• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK ATAS TANAH

F. Pendapat Pemerintah Padang Lawas Utara Menyikapi SK-

Desa/Kelurahan adalah suatu kesatuan masyarakat yang secara hukum memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional. Secara administratif desa merupakan bagian dari wilayah kabupaten. Menurut letaknya terhadap kawasan hutan, desa/kelurahan terdiri dari :

1. Di dalam kawasan hutan adalah desa/kelurahan yang letaknya di tengah atau dikelilingi kawasan hutan, termasuk desa enclave. Enclave adalah pemilikan hak-hak pihak ketiga di dalam kawasan hutan yang dapat berupa permukiman dan atau lahan garapan.

2. Desa/Kelurahan di tepi kawasan hutan adalah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam kawasan hutan.

3. Desa/Kelurahan di luar kawasan hutan adalah desa/kelurahan yang letaknya tidak berbatasan langsung dengan kawasan hutan.

Tabel 4.

Jumlah Desa Berdasarkan Kawasan Hutan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Padang Lawas Utara

Kecamatan Jumlah Desa

Status Desa Lokasi Desa/Kelurahan Terhadap Keberadaan Kawasan Hutan

Desa Kelurahan Didalam kawasan hutan Ditepi/disekitar kawasan hutan Diluar kawasan hutan Batang Onang 32 31 1 12 20 Padang Bolak Julu 23 23 1 6 16 Portibi 38 38 38 Padang Bolak 77 76 1 2 33 42 Simangambat 34 34 2 32 Halongonan 44 44 3 12 29 Dolok 86 86 1 69 16 Dolok Sigompulon 44 44 6 38 Hulu Sihapas 8 8 4 4 Jumlah 386 384 2 7 144 235

Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas Utara.

Berdasarkan data diatas terdapat beberapa desa/kelurahan berada didalam kawasan hutan. Kemudian untuk desa/kelurahan yang keberadaanya didekat/tepi

kawasan hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan yang penerbitannya secara otoriter berdasarkan UU Kehutanan Pasal 1 angka 3 menyebabkan desa/kelurahan tersebut dinyatakan ikut serta berada dalam kawasan hutan.

Masuknya pemukiman masyarakat pada kawasan hutan menyebabkan keresahan dan ketidaknyamanan bagi masyarakat sehingga masyarakat berharap agar peraturan tersebut di revisi dan dilakukan peninjauan ulang terhadap kenyataannya di dalam masyarakat.107

Kawasan hutan adalah wilayah-wilayah tertentu ditetapkan pemerintah untuk dipertahankan sebagai kawasan hutan. Selanjutnya, kawasan hutan adalah wilayah yang sudah berhutan atau yang tidak berhutan kemudian ditetapkan penguasaannya bagi negara. Kawasan-kawasan hutan, seluruhnya merupakan wilayah-wilayah yang dalam land use planning, telah/akan ditetapkan penggunaannya di bidang kehutanan yang didasarkan pada kebutuhan serta kepentingan masyarakat Indonesia.108

Dalam pengertian secara luas dikandung makna bahwa pada setiap kawasan hutan tidak selalu diartikan keseluruhan wilayahnya berhutan. Termasuk tanah yang tidak berhutanpun dapat ditunjuk menjadi kawasan hutan. Sebaliknya, suatu kawasan hutan dapat diubah status hukumnya menjadi bukan kawasan hutan karena adanya berbagai kepentingan dan penggunaan yang dianggap sah oleh pemerintah sesuai persetujuan menteri kehutanan.

Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara pada dasarnya menyambut dan menyikapi secara positif penetapan kawasan hutan yang telah ditetapkan pada

107 Hasil wawancara dengan Mandongar Siregar, Kepala Bagian Hukum Kabupaten Padang Lawas Utara, pada tanggal 19 Nopember 2013.

108 Alam Setia Zein, Hukum Lingkungan Konservasi Hutan (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.2.

wilayah tersebut. Jika ditinjau dari sisi keamanan dan ketertiban lingkungan sangat bagus sehingga dapat menjaga kelestarian hutan-hutan di Kabupaten Padang Lawas Utara khususnya dan umumnya di Indonesia dan menjaga wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara dari bencana alam, dan juga dapat mencegah kepunahan hewan-hewan langka. Namun pada sisi lain mengakibatkan kerugian bagi masyarakat, dimana akibat dari penetapan kawasan hutan, banyak fasilitas-fasilitas umum bahkan pemukiman masyarakat yang masuk dalam kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah terkait dengan SK. 44/Menhut-II/2005 tersebut. Penunjukan kawasan hutan melalui SK Menhut tersebut tidak berdasarkan pada kenyataan yang ada pada wilayah Padang Lawas Utara saat ini.109

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Astro Simamora, yang menyatakan bahwa Kondisi faktual di lapangan bahwa kawasan hutan yang ditetapkan Surat Keputusan menteri Kehutanan Nomor 44 Tahun 2005 ditemukan adanya lahan-lahan bermasalah (holding zone) dimana di dalam kawasan hutan tersebut masih terdapat lahan-lahan pemukiman, perkebunan rakyat dan lain-lain. Sehingga pada revisi Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2008 telah diusulkan agar kawasan hutan bermasalah tersebut dapat ditetapkan menjadi kawasan areal penggunaan lain sesuai dengan kondisi faktual di lapangan.110

109 Hasil wawancara dengan Mandongar Siregar, Kepala Bagian Hukum Kabupaten Padang Lawas Utara, pada tanggal 19 Nopember 2013.

110 Hasil wawancara dengan Astro Simamora, Kepala Bidang Rehabilitas Dan Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Padang Lawas Utara pada tanggal 20 Nopember 2013.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan, Pengurusan hutan bertujuan (1) untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran rakyat.

Kenyataannya penetapan kawasan hutan di Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) kurang memberikan manfaat atau mungkin dikatakan belum menunjukkan adanya manfaat bagi masyarakat apalagi kenyatannya pemukiman dan fasilitas umum pun masuk dalam kawasan hutan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kemudian berdasarkan data dari BPS Kabupaten Padang Lawas Utara, luas hutan yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar 277.157.10 Ha atau 70,74 % dari luas daerah Paluta. Dengan demikian areal lahan yang dapat dipergunakan oleh masyarakat daerah hanya seluas 114.647.90 Ha atau 29.26 % dari luas daerah.

Kondisi ini tidak kondusif dan tidak sejalan dengan tujuan SK menteri kehutanan tersebut sehingga menimbulkan keresahan bagi warga yang terkena imbasnya.

Dari luas hutan di Padang Lawas Utara terdiri dari :111

Hutan produksi (HP) : ± 127.828,45 Ha.

Hutan Produksi Terbatas (HPT) : ± 44.211 Ha.

Hutan Lindung (HL) : ± 107.180 Ha.

Hutan Konservasi (HK) atau Suaka Margasatwa : ± 2.344 Ha. Areal Penggunaan Lain (APL) : ± 118.389,5 Ha.

111 Sumber data dari Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Padang Lawas Utara.

Luas hutan yang ditunjuk oleh SK Menhut tersebut ternyata meliputi pemukiman, fasilitas umum, lahan perkebunan dan pertanian serta sarana pendidikan. Akibatnya aktifitas masyarakat dan pembangunan terhenti disebabkan status hukum tanah-tanah tersebut telah berubah menjadi hutan negara dan menghentikan kegiatan- kegiatan pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah setempat.

SK No. 44/Menhut-II/2005 telah melanggar ketentuan Pasal 3 UU No. 41 Tahun 1999 yang menyatakan : “Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan :

a. menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.

b. mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial,budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari.

c. meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.

d. meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal.

e. menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.”

Dengan demikian bagaimana mungkin suatu produk hukum yang bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dna melanggar hak-hak masyarakat dapat dipertahankan keberadaannya diantara masyarakat.

Tabel.6

Kondisi Kawasan Hutan Menurut SK. Menhut No. 44/2005 Kabupaten Padang Lawas Utara

NO. Kecamatan

Luas Wilayah

(Ha)

Area Penggunan Lain (APL)

Kawan Hutan

Luas (Ha) % Luas (Ha) %

1 Simangambat 103.668 21.651.3 20.89 82.016.7 79.11 2 Batang Onang 28.669 8.750.7 30.52 19.918.3 69.48 3 Hulu Sihapas 8.298 429 5.17 7.869 94.83 4 Padang Bolak Julu 24.333 0 0 24.333 100 5 Padang Bolak 79.214 38.186.7 48.21 41.027.3 51.79 6 Portibi 14.235 14.235 100 0 0 7 Halongonan 56.926 23.513 41.30 33.413 58.70 8 Dolok 49.245 6.041.4 12.26 43.203.6 87.74 9 D. Sigompulon 27.217 1.840.8 6.76 23.376.2 93.24 Jumlah 391.805 114.647.90 29.26 277.157.10 70.74 Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas Utara.

Keadaan hutan di Kabupaten Padang Lawas Utara pada saat ini dibeberapa tempat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh perambahan hutan untuk alih fungsi sebagai kebun rakyat, pencurian kayu, dan kebakaran hutan. Akibat perbuatan yang tidak bertanggungjawab tersebut telah menyebabkan bencana seperti bencana

longsor dan telah membawa korban jiwa dan harta benda. Kegiatan dan bencana ini telah berlangsung lama sehingga hutan menjadi lahan kritis dan mendatangkan erosi dan musibah besar bagi masyarakat.112

Kemudian kondisi kawasan hutan berdasarkan terbitnya putusan Menteri Kehutanan No.44/Menhut-II/2005, menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat Padang Lawas Utara, karena berdasarkan data diatas, khusus di Kecamatan Padang Bolak Julu, seluruh wilayahnya merupakan kawasan hutan. Padahal dalam wilayah Kecamatan Padang Bolak Julu juga banyak terdapat permukiman penduduk, perkebunan, sekolah dan tempat-tempat lain yang sangat dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Bila seluruhnya dinyatakan dalam hutan negara, maka masyarakat tidak bisa lagi menggunakan tanahnya untuk lahan perkebunan atau tempat tinggal. Masyarakat akan terlantar karena tidak punya tanah untuk tempat melangsungkan hidupnya.

Bagi masyarakat yang mengetahui bahwa pendaftaran tanah hak milik dapat meningkatkan nilai ekonomi dari suatu tanah didepan Kreditur dalam hal perkreditan, maka sehubungan hal tersebut banyak masyarakat yang ingin mendaftarkan tanahnya menjadi hak milik. Namun hal ini terkendala sebab setelah pengajuan berkas ke Kantor Pertanahan, barulah diketahui bahwa tanahnya berada dalam kawasan hutan.113

112 Hasil wawancara dengan Astro Simamora, Kepala Bidang Rehabilitas Dan Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Padang Lawas Utara pada tanggal 20 Nopember 2013.

113Hasil wawancara dengan Toguan Siregar, Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Gunung Tua pada tanggal 19 Nopember 2013.