.
Rencana Tindak Lanjut :
Tim pelaksana kegiatan agar segera berkoordinasi dengan Bagian Tata Usaha agar Gedung Graha Wiksa Praniti untuk sementara tidak dapat digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan karena akan dilakukan ujicoba/ simulasi kenyamanan audial.
Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Kenyamanan Audial untuk Green Building diminta segera memulai survey lapangan dan pengujian laboratorium.
Tabel 3.27. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Model Sistem Triwulan Kedua
No. INDIKATOR KINERJA
TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN II (%) 1 2 3 4 5 6 7
1 Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Rumah Tradisional di Danau Tempe Sulawesi Selatan
1 Naskah 36.41 17.58 48.28% 30 - 50
2 Pengembangan Agregat Ringan Sebagai Bahan Bangunan Dinding Ringan
1 Naskah 35.98 44.15 122.71% 85 - 100 Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014
Permasalahan :
Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Rumah Tradisional di Danau Tempe Sulawesi Selatan mengalami keterlambatan karena survey tertunda karena bersamaan dengan masa kampanye pemilu (mengingat survey berhubungan dengan masyarakat). Pada Triwulan kedua ini
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -23
juga sempat terjadi ketidakpastian pelaksanaan kegiatan terkait penghematan anggaran kementerian sehingga berimbas kepada progress pelaksanaan kegiatan litbang pada umumnya. Tim pelaksana mengalami keraguan terkait tindaklanjut pelaksanaan kegiatannya, terlebih ada beberapa skenario penghematan yang mengakibatkan beberapa kegiatan harus dihentikan pelaksanaannya.
Rencana Tindak Lanjut :
Instruksi khusus dari Kepala Puslitbang Permukiman agar seluruh koordinator dan tim pelaksana tidak terpengaruh oleh adanya pemotongan anggaran selama belum adanya keputusan yang mengikat berupa perubahan DIPA. Sehingga kegiatan yang sudah direncanakan tidak ditunda dan bahkan harus dipercepat penyelesaiannya sebelum keputusan final tentang besarnya pemotongan anggaran ditetapkan. Kegiatan yang masih mengalami progress yang rendah akan diberi perhatian khusus baik pada saat monev rutin maupun melalui pemantauan langsung dari Pejabat Pembuat Komitmen maupun Kepala Satkernya masing-masing.
Tabel 3.28. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Penyusunan R-0 Triwulan Kedua
No. INDIKATOR KINERJA
TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN II (%) 1 2 3 4 5 6 7
1 Pengembangan Teknologi Bahan Bangunan Alternatif Berbasis Bahan Baku Lokal
1 Naskah 27.00 38.58 142.89% 85 - 100 2 Penyusunan Konsep Pedoman
Perencanaan Tata Air dan Persampahan
3 Naskah 27.00 19.5 72.22% 65 - 75
3 Penyusunan Konsep Pedoman Pengolahan Limbah dan Sistem Sambungan Rumah
2 Naskah 27.00 23.56 87.26% 85 - 100 Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014
Untuk kegiatan pada output ini relatif tidak terlalu banyak bermasalah dari sisi progress penyerapan anggarannya. Pelaksanaan kegiatan lebih banyak desk work dengan mengundang para narasumber melalui kegiatan diskusi teknis penyusunan konsep pedoman.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -24
Tabel 3.29. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Prototipe Triwulan Kedua
No. INDIKATOR KINERJA
TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN II (%) 1 2 3 4 5 6 7
1 Penerapan Teknologi Rumah Murah
Berbasis Bahan Baku Lokal 5 Unit 27.00 5.55 20.56% 0 - 30 2 Pengkajian Penerapan Teknologi Air
dan Sanitasi Lingkungan di kawasan DAS
6 Unit 27.00 30.66 113.56% 85 - 100 3 Penerapan Teknologi Permukiman
pada Kawasan Permukiman Perkotaan
2 Unit 27.00 13.02 48.22% 30 - 50
4 Replikasi Teknologi Hasil Litbang
Bidang Permukiman 4 Unit 27.00 9.34 34.59% 30 - 50
5 Penerapan Teknologi Permukiman
untuk Kawasan Perbatasan 2 Unit 27.00 5.27 19.52% 0 - 30
6 Penerapan Prototipe Teknologi Rumah Murah Berbasis Bahan Bangunan Lokal di NTT
1 Unit 42.24 31.14 73.72% 65 - 75
Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014
Permasalahan :
Kegiatan pada output Prototipe ini relatif banyak mengalami kendala dalam pelaksanaan kegiatannya. Hal ini khususnya di alami untuk kegiatan Penerapan Teknologi Rumah Murah Berbasis Bahan Baku Lokal dan Penerapan Teknologi Permukiman di Kawasan Perbatasan. Kegiatan pada output ini pada umumnya dilaksanakan secara kontraktual. Permasalahan lebih disebabkan karena keterbatasan pihak ketiga yang melakukan penawaran pekerjaan.
Hasil evaluasi menunjukan bahwa untuk Kegiatan Penerapan Teknologi Rumah Murah, Replikasi Teknolog Hasil litbang, dan Penerapan Teknologi Permukiman di Kawasan Perbatasan mengalami gagal lelang dikarenakan tidak ada penyedia jasa yang memenuhi persyaratan atau peserta yang mengikuti pelelangan terbatas sehingga tidak memenuhi batas minimal yang dipersyaratkan. Terjadinya gagal lelang pada beberapa paket pekerjaan khususnya pada kegiatan dengan output prototipe ini juga disebabkan adanya Surat Edaran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor: 76/NB.2/2014 Tanggal 17 Maret 2014 perihal Perusahaan Asuransi Tidak Menjamin Kerugian Yang disebabkan oleh Praktek korupsi dimana isinya bertentangan dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang dirubah dengan Perpres No. 70 tahun 2012 dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencabutnya kembali dengan Surat Edaran No: S-127/NB.2/2014. Dampak dari dikeluarkannya Surat Edaran ini adalah banyak penyedia jasa yang ragu untuk mengikuti pelelangan karena dengan dikeluarkannya srat edaran tersebur maka seluruh jaminan yang dikeluarkan oleh pihak asuransi tidak adakan dapat digunakan/ tidak berlaku, sehingga dampak lebih lanjutnya adalah banyaknya paket pelelangan yang terpaksa harus gagal lelang karena tidak ada penyedia jasa yang melakukan penawaran.
Selain itu, kegagalan lelang juga disebabkan karena teknologi yang diterapkan merupakan teknologi hasil litbang yang belum banyak diketahui oleh penyedia jasa didaerah. Sebagai contoh
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -25
teknologi yang diterapkan menggunakan teknologi RISHA atau bahan Laminated Vinyl Lumber (LVL) dimana aplikator untuk teknologi ini masih dirasakan terbatas, belum lagi lokasi penerapan model yang berlokasi di Papua maupun Kalimantan Barat (sebagai penerapan model di lokasi perbatasan) menyulitkan penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan maupun dalam mobilisasi pengadaan bahan karena pada umumnya aplikator yang sudah melakukan kerjasama dengan Puskim berada di Pulau Jawa. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal lelang. Dengan terjadinya gagal lelang maka harus dilakukan lelang ulang yang pada akhirnya menyebabkan terhambatnya progress pelaksanaan pekerjaan. Namun pelaksanaan lelang ulang pun mengalami hambatan terkait ketidakpastian keputusan penghematan anggaran. Kegiatan yang akan dilelang ulang pun terpaksa ditunda pelelangan ulangnya karena harus menunggu kepastian keputusan berapa jumlah penghematan yang harus disiapkan serta kegiatan mana yang harus dihentikan pelaksanaannya. Perlu diketahui bahwa target penghematan anggaran yang merupakan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum diantaranya adalah berasal dari sisa lelang dan kegiatan yang belum dilelangkan. Dengan kategori kegiatan yang masuk penghematan seperti tersebut di atas menyebabkan terjadi stagnasi pelaksanaan kegiatan. Berlarut-larutnya keputusan terkait penghematan anggaran ini menjadi kontribusi yang signifikan terhadap keterlambatan progress pelaksanaan kegiatan.
Rencana Tindak Lanjut :
Dalam upaya percepatan pelaksanaan kegiatan khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang termasuk kedalam kategori penghematan, pimpinan beserta pejabat pembuat komitmen telah menginstruksikan kepada seluruh pelaksana kegiatan agar tetap melaksanakan kegiatan sesuai tahapan yang sudah direncanakan. Pelaksana kegiatan diminta untuk menyegerakan proses lelang walaupun kemungkinan terburuk kegiatan tersebut akan termasuk kedalam kegiatan yang dihentikan akibat penghematan.
Pimpinan beserta jajaran kesatkeran telah melakukan berbagai alternatif solusi pemecahan masalah terkait kegiatan yang gagal lelang termasuk kemungkinan pengalihan kegiatan kontraktual dilakukan secara swakelola, hal ini menjadi bahan pertimbangan dikarenakan keterbatasan penyedia jasa yang mengikuti proses pelelangan.
Pertimbangan lain adalah adanya kegiatan yang termasuk kedalam kegiatan prioritas Bappenas yaitu Penerapan Teknologi Rumah Murah Berbasis Bahan Baku Lokal yang sudah disetujui proses penganggarannnya melalui pertemuan tiga pihak (Tri Lateral Meeting) antara Kementerian Pekerjaan Umum, Bappenas dan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan termasuk ke dalam kategori penghematan padahal telah diamanatkan. Demikian pula halnya dengan kegiatan Penerapan Teknologi Permukiman di Kawasan Perbatasan merupakan kegiatan yang dipandang memiliki kontribusi yang signifikan bagi pengembangan penataan kawasan di perbatasan Indonesia.
Tabel 3.30. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Kriteria Desain Triwulan Kedua
No. INDIKATOR KINERJA
TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN II (%) 1 2 3 4 5 6 7
1 Kriteria Desain Teknologi Rumah
Tradisional Ammu Hawuk 1 Unit 27.56 13.72 49.78% 30 - 50
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -26
Permasalahan :
Kegiatan Kriteria Disain Teknologi Rumah Tradisional Ammu Hawu mengalami keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatannya. Kondisi ini terjadi sama halnya dengan yang terjadi pada kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Rumah Tradisional di Danau Tempe Sulawesi Selatan. Kedua kegiatan ini berada di Satuan Kerja Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar.
Penyebab keterlambatan adalah tertundanya pelaksanaan survey lapangan dikarenakan ketidakpastian keputusan penghematan anggaran kementerian. Hasil monitoring dan evaluasi internal Puskim menunjukan adanya keraguan dari tim pelaksana untuk melaksanakan survey lapangan karena adanya kekhawatiran kegiatan ini masuk kedalam kategori penghematan. Pada saat itu memang sempat ada instruksi dari Kepala Balai untuk menunda pelaksanaan survey sambil menunggu keputusan yang lebih jelas terkait keputusan penghematan anggaran.
Rencana Tindak Lanjut :
Kepala Puslitbang Permukiman dan Kepala Bidang Program dan Kerjasama menginstruksikan kepada seluruh pelaksana kegiatan di seluruh Satker yang berada di bawah Pusat Litbang Permukiman untuk tidak menunda pelaksanaan kegiatan. Kegiatan yang masih mengalami progress yang rendah akan diberi perhatian khusus baik pada saat monev rutin maupun melalui pemantauan langsung dari Pejabat Pembuat Komitmen maupun Kepala Satkernya masing-masing. Untuk mendorong upaya percepatan pelaksanaan kegiataan, maka kegiatan yang masih mengalami progres yang rendah telah diberikan surat teguran dari Pejabat Pembuat Komitmen untuk segera mempercepat proses pelaksanaan kegiatannya.
Tabel 3.31. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Penyusunan Naskah Kebijakan Triwulan Kedua
No. INDIKATOR KINERJA
TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN II (%) 1 2 3 4 5 6 7
1. Penyusunan Naskah Kebijakan Bidang Permukiman
1 Naskah kebijakan
27.00 0.28 1.04% 0 - 30
Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014 Permasalahan :
Kegiatan penyusunan naskah kebijakan ini telah melakukan diskusi teknis, pengadaan bahan ATK dan Komputer. Terdapat keterlambatan dalam proses pembayaran dikarenakan ada masalah dengan sistem SPAN di KPPN sehingga proses pembayaran yang seharusnya sudah cair pada triwulan kedua menjadi tertunda. Keterlambatan pembayaran akibat penerapan SPAN oleh KPPN