O ra n g ) Tingkat Pendidikan
SDM Berdasarkan Pendidikan
S3 S2 S1 D3 SLTA SLTP SDBuilding Agreat Team-Orieenteering Neurokinestetik
BAB I PENDAHULUAN I - 15
Keberhasilan kinerja dalam suatu tim membutuhkan suatu pelatihan untuk dapat memiliki kemampuan, keterampilan dan kemauan bekerja sebagai satu tim.
Pelatihan diikuti oleh seluruh pejabat eselon II,III,IV dan 5 orang pejabat fungsional tertentu dengan jumlah peserta sebanyak 37 orang. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 29 – 31 Oktober 2014 di Bogor.
b. Pelatihan/Bimbingan Teknis Pemantapan Proposal Teknik dan Penyusunan Desain Penelitian TA 2015
Pelatihan dilakukan untuk memantapkan penyusunan proposal teknis kegiatan litbang yang merupakan tahapan awal dalam penelitian. Pelatihan diikuti sebanyak 40 orang peneliti dan perekayasa yang merupakan calon ketua tim pelaksanaan kegiatan litbang TA 2015. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 3 – 7 November 2014 di Bogor.
1.3 KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
1.3.1. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PADA RENSTRA 2010 – 2014 Ketersediaan infrastruktur permukiman yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu daya tarik suatu kawasan/ wilayah disampaing faktor kualitas lingkungan hidup. Sementara ini, kinerja infrastruktur merupakan faktor kunci dalam menentukan daya saing global, selain kinerja ekonomi makro, efisinsi pemerintah dan efisiensi usaha. Dalam hal daya saing global, World Competitiveness Yearbook 2008 menempatkan Indonesia pada peringkat 55 dari 134 Negara dimana ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai (16,4%) merupakan penyumbang kedua sebagai faktor problematik dalam melakukan usaha setelah birokrasi pemerintah yang tidak efisien (19,3%). Dengan demikian tantangan pembangunan infrastruktur ke depan adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dan kinerjanya semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global dapat membaik.
Fenomena yang terkait adalah urbanisasi yang cukup tinggi dengan laju 4,5% oertahun akibat tingginya mobilitas peduduk. Diperkirakan dalam 20 tahun hingga 25 tahun ke depan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia akan mencapai 65% (Pustra, 2007) dan pada akhir tahun 2014 jumlah penduduk perkotaan diperkirakan mencapai 53% - 54%. Tingkat urbanisasi yang tinggi belum disertai dengan kemampuan memenuhi kebutuhan infrastruktur menyebabkan backlog semakin tinggi. Tahun 2010 sejumlah 200 kota telah bebas dari kawasan kumuh. Pada tahun 2015 meningkat menjadi 350 kota dan sisanya harus bebas dari kekumuhan sebelum tahun 2020. Tantangan ke depan yang harus dihadapi juga adalah ketersediaan infrastruktur yang belum merata ke semua golongan masyarakat terutama masyarakat miskin.
Tantangan penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan pemukiman ke depan juga erat terkait dengan pembangunan berkelanjutan yang menjadi bagian dari 3 (tiga) pilar pembangunan (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhann generasi masa depan. Dalam rangka pencapaian program 100-0-100 (100% pelayanan air minum – 0 %bebas permukiman kumuh dan 100% pelayan air limbah) diharapkan pelayanan air bersih pada tahun 2015 meningkat menjadi 84%, yaitu 93% di perkotaan dan 73 persen di perdesaan .
BAB I PENDAHULUAN I - 16
Pada tahun 2008 PDAM di Indonesia sudah harus dapat melayani air minum kepada masyarakat dan pada tahun 2015 akses pelayanan air limbah menjadi 85%, atau setara 67 juta penduduk, dan untuk persampahan 70%, atau setara dengan 24 juta jiwa penduduk perkotaan.
Tantangan pembangunan berkelanjutan di Indonesia ialah: bagaimana pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi dilakukan tanpa mengakibatkan degradasi lingkungan (menjaga kawasan dan lingkungan hunian agar tetap aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan). Isu ini di Indonesia semakin penting sejalan dengan meningkatnya kesadaran ekologi yang dipicu oleh keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan yang semakin parah dan serius dan sudah pasti apabila tidak ditangani dengan baik akan memberikan dampak yang buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekarang dan di masa mendatang.
Sejalan dengan adanya fenomena perubahan iklim (climate change), pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman juga dihadapkan dengan tantangan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (antara lain CO2 dan CH4), meningkatkan penyerapan karbon oleh hutan tropis, dan meningkatnya harga pangan dunia. Dalam mengantisipasi dampak akibat perubahan iklim, dilakukan upaya adaptasi dan mitigasi sektor ke-PU-an terutama terkait dengan dukungan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk menyokong produksi pangan nasional dan respon terhadap pengelolaan infrastruktur dalam mengantisipasi bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti penurunan ketersediaan air, banjir, kekeringan, tanah longsor, dan intrusi air laut. Pada masa mendatang, kekeringan akan semakin mengancam ketahanan pangan nasional. Kenyataan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam maupun bencana yang dipicu oleh kegiatan manusia (antropogenik) tidak dapat disangkal lagi. Bagi Indonesia, bencana merupakan bagian dari sejarah dan tetap menjadi isu aktual, termasuk dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Dengan demikian, tantangan pembangunan infrastruktur ke depan adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dengan kinerja yang semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global dapat terus meningkat. Demikian pula dengan infrastruktur yang berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah diharapkan dapat terus mendorong percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial dan kenyamanan lingkungan.
TANTANGAN ASPEK PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Tantangan yang dihadapi pada aspek Penelitian dan Pengembangan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan IPTEK siap pakai untuk: (i) meningkatkan akses masyarakat terhadap upaya
- upaya pengendalian pemanfaatan ruang termasuk mitigasi dan adaptasi terhadap bencana; (ii) meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendayagunaan air irigasi; (iii) mengurangi kelangkaan air baku; (iv) memperbaiki kualitas air baku (aplikasi UU SDA); (v) menurunkan Biaya Operasi Kendaraan (Aplikasi UU Jalan); (vii) meningkatkan kualitas lingkungan permukiman; (viii) meningkatkan cakupan pelayanan prasarana dasar (aplikasi UU SDA, UU Sampah); dan (ix) pemanfaatan bahan lokal dan potensi wilayah.
BAB I PENDAHULUAN I - 17
2. Mempercepat proses standardisasi untuk menambah jumlah SNI maupun pedoman di bidang bahan konstruksi bangunan dan rekayasa sipil yang dapat mengantisipasi semakin meningkatnya proteksi produk dan standar oleh negara lain.
5. Memperluas simpul-simpul pemasyarakatan IPTEK PU, Standar bahan konstruksi bangunan dan rekayasa sipil termasuk memperluas kontribusi perguruan tinggi, asosiasi, dan media informasi dalam proses pelaksanaannya.
6. Memanfaatkan peluang riset insentif (kegiatan riset yang didanai oleh Depdiknas bukan oleh Kementerian PU) untuk meningkatkan pengalaman dan keahlian para calon peneliti dan perekayasa sehingga dapat mengurangi kesenjangan keahlian akibat kebijakan zero growth.
7. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga litbang internasional dalam rangka meningkatkan kompetensi lembaga maupun SDM litbang dalam mengantisipasi dampak pemanasan dan perubahan iklim global, khususnya terhadap penyediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur bidang PU dan permukiman.
8. Memenuhi tuntutan Reformasi Birokrasi penyelenggaraan Litbangrap IPTEK yang meliputi: (i) perbaikan struktur organisasi agar tepat fungsi dan tepat ukuran; (ii) perbaikan proses kerja untuk meningkatkan kinerja Litbangrap IPTEK; (iii) memperbaiki sistem manajemen SDM untuk meningkatkan kompetensi peneliti dan perekayasa bidang PU dan permukiman; (iv) keseimbangan antara beban, tanggungjawab, dan insentif masih perlu diperbaiki; dan (v) pelaksanaan pengarusutamaan gender.
TANTANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIDANG PERMUKIMAN
Tantangan yang dihadapi pada Penelitian dan Pengembangan Bidang Permukiman adalah sebagai berikut:
1. Memberikan Input kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian PU, Kementerian Perumahan Rakyat serta, Pengembang dan Pemerintah Daerah untuk memperluas pemanfaatan IPTEK bidang Permukiman, misalnya dalam rangka (i) mengatasi backlog rumah, dan penyediaan fasos fasum bagi MBR, serta mempercepat rekonstruksi pasca bencana (RISHA, Rusun Prefabrikasi, rumah bambu, dll), (ii) peningkatan cakupan prasarana dasar dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman (PamSimas, Plumbing hemat air, Biofilter & Biority komunal), (iii) mengurangi risiko bencana (C-plus, teralis aman kebakaran, selimut api, RISHA, dll) , (iv) perkembangan permukiman akibat bangkitan lalu lintas (model : penataan kawasan permukiman), (v) keandalan bangunan gedung;
2. Meningkatkan akses stakeholder terhadap informasi potensi dan ketersediaan bahan bangunan lokal termasuk teknik pemanfaatannya yang memenuhi syarat kekuatan konstruksi;
3. Meningkatkan penerapan SPMK untuk menilai kawasan rawan bencana, penggunaan kembali bangunan pasca bencana, pelaksanaan konstruksi infrastuktur bidang permukiman, evaluasi pasca konstruksi infrastruktur bidang permukiman secara mudah oleh stakeholdernya.
BAB I PENDAHULUAN I - 18
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman sebagai Scientific Backbone dan sebagai
lead di bidang teknologi permukiman bertanggung jawab memberikan masukan dalam perumusan kebijakan di bidang permukiman. Kondisi penyelenggaraan infrastruktur permukiman yang memerlukan perhatian Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman dapat di lihat pada komposisi anggaran di bawah ini. Pada gambar 1.10 orientasi kegiatan pada Renstra 2010-2014 Puslitbang Permukiman dukungan terhadap penyelenggaraan Litbang lebih besar dibandingkan dengan kegiatan litbangnya. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam hal pelaksanaan reformasi birokrasi sebagai prioritas utama.
Komposisi anggaran seperti di atas menjadi tantangan Puslitbang Permukiman ke depan dimana dalam RPJMN ke 3 tahun 2015-2019 pembangunan difokuskan kepada
memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis Sumber Daya Alam yang tersedia, Sumber Daya Manusia yang berkualitas serta kemampuan iptek di a a PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN IPTEK menjadi hal yang sangat diperlukan. Komposisi penganggaran pada masa yang akan datang harus lebih menekankan kepada upaya pengembangan Litbang dibandingkan dengan dukungan manajemen. Dalam hal pemanfaatan hasil litbang dan pelayanan IPTEK kepada seluruh stake holder perlu peningkatan alokasi anggaran dalam pelaksanaan kegiatan Diseminasi dan Advis Teknis.
1.3.2. KONDISI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN TAHUN 2014
Kondisi dan tantangan pembangunan pada tahun 2014 dirasakan semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari semakin meningkatnya jumah anggaran pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014 dibandingkan pada tahun sebelumnya disisi lain jumlah Sumber Daya Manusia juga makin berkurang. Hal ini menyebabkan beban SDM (dalam Rp/kapita) juga semakin tinggi. Selain peningkatan nilai anggaran dan beban SDM juga dikarenakan pada Tahun 2014
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%
Litbang Diseminasi Advis Teknis Dukungan
Manajemen Orientasi Kegiatan 40,13% 1,67% 1,42% 56,78% 40,13% 1,67% 1,42% 56,78% A n g g a ra n ( % )