• Tidak ada hasil yang ditemukan

Progres Fisik

Dalam dokumen (, Unknown) (Halaman 104-122)

ro se n ta se

Progress Fisik

(Akhir September 2013)

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nop Des

Rencana 2,38 7,12 12,88 20,64 28,40 36,87 44,21 52,82 62,82 73,29 86,75 100,00 Realisasi 2,35 7,06 8,49 13,16 22,67 33,52 44,9 45,04 58,72 66,26 2,38 7,12 12,88 20,64 28,40 36,87 44,21 52,82 62,82 73,29 86,75 100,00 2,35 7,06 8,49 13,16 22,67 33,52 44,9 45,04 58,72 66,26 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 P ro se n ta se

Progres Fisik

(Akhir September 2014)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -35

Anggaran Negara (SPAN) yang pada pelaksanaannya ternyata menimbulkan banyak permasalahan sehingga menyebabkan lambatnya proses pembayaran oleh KPPN. Selain itu juga adanya pelaksanaan PEMILU (Pilpres dan Legislatif) juga memberikan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan.

Kebijakan Penghematan dan Pemotongan Anggaran Belanja Kementerian dan Lembaga berdasarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2014 yang membutuhkan waktu yang lama baik dalam penetapan besarnya pemotongan anggaran maupun proses revisi anggaran di Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan juga berpengaruh secara signifkan terhadap keterlambatan penyerapan anggaran pada tri wulan ketiga ini.

Belum selesai dengan permasalahan Kebijakan Penghematan dan Pemotongan Anggaran Belanja Kementerian dan Lembaga, ternyata ada kebijakan baru terkait alokasi Tunjangan Kinerja yang pada saat itu diputuskan harus dialokasikan oleh masing-masing Unit Kerjanya, sehingga perlu ada realokasi terhadap alokasi pagu anggaran yang sudah ada. Hal ini berdampak pada adanya kegiatan yang dilakukan secara kontraktual dengan terpaksa harus dihentikan pelaksanaan pengadaannya.

Di bawah ini kami sampaikan beberapa kendala dan permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan Tri Wulan Ketiga. Dalam upaya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Tri Wulan ketiga ini kami sampaikan pula permasalahan yang terjadi pada Tri Wulan Kedua yang dampaknya masih dirasakan hingga Tri Wulan Ketiga. Hal ini perlu kami sampaikan sebagai kronologis terhadap permasalahan yang terjadi pada triwulan sebelumnya dan upaya tindak lanjut yang telah dilaksanakan.

Kendala dan Permasalahan

Diterbitkannya Inpres No. 4 Tahun 2014 tentang langkah-langkah Penghematan dan Pemotongan Anggaran Belanja Kementerian dan Lembaga dalam rangka Pelaksanaan APBN Tahun 2014. Dalam pelaksanaannya kebijakan ini tidak dapat segera dieksekusi dikarenakan besaran penghematan untuk masing-masing unit kerja belum dapat diputuskan hingga triwulan ketiga. Keputusa e gga tu g seperti i i dipa da g sebagai ha bata dala pelaksa aa

kegiatan.

Upaya Tindak Lanjut dan Pemecahan Permasalahan

Menindaklanjuti Inpres tersebut maka seluruh Kementerian dan Lembaga telah melakukan usulan terkait penghematan anggaran di unit kerjanya masing-masing.

Proses revisi DIPA terkait penghematan dan pemotongan anggaran telah selesai dan telah ada penetapan APBN-P dari Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan per tanggal 4 Juni 2014.

Alokasi pemotongan anggaran seluruh Satuan Kerja yang berada di bawah Puslitbang Permukiman sebesar Rp. 2.189.264.000,- (Dua milyar seratus delapan puluh sembilan juta dua ratus enam puluh empat ribu rupiah).

Adapun komposisi pemotongan anggaran adalah sebagai berikut:

Sisa lelang Proses lelang (10%) = = Rp. 1.262.677.000,- Rp. 926.587.000, Rp. 2.189.264.000,-

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -36

Walaupun telah ada penetapan terkait pemotongan anggaran dan telah selesainya revisi DIPA APBNP TA. 2014 namun dampak dari berlarut-larutnya ketidakpastian besaran pemotongan anggaran dari pucuk pimpinan telah menyebabkan sejumlah kegiatan akhirnya stagnan tanpa progres karena adanya kekhawatiran dari pelaksana kegiatan jika pemotongan anggaran tersebut menyebabkan kegiatan yang sedang dilaksanakan terhenti. Beberapa kegiatan yang sudah dilelangkan dan akan dilakukan penandatangan kontrak terlanjur telah dilakukan renegosiasi untuk perubahan daftar kuantitas.

Pemberlakuan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)

Kementerian Keuangan melaku KPPN didaerah telah memberlakukan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) sebagai suatu sistem berbasis teknologi informasi ditujukan untuk mendukung pencapaian prinsip-prinsip pengelolaan anggaran tersebut. Seluruh proses yang terkait dengan pengelolaan anggaran yang meliputi penyusunan anggaran, manajemen dokumen anggaran, manajemen komitmen pengadaan barang dan jasa, manajemen pembayaran, manajemen penerimaan negara, manajemen kas dan pelaporan diintegrasikan ke dalam SPAN. Dalam pelaksanaannya, pemberlakuan SPAN ini ternyata menimbulkan berbagai permasalahan yang disebabkan karena sistem aplikasinya yang bersifat sangat rigid sehingga kesalahan atau perbedaaan data sekecil apapun akan menyebabkan proses usulan pembayaran ditolak oleh sistem aplikasi. Hal ini terbukti dengan proses pembayaran yang dengan sistem lama bisa diselesaikan dalam jangka waktu 2- 4 hari namun dengan system SPAN akan mundur bisa sampai 30 hari. Kondisi keterlambatan pembayaran ini ternyata terjadi diseluruh KPPN yang telah menerapkan SPAN. Kondisi ini sangat mengganggu progress pelaksanaan kegiatan karena banyak usulan pembayaran yang pada akhirnya terhambat.

Puslitbang Permukiman secara resmi telah mengundang pihak KPPN Bandung II untuk melakukan konsultasi terkait banyaknya permasalahan yang dialami akibat pemberlakukan SPAN ini. Sejauh ini, hingga Triwulan Ketiga berjalan pihak KPPN Bandung II belum dapat memberikan solusi terkait permasalahan yang dialami).

Pemotongan Anggaran Untuk Memenuhi Alokasi Kebutuhan Tunjangan Kinerja

Telah diuraikan di pembahasan terdahulu, bahwa belum selesai dengan permasalahan Kebijakan Penghematan dan Pemotongan Anggaran Belanja Kementerian dan Lembaga, ternyata ada kebijakan baru terkait alokasi Tunjangan Kinerja yang pada saat itu diputuskan harus dialokasikan oleh masing-masing Unit Kerjanya, sehingga perlu ada realokasi terhadap alokasi pagu anggaran yang sudah ada. Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Berkala Tanggal 13 Agustus 2014 pimpinan unit Eselon I memutuskan agar masing-masing unit kerja membuat exercise penghematan untuk alokasi tunjangan kinerja, apabila dari penghematan kurang dapat diambil dari dana belanja modal yang berkonsekuensi terhadap pengurangan output.

Hal ini juga berdampak pada adanya kegiatan yang dilakukan secara kontraktual dengan terpaksa harus dihentikan pelaksanaan pengadaannya. Pelaksanaan kegiatan kontraktual yang terpaksa harus dihentikan pelaksanaannya adalah Pembangunan Model Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Perbatasan Papua senilai Rp. 932.540.000,- (Sembilan ratus tiga puluh dua juta lima ratus empat pulu ribu rupiah).

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -37

Di bawah ini kami sampaikan rekapitulasi capaian indikator kinerja program triwulan ketiga seperti terlihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.43. Capaian Indikator Kinerja Program Triwulan Ketiga Tahun 2014

No. INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI

(%)

PROPORSI

(%) EVALUASI

2014 TRIWULAN III (%)

1 2 3 4 5 6 7

1 Naskah ilmiah 31 Buku 81.7 60.63 78.96 75 - 85

2 Rumusan teknologi 9 Dokumen 58.53 45.61 78.29 75 - 85

3 Model fisik 1 Naskah 51.50 76.04 147.65 85 - 100

4 Model sistem 2 Naskah 62.67 30.86 85.27 85 - 100

5 R-0 6 Naskah 51.50 52.08 101.00 85 - 100

6 Prototip 21 Unit 53.59 49.58 92.16 85 - 100

7 Kriteria desain 1 Unit 70.88 45.97 64.86 50 - 65

8 Penyusunan Naskah Kebijakan Bidang Permukiman

1 Naskah

kebijakan 51.50 47.38 92.00 85 - 100

9 Prosiding Diseminasi,

Sosialisasi dan TOT 1 Prosiding DSP 51.50 91.05 176.80 85 - 100 10 Prosiding Advis Teknis 1 Prosiding ATSE 51.50 64.95 126.12 85 - 100

11 Layanan Perkantoran 12 Bulan 219.26 246.74 139.76 85 - 100

12 Dokumen Penyelenggaraan

Litbang 66 Dokumen 122.96 116.57 93.71 85 - 100

13 Layanan Publik 12 Bulan 51.50 79.83 155.00 85 - 100

14 Layanan Pengadaan Sarana

dan Prasarana 8 Unit 88.48 101.71 121.94 85 - 100

15 Kendaraan Bermotor 2 Unit 151.50 199.543 131.71 85 - 100

16 Perangkat Pengolah Data dan

Komunikasi 5 Unit 201.50 184.97 97.37 85 - 100

17 Peralatan dan Fasilitas

Perkantoran 7 Unit 130.30 106.22 76.89 75 - 85

18 Gedung/Bangunan 2380 M2 83.83 95.77 126.94 85 - 100

Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014

Tabel di atas merupakan Rekapitulasi Capaian Indikator Kinerja Pusat Litbang Permukiman yang terdiri dari 5 (lima) Satuan Kerja yaitu Satker Puslitbang Permukiman Bandung, Satker Balai PTPT Denpasar, Satker Balai PTPT Makasar, Satker Loka Tekkim Medan dan Satker Loka Tekkim Cilacap.

Dengan melihat tabel di atas dapat kami sampaikan bahwa mayoritas pelaksanaan kegiatan sudah berjalan sesuai rencana bahkan ada beberapa kegiatan yang bisa dipercepat pelaksanaannya.

Hal ini ditandai dengan kode warna kolom evaluasi yang umumnya berwarna biru tua (kategori memuaskan). Hanya ada satu output kegiatan yaitu kriteria desain yang kategori penilaiannya Cukup.

Pencapaian nilai proporsi di atas 100% menandakan bahwa terdapat upaya percepatan realisasi pelaksanaan kegiatan jika dibandingkan dengan besarnya prosentase rencana pelaksanaan kegiatan per triwulan pertama.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -38

Evaluasi tingkat pencapaian Tri Wulan Pertama, Tri Wulan Kedua dan Tri Wulan Ketiga

Perlu kami informasikan bahwa nilai realisasi dan target perencanaan didasarkan atas penyerapan keuangan yan telah dilakukan per tiwulan pertama.

Beberapa kegiatan yang dalam triwulan pertama proporsinya masih 0 yaitu: - Layanan Pengadaan Sarana dan Prasarana

- Kendaraan Bermotor

- Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi - Peningkatan Nilai Gedung/Bangunan

Ke empat kegiatan di atas merupakan kegiatan yang pelaksanaannya menggunakan mekanisme pelelangan, sehingga untuk triwulan pertama walaupun proses lelangnya sudah berjalan namun secara anggaran belum ada pembayaran yang dilakukan sehingga baik target triwulan maupun realisasinya masih nol. Diharapkan pada triwulan kedua sudah ada penetapan pemenang dan sudah ada pembayaran uang muka yang bisa dilakukan sehingga progres penyerapan anggaran sudah bisa terlihat.

Pada Tri Wulan Kedua kondisi di atas sudah jauh berbeda, 4 (empat) kegiatan yaitu Layanan Pengadaan Sarana dan Prasarana, Kendaraan Bermotor, Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi dan Peningkatan Nilai Gedung/Bangunan telah meningkat progres pelaksanaan kegiatannya. Hal ini seiring dengan telah diselesaikannya proses pelelangan yang dilanjutkan dengan telah dilakukannya penandatangan kontrak sehingga sudah ada pembayaran uang muka ataupun termijn yang sudah dapat dibayarkan. Namun demikian masih ada beberapa kegiatan yang progres pelaksanaan kegiatannya masih masuk pada kategori sangat kurang yaitu kegiatan Penyusunan Naskah Kebijakan Bidang Permukiman. Kondisi ini bergeser jika pada Triwulan Pertama kegiatan yang memiliki kategori sangat kurang adalah pada output kriteria desain namun pada tri wulan kedua output kriteria desain ini sudah meningkat progres pelaksanaan kegiatannya.

Pada Tri Wulan Ketiga mayoritas pelaksanaan kegiatan sudah berjalan sesuai rencana bahkan ada beberapa kegiatan yang bisa dipercepat pelaksanaannya.

Kegiatan yang masih kurang progresnya pada Tri Wulan Kedua yaitu Penyusunan Naskah Kebijakan Bidang Permukiman sudah dapat diselesaikan pekerjaannya. Namun demikan perlu upaya percepatan untuk kegiatan dengan output Kriteria Desain.

Untuk melihat progres pelaksaan kegiatan, permasalahan yang dihadapi serta rencana tindak lanjut pada setiap output dapat di lihat pada bagian pembahasan realisasi pencapaian indikator kinerja kegiatan di bawah ini.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -39

Tabel 3.44. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Naskah Ilmiah Triwulan Ketiga

No. INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN/OUTPUT TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN 3 (%) 1 2 3 4 5 6 7

1 Inovasi Teknologi Dan Manajemen

Permukiman 24 Buku 51.50 38.59 74.93% 65 - 75

2 Pengkajian Prasarana Sanitasi

Permukiman (ITF dan IPLT) 2 Buku 51.50 49.75 96.60% 85 - 100 3 Penelitian Sistem Rating untuk

Perumahan dan Permukiman Hijau 1 Buku 51.50 56.52 109.75% 85 - 100 4 Pengkajian Kebutuhan Prasarana

dan Sarana Permukiman di Kawasan Pulau Kecil

1 Buku 51.50 24.48 47.53% 30 - 50

5 Inovasi Teknologi Bidang

Perumahan Tradisional 3 Buku 202.86 133.82 65.97% 65- 75

Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014

Permasalahan :

Pelaksanaan Kegiatan Pengkajian Kebutuhan Prasarana dan Sarana Permukiman di Kawasan Pulau Kecil memiliki progress 47,55% dibandingkan target perencanaan. Kegiatan ini merupakan dukungan terhadap kerjasama yang telah dilakukan antara Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dengan Badan Pengelola Wilayah Suramadu (BPWS). Lokasi pelaksanaan kegiatan di Pulau Gili Liyang yang berada di Pulau Madura. Pulau Gili Liyang ini merupakan lokasi yang memiliki kadar O2 terbesar di dunia sehingga Pemkab Sumenep menjadikan kawasan ini sebagai

kawasan wisata kesehatan. Untuk mendukung kawasan Pulau Gili Lyang sebagai kawasan wisata kesehatan maka pada pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan pembangunan model town house

de ga e gadopsi odel ru ah tradisio al sete pat ya g disebut Tanian Lanjeung .

Keterlambatan progres pelaksanaan kegiatan pada Triwulan Ketiga ini disebabkan karena adanya masalah kesiapan lahan untuk pembangunan model rumah tradisional tersebut. Pada awal pelaksanaan kegiatan telah ada pertemuan dengan pihak Pemkab Sumenep dan BPWS terkait penyiapan lahan tersebut. Pihak Pemkab Sumenep akan menyiapkan lokasi lahan untuk pembangunan model rumah tradisional tersebut dengan berkoordinasi dengan masyarakat setempat. Pada saat tim teknis telah menyelesaikan desain rumah tradisional dan siap melaksanakan pekerjaan fisik, ternyata lahan untuk pembangunan model belum dapat disiapkan karena terjadi beberapa kali perubahan lokasi pembangunan town house tersebut. Selain perubahan lokasi juga terjadi perubahan ukuran lahan yang dapat disiapkan oleh Pemkab Sumenep, sehingga hal ini berpengaruh terhadap desain model rumah tradisional yang sudah disiapkan oleh tim teknis.

Selain itu juga ada kendala dalam hal pengadaan bahan dan pengiriman ke lokasi yang sulit. Hal ini berimbas pada progres pelaksanaan kegiatan di Tri Wulan Ketiga

Rencana Tindak Lanjut :

Dalam upaya mempercepat progres pelaksanaan pekerjaan fisik maka telah dilakukan koordinasi antara tim teknis, pihak Pemkab Sumenep dan pelaksana (penyedia jasa) sehingga paling lambat tanggal 8 Oktober 2014 kelima paket pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan scara swakelola dapat segera dilaksanakan.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -40

Penyedia jasa agar segera melaksanakan pemesanan / Purchase Order untuk bahan yang bersifat khusus seperti LVL sehingga dapat segera dikirimkan ke lokasi pekerjaan. Tim teknis agar melaksanakan pengawasan berkala dan pengawasan khusus dilapangan.

Tabel 3.45. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Rumusan Teknologi Triwulan Ketiga

No. INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN/OUTPUT TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN 3 (%) 1 2 3 4 5 6 7 1 Pengembangan Teknologi Analisis Risiko Gempa untuk Bangunan Gedung 2 Dokumen 51.50 32.68 63.46% 50 - 65 2 Pengkajian Patologi Bangunan 1 Dokumen 51.50 42.7 82.91% 75 - 85 3 Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Rumah Tradisional Suku Dayak Ngaju di Pulau Kalimantan

1 Dokumen 68.36 46.82 68.49% 65 - 75

4 Pengembangan Manajemen Laboratorium Pengujian dan Perekayasaan Kayu

Alternatif

1 Dokumen 82.81 39.22 47.36% 30 - 50

5 Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Rumah Tradisional suku Arfak di Pesisir Samudra Pasifik 1 Dokumen 65.52 58.43 89.18% 85 - 100 6 Pengkajian Teknologi Perumahan Tradisional Melayu 1 Dokumen 59.36 61.12 102.96% 85 - 100

7 Inovasi Teknologi dan

Manajemen Permukiman 1 Dokumen 68.28 69.15 101.27% 85 - 100 8 Penerapan Inovasi Taman

Atap Pada Bangunan Kantor 1 Dokumen 21 14.75 70.64% 65 - 75 Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014

Permasalahan :

Jika pada Tri Wulan Kedua Kegiatan Pengembangan Teknologi Analisis Resiko Gempa Untuk Bangunan Gedung progresnya masih relatif rendah yaitu sebesar 11,28 % maka pada tri wulan ketiga progresnya menjadi 32,68% atau proporsi realiasi dengan perencanaan sebesar 63,46. Pada Tri Wulan Ketiga ini ternyata muncul kegiatan yang progres penyerapannya relatif rendah (47,36%) dengan proporsi antara realiasi dan rencana sebesar 47,36 yaitu Pengembangan Manajemen Laboratorium Pengujian dan Perekayasaan Kayu Alternatif yang merupakan kegiatan pada Satker Balai PTPT Denpasar. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksankan secara kontraktual.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -41

Tindak Lanjut

Setelah ditelusuri, penyebab rendahnya progress penyerapan lebih disebabkan karena update Emonitoring yang terlambat dilakukan. Pada saat penyusunan Laporan Tri Wulan Ketiga ini dilakukan progres kegiatan ini telah mencapai 94,02%.

Tabel 3.46. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Model Fisik Triwulan Ketiga

No. INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN/OUTPUT TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN 3 (%) 1 2 3 4 5 6 7 1

Pengkajian dan Pengembangan Kenyamanan Audial untuk Green Building

1 Naskah 51.50 76.04 147.65% 85 - 100

Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014

Permasalahan :

Berdasarkan tabel di atas untuk kegiatan ini relatif telah melebihi target yang direncanakan pada Tri Wulan Ketiga sehingga proposinya telah melebihi 100.

Tabel 3.47. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Model Sistem Triwulan Ketiga

No. INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN/OUTPUT TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN 3 (%) 1 2 3 4 5 6 7 1

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Rumah Tradisional di Danau Tempe Sulawesi Selatan

1 Naskah 57.97 55.62 95.95% 85 - 100

2

Pengembangan Agregat Ringan Sebagai Bahan Bangunan Dinding Ringan

1 Naskah 67.37 56.29 83.55% 75 - 85

Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014 Permasalahan :

Jika pada Tri Wulan Kedua Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Rumah Tradisional di Danau Tempe Sulawesi Selatan mengalami keterlambatan karena survey tertunda karena bersamaan dengan masa kampanye pemilu (mengingat survey berhubungan dengan masyarakat), maka pada Tri Wulan Ketiga ini pencapaiannya relatif sudah lebih baik dengan proporsi 95,95. Namun untuk pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Agregat Ringan Sebagai Bahan Bangunan Dinding Ringan walaupun sudah memiliki proporsi yang baik namun progress pekerjaannya lebih lambat dibandingkan pada saat Tri Wulan Kedua.

Rencana Tindak Lanjut :

Instruksi khusus dari Kepala Puslitbang Permukiman agar seluruh koordinator dan tim pelaksana tidak terpengaruh oleh adanya pemotongan anggaran selama belum adanya keputusan yang mengikat berupa perubahan DIPA. Sehingga kegiatan yang sudah direncanakan tidak ditunda dan bahkan harus dipercepat penyelesaiannya sebelum keputusan final tentang besarnya pemotongan anggaran ditetapkan.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -42

Kegiatan yang masih mengalami progress yang rendah akan diberi perhatian khusus baik pada saat monev rutin maupun melalui pemantauan langsung dari Pejabat Pembuat Komitmen maupun Kepala Satkernya masing-masing.

Tabel 3.48. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Penyusunan R-0 Triwulan Ketiga

No. INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN/OUTPUT TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN 3 (%) 1 2 3 4 5 6 7 1 Pengembangan Teknologi Bahan Bangunan Alternatif Berbasis Bahan Baku Lokal

1 Naskah 51.50 39.66 77.01% 75 - 85

2 Penyusunan Konsep Pedoman Perencanaan Tata Air dan Persampahan

3 Naskah 51.50 67.1 130.29% 85 - 100

3 Penyusunan Konsep Pedoman Pengolahan Limbah dan Sistem Sambungan Rumah

2 Naskah 51.50 49.47 96.06% 85 - 100

Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014

Untuk kegiatan pada output ini relatif tidak terlalu banyak bermasalah dari sisi progress penyerapan anggarannya. Pelaksanaan kegiatan lebih banyak desk work dengan mengundang para narasumber melalui kegiatan diskusi teknis penyusunan konsep pedoman.

Tabel 3.49. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Prototipe Triwulan Ketiga

No. INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN/OUTPUT TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN 3 (%) 1 2 3 4 5 6 7

1 Penerapan Teknologi Rumah

Murah Berbasis Bahan Baku Lokal 5 Unit 51.50 54.95 106.70% 85 - 100 2 Pengkajian Penerapan Teknologi

Air dan Sanitasi Lingkungan di kawasan DAS

6 Unit 51.50 58.71 114.00% 85 - 100

3 Penerapan Teknologi Permukiman pada Kawasan Permukiman Perkotaan

2 Unit 51.50 29.42 57.13% 50 - 65

4 Replikasi Teknologi Hasil Litbang

Bidang Permukiman 4 Unit 51.50 68.67 133.34% 85 - 100

5 Penerapan Teknologi Permukiman

untuk Kawasan Perbatasan 2 Unit 51.50 48.43 94.04% 85 - 100 6 Penerapan Prototipe Teknologi

Rumah Murah Berbasis Bahan Bangunan Lokal di NTT

1 Unit 68.19 64.48 94.56% 85 - 100

7 Penerapan Prototype Rumah Murah Berbasis Bahan Baku Lokal di Sulawesi Barat

1 Unit 49.42 22.41 45.35% 30 - 50

Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014

Permasalahan :

Pada evaluasi Triwulan Kedua kegiatan pada output Prototipe ini relatif banyak mengalami kendala dalam pelaksanaan kegiatannya. Hal ini khususnya di alami untuk kegiatan Penerapan Teknologi Rumah Murah Berbasis Bahan Baku Lokal dan Penerapan Teknologi Permukiman di Kawasan Perbatasan. Kegiatan pada output ini pada umumnya dilaksanakan secara kontraktual.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -43

Permasalahan lebih disebabkan karena keterbatasan pihak ketiga yang melakukan penawaran pekerjaan. Hasil evaluasi menunjukan bahwa untuk Kegiatan Penerapan Teknologi Rumah Murah, Replikasi Teknolog Hasil litbang, dan Penerapan Teknologi Permukiman di Kawasan Perbatasan mengalami gagal lelang dikarenakan tidak ada penyedia jasa yang memenuhi persyaratan atau peserta yang mengikuti pelelangan terbatas sehingga tidak memenuhi batas minimal yang dipersyaratkan.

Terjadinya gagal lelang pada beberapa paket pekerjaan khususnya pada kegiatan dengan output prototipe ini juga disebabkan adanya Surat Edaran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor: 76/NB.2/2014 Tanggal 17 Maret 2014 perihal Perusahaan Asuransi Tidak Menjamin Kerugian Yang disebabkan oleh Praktek korupsi dimana isinya bertentangan dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang dirubah dengan Perpres No. 70 tahun 2012 dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencabutnya kembali dengan Surat Edaran No: S-127/NB.2/2014. Dampak dari dikeluarkannya Surat Edaran ini adalah banyak penyedia jasa yang ragu untuk mengikuti pelelangan karena dengan dikeluarkannya srat edaran tersebur maka seluruh jaminan yang dikeluarkan oleh pihak asuransi tidak adakan dapat digunakan/ tidak berlaku, sehingga dampak lebih lanjutnya adalah banyaknya paket pelelangan yang terpaksa harus gagal lelang karena tidak ada penyedia jasa yang melakukan penawaran.

Selain itu, kegagalan lelang juga disebabkan karena teknologi yang diterapkan merupakan teknologi hasil litbang yang belum banyak diketahui oleh penyedia jasa didaerah. Sebagai contoh teknologi yang diterapkan menggunakan teknologi RISHA atau bahan Laminated Vinyl Lumber (LVL) dimana aplikator untuk teknologi ini masih dirasakan terbatas, belum lagi lokasi penerapan model yang berlokasi di Papua maupun Kalimantan Barat (sebagai penerapan model di lokasi perbatasan) menyulitkan penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan maupun dalam mobilisasi pengadaan bahan karena pada umumnya aplikator yang sudah melakukan kerjasama dengan Puskim berada di Pulau Jawa. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal lelang. Dengan terjadinya gagal lelang maka harus dilakukan lelang ulang yang pada akhirnya menyebabkan terhambatnya progress pelaksanaan pekerjaan. Namun pelaksanaan lelang ulang pun mengalami hambatan terkait ketidakpastian keputusan penghematan anggaran. Kegiatan yang akan dilelang ulang pun terpaksa ditunda pelelangan ulangnya karena harus menunggu kepastian keputusan berapa jumlah penghematan yang harus disiapkan serta kegiatan mana yang harus dihentikan pelaksanaannya. Perlu diketahui bahwa target penghematan anggaran yang merupakan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum diantaranya adalah berasal dari sisa lelang dan kegiatan yang belum dilelangkan. Dengan kategori kegiatan yang masuk penghematan seperti tersebut di atas menyebabkan terjadi stagnasi pelaksanaan kegiatan. Berlarut-larutnya keputusan terkait penghematan anggaran ini menjadi kontribusi yang signifikan terhadap keterlambatan progress pelaksanaan kegiatan.

Rencana Tindak Lanjut :

Dalam upaya percepatan pelaksanaan kegiatan khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam kategori penghematan, pimpinan beserta pejabat pembuat komitmen telah menginstruksikan kepada seluruh pelaksana kegiatan agar tetap melaksanakan kegiatan sesuai tahapan yang sudah direncanakan.

Pelaksana kegiatan diminta untuk menyegerakan proses lelang walaupun kemungkinan terburuk kegiatan tersebut akan termasuk kedalam kegiatan yang dihentikan akibat penghematan.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -44

Pimpinan beserta jajaran kesatkeran telah melakukan berbagai alternatif solusi pemecahan masalah terkait kegiatan yang gagal lelang sehingga telah dilakukan pengalihan kegiatan kontraktual menjadi swakelola, hal ini menjadi bahan pertimbangan dikarenakan keterbatasan penyedia jasa yang mengikuti proses pelelangan. Pertimbangan lain adalah adanya kegiatan yang termasuk kedalam kegiatan prioritas Bappenas yaitu Penerapan Teknologi Rumah Murah Berbasis Bahan Baku Lokal yang sudah disetujui proses penganggarannnya melalui pertemuan tiga pihak (Tri Lateral Meeting) antara Kementerian Pekerjaan Umum, Bappenas dan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan termasuk ke dalam kategori penghematan padahal telah diamanatkan. Demikian pula halnya dengan kegiatan Penerapan Teknologi Permukiman di Kawasan Perbatasan merupakan kegiatan yang dipandang memiliki kontribusi yang signifikan bagi pengembangan penataan kawasan di perbatasan Indonesia.

Tabel 3.50. Capaian Indikator Kinerja kegiatan Kriteria Desain Triwulan Ketiga

No. INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN/OUTPUT TARGET REALISASI (%) PROPORSI (%) EVALUASI 2014 TRIWULAN 3 (%) 1 2 3 4 5 6 7

1 Kriteria Disain Teknologi Rumah

Tradisional Ammu Hawu 1 Unit 70.88 45.97 64.86% 65 - 75

Sumber : Puslitbang Permukiman, 2014 Permasalahan :

Kegiatan Kriteria Disain Teknologi Rumah Tradisional Ammu Hawu mengalami keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatannya. Kondisi ini terjadi sama halnya dengan yang terjadi pada

Dalam dokumen (, Unknown) (Halaman 104-122)